Rabu, 13 Maret 2013

Pantun Ilmu Penuntun Jalan





Hai sobatku sekalian, jumpa lagi kita dalam pantun. 

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Pantun 

Baik untuk anda yang senang dengan pantun mari meluncur ke TKP 



Ilmu Penuntun Jalan 
Oleh : 
Fuad Adi/Fuadi

Pulau pinang jauh di mata 
Namun terasa dekat dihati
Menuntut ilmu sepanjang masa 
Agar hidup bahagia di akhir nanti 

Berlayar pelihara kompas 
Hati-hati dengan rintangan 
Pentingnya ilmu kalau dibahas 
Sampai mati tidak berkesudahan 

Layang-layang terbang melayang 
Jatuh diatas pohon rambutan 
Tuntutlah ilmu wahai adikku sayang
Sangat berguna penerang jalan 

Malam minggu pergi berburu 
Tinggalