Kamis, 26 September 2019

Berita yang Tak Lagi Berita




Kali ini saya coba buat (belajar) sebuah puisi mbeling. Apakah itu puisi mbeling?

Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling".

Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat). (http://sejarahpahami.blogspot.com

Coba simak puisi dibawah ini, apakah sudah mbeling belum ya. Bacalah, semoga bermanfaat, salam bahagia.


BERITA YANG TAK LAGI BERITA

Kubaca berita
Koruptor dibela pengacara dan sahabatnya
Kubaca berita
Orang alim lidahnya patah ditindas politik
Kubaca berita 
Putusan hakim acap tak adil
Kubaca berita
Penista agama bebas dari tuntutan
Kubaca berita
Pedofilia diberi grasi
Kubaca berita
Dan tak bisa bedakan mana hoax dan tidak
Kubaca berita
Pelajaran agama akan ditiadakan
Kubaca berita
Berita di TV untuk tuannya
Kubaca berita
Perempuan buang anaknya sendiri
Kubaca berita
Kakek cucu suka inses
Ayah anak suka inses
Abang adik suka inses
Ibu anak suka inses
Aku tercengang
Hampir kejang-kejang

Kubaca berita
Hari ini,
Besok hari,
Besok-besoknya lagi,
Sama saja,
Berita itu-itu saja
Aku mulai bosan
Sepertinya tak ada lagi berita yang berbudi
Dinegeri yang damai ini
Kedamaian hanya milik yang itu-itu saja

Sampai seseorang menepuk pundakku
Aku berpaling ke belakang
Tegak dengan rahang tegang
Pemilik kontrakan memandangku membelalang
Aku sadar ini tak lagi berita

IS, 190719

Selanjutnya »

Selasa, 24 September 2019

Padang Panjang, Sejarah dan Aku yang Rindu




Puisi di bawah ini saya kutip dari buku “EPITAF KOTA HUJAN (Padang Panjang dan Puisi-Puisi Penyair Asia Tenggara)” hasil kerjasama FPL (Forum Pegiat Literasi) Padang Panjang dengan Dinas Perpustakaan & Kearsipan Padang Panjang Sumatera Barat.

Selamat membaca, semoga bermanfaat. Salam bahagia.
   
PADANG PANJANG, SEJARAH DAN AKU YANG RINDU

Kabut dan hujan gerimis kota itu
meniriskan mata adat lampau
ritmis lilik Rahmah El-Yunusiyah
merdekalah perempuan
bersibaklah kelam pengetahuan
berguncanglah batin Al-Azhar 

Padang Panjang Serambinya Mekkah
aku catat waktu
seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga, pertengahan
Kauman dan hawamu nan sejuk
meja dan kursi yang berjajar rapi
kelas sosial itu
kapur tulis putih
wajah-wajah teduh takpernah mengeluh
memompa semangat kami dari keterasingan zaman
sebab ilmu takpernah berkesudahan

Restu bukit barisan
angin lembah yang bergerak tabah
iringi ingsut kereta
Silaing, riuh gemuruh air terjun
Mega Mendung taman wisata keluarga
eksotik hutan rimba raya
Awan putih selendang Gunung Merapi, Tandikek dan Singgalang 
mandi bergurau dijernih Lubuak Mato Kuciang
bagaimana kenang itu akan terbuang

Gadis-gadis menenun songket
menghentak serentak kaki
lincah lentik jemari
melestarikan budaya menjaga tradisi
Pandai Sikek
rumah gadang ukiran para bujang
di sana pinyaram hitam, kareh-kareh
sungguh nikmat diseduh bersama teh
pagi menjelang ke ladang berjenjang-jenjang
memanjakan mata pandang

Padang Panjang
lirih saluang dan puput
rindu ini takpernah surut

Pekanbaru, 100218

Selanjutnya »

Senin, 23 September 2019

Takzim



Sebagai anak, berbakti kepada kedua orang tua tidak hanya semasa dunia saja, tapi selamanya. Walaupun kedua orang tua kita telah meninggal, kewajiban anaklah mendoakan mereka. Hanya doa anak yang salehlah yang diharapkan orang tua sebagai kawan mereka selama di dalam kubur. Disamping itu ada amalan lain misal bersedekah, berinfak dan ibadah lainnya niatkanlah untuk kedua oran tua kita. Semoga dengan bakti tersebut dosa-dosa mereka diringkan oleh Allah SWT. 

Berikut saya coba membuat puisi yang berkaitan dengan bakti anak kepada orang tua yang telah meninggal. Semoga bermanfaat, salam bahagia. 

TAKZIM



Kepada ayah bunda yang telah pergi dan menungguku di surga, kampung yang dirindukan. Aku akan tabah menunggu saat-saat perjumpaan kelak.



Di tanah kau rebah sekarang

Berbaringlah dengan tenang

Ajal pulang, amal penerang

Aku kini piatu seorang



Bukan kehilangan dicemaskan

Tapi bakti tak kesampaian

Aku abai

Jasad merasai



Bukan kematian  pemutus cinta

Kelu lidah mengalirkan doa

Aku fana rasa

Berhimpun alpa



Bisik-bisik hati berdoa

“Lapangkanlah kubur mereka,

hindarkanlah siksaan kubur untuk mereka,

dan tempatkanlah mereka di surga”

Tuhan, kabukanlah



CA, 230919
Selanjutnya »

Minggu, 22 September 2019

Bayi-Bayi Penebar Anyir



“Jika saya mati sudah tentu bukannya berarti PKI ikut mati bersama kematian saya. Tidak, sama sekali tidak. Walaupun PKI sekarang sedang rusak berkeping-keping, saya tetap yakin bahwa ini hanya bersifat sementara. Dan dalam proses sejarah nantinya, PKI akan tumbuh kembali, sebab PKI adalah anak zaman yang dilahirkan oleh zaman”.


Kutipan di atas, adalah pernyataan Sudisman – anggota Polit Biro PKI zaman DN Aidit yang diadili pada bulan Juli 1967 dan dijatuhi hukuman pidana mati –  yang disampaikan pada nota pembelaan (pledoi) di sidang pengadilan pada tanggal 21 Juli 1967.


Sudah sama kita ketahui, pasca peristiwa pemberontakan dan kudeta tahun 1965,  dibentuk TAP MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme (TAP MPRS XXV/1966). (https://suaramuslim.net)



Sebagai generasi pewaris bangsa, waspada atas kebangkitan PKI mesti terus dijaga, agar kejadian kelam perjalanan sejarah bangsa ini tidak terulang.



Di bawah ini sebuah puisi untuk sekadar mengingat-ingat peristiwa tersebut. Silahkan disimak, semoga bermanfaat. Salam Bhineka Tunggal Ika.



BAYI-BAYI PENEBAR ANYIR



Madiun Empat Delapan

Kacamata Hatta retak

Ditikam Muso

Mereka sebut itu “Jalan Baru”



Kita didarahi

Orang-orang suci dihilangkan

Oleh nafsu kekuasaan

Kejam penuh dendam



September Enam Lima,

Jakarta  “Hamil Tua”

Lahirlah bayi-bayi yang kejam

Bayi-bayi yang ingin menjadi tuhan di bumi pertiwi



Mereka menembak, menjambak, berteriak

Menari suka-suka mengangkangi kuasa tuhan

Dini hari kokang senjata, 

Jenderal-jenderal dimatikan paksa



Subuh Oktober dan bulan-bulan berikutnya

Adalah hari-hari sunyi, sepi, mencekam

Bau anyir darah mengabarkan luka

Bau anyir darah melukiskan nestapa

Melanda negeriku,

Melanda negerimu

Menjadi sejarah kelam negeri kita



Disemak-semak pinggiran hutan

Di ladang-ladang tebu,

Di sumur-sumur tua

Mayat-mayat ditumpuk-tumpuk

Tak berbentuk



Sesak pilu menusuk kalbu

Bara dada menyala

Bulan merah warna



Hingga kini

Bayi-bayi penebar anyir

Masih saja dilahirkan?

Masih saja melahirkan?



Duhai generasi bagus

Jangan pupus dari endus

Jangan lengah buat kalah

Menjaga sejarah menjaga marwah



CA, 290918
Selanjutnya »

Sabtu, 21 September 2019

Rindu


Rindu
Oleh : Fuadi 











Tentang rindu ini,
Telah kukabarkan semuanya :
Kepada angin darat yang menggiring nelayan melaut
kepada angin laut yang menggiring mereka pulang
kepada angin lembah, bahkan
kepada angin gunung yang dingin, membeku
dari gunung merapi hingga gunung himalaya,

Rindu................
ini telah bergayut :
Sejak engkau pergi,
Tinggalkan harap, sisakan perih

Ada catatanmu,
khusus kubuat ntuk mengenangmu
ada haru biru di halaman harimu bersamaku
ada sedu sedan dalam ruang hatimu kepada ku
sesal yang kau ukir dalam rentang waktu tak berjawab

Aku pergi bersama asaku dan egois hidupku
Engkau menggugu bersama rindu yang kau pendam
Aku tetap diam dalam makna ku sendiri

Telah ku buang tentang rindu ini :
Bersama buana ku........
Bersama hari-hariku.........
Aku telah mencoba menatanya
Membuat gambar di dalamnya :
ada lingkaran, ada petak, segitiga, jajarang genjang,
bahkan coretan garis yang tidak jelas;
telah ku kumpulkan menjadi satu makna
Tentang rindu ini.......

Alam Mayang, April' 11






Selanjutnya »

Kamis, 19 September 2019

Kabut Asap dan Pelanggar Aturan




Sudah seminggu lebih anakku libur sekolah disebabkan asap. Sebelumnya pihak sekolah memberikan masker kepada para siswa untuk digunakan dilingkungan sekolah. Mengingat asap semakin tebal akhirnya perintah untuk meliburkan siswa itu keluar juga. 

Bagi anak-anak liburan adalah sesuatu yang sangat menggembirakan dan menyenangkan. Bagi anak-anak ini libur berarti meneruskan acara bermain, karena kecenderungan anak adalah bermain sesuai dengan masa perkembangannya.

Ini adalah untuk kedua kalinya kejadian yang sama selama aku dan keluargaku berada di kota ini. Pada tahun 2015 juga pernah terjadi hal seperti sekarang. Anak-anak diliburkan, penyakit yang disebabkan asap bermunculan. Pihak rumah sakit sampai kewalahan menanganinya.

Hari ini kembali anak-anak diliburkan untuk 3 hari kedepan. Kalau tiga hari ini asap juga tak kunjung surut, berarti sekolahnya Senin depan, artinya anak-anak libur sekolah lebih kurang 15 hari atau bahkan bisa lebih. Maka yang paling dirugikan adalah anak-anak tersebut. Seharusnya mereka dapat menambah pengetahuan, karena kabut asap jadi terhambat, kalender pendidikan bergeser, artinya apa yang ditetapkan kurikulum bisa tidak tercapai. Duh, sedihnya.

Kabut asap belum jua nampak tanda-tnada kecerahan, hujan belum juga nampak akan tumpah. Ibu-ibu mulai mengeluh, sebab anaknya selama libur sekolah banyak main di luar rumah daripada di dalam rumah. Demikian pengakuan tetangga sebelah.

Mereka tak peduli dengan asap, jerebu dan segala macam keadaan bumi, sebab memang belum terpikirkan oleh mereka. Maka ketika seorang ibu mengeluh karena anaknya yang banyak bermain di luar rumah daripada di rumah ketika liburan aku tak terkejut. Kalau tak main di dalam rumah, kelahi sama adiknya, ya rebutan remot TV, rebutan HP, lari-lari kesana kemari rumah jadi berantakan. Sementara pihak sekolah tidak memberikan pekerjaan rumah yang semestinya bisa mengisi liburan mereka.

Kalau diandalkan kepada orang tua, susah. Kebanyakan anak-anak sekolah lebih patuh kepada peirntah gurunya. Semisal kalau guru menyuruh buat PR di rumah, bagaimanapun ia mengerjakan, baik sambil ngomel, aksi keberatan, yang namanya tugas sekolah harus diselesaikan. Tapi coba orang tua, baik ibu atau bapaknya yang mencoba nyuruh belajar mumpung libur, megisi waktu, pasti segala macam alasan keluar, mulai dari mogok bicara, sampai ada bilang kan ibu guru ngak nyuruh. Iya kalau orang tua arif dan bijaksana menyikapi anak yang seperti itu pasti ada cara yang lain yang mesti ditempuh, tidak bisa setengah memaksa, setengah saja tidak boleh apalagi dengan paksaan. Anak akan tambah ndak mau. Kalau orang tua kurang arif menyikapi pribadi anak, akan terjadi tanya jawab yang akhir terjadi suatu peristiwa semisal tangisan si anak. Tangisan inilah yang akhirnya menyudahi PR si anak.

Dilihat secara luas, dampak kabut asap ini sudah menimbulkan penyakit, semisal ISPA, gatal-gatal alergi kulit, dan sebagainya. Nah, kalau sudah begini bagaimana? Siapa yang paling bertanggung jawab?

DAERAH TERDAMPAK KABUT ASAP

Riau adalah salah satu Provinsi yang boleh dikatakan sering mengalami kebakaran lahan dan hutan, hampir setiap tahun. Selain Riau ada juga Jambi, Palembang, Lampung dan Kalimantan. Mengingat dampak kabut asap sangat berbahaya bagi kesehatan, sudah selayaknya pemerintah daerah yang bersangkutan menjatuhkan sanksi kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sebagai imbalan atas perbuatan mereka. Kalau ini tidak ingin terulang para petinggi daerah terdampak kabut asap harus tegas menegakkan hukuman kepada pihak-pihak yang melanggar. Hanya dengan begitulah semua bisa diatasi. Kalau hanya peringatan, peringatan dan peringatan, percuma.

Kalau sudah menjadi bencana nasional, maka Presiden harus turun tangan. Artinya sebagai orang nomor satu beliau bertanggung jawab penuh atas keamanan wilayahnya. Diperlukan ketegasan seorang presiden kalau mau wilayah hutannya tetap hijau dan rakyat tidak menderita atas dampak yang ditimbulkan kabut asap. Bagaimanapun pembakaran lahan dan hutan yang berdampak bagi kesehatan merupakan suatu pelanggaran.

Saat ini rakyat sedang menunggu kebijakan dari yang berkepentingan pengambil keputusan, apakah berpihak kepada rakyat ataukah kepada pelaku pembakaran hutan dan lahan seperti yang sudah-sudah. Mari berdoa bersama-sama. Salam bahagia, (CA).  





Selanjutnya »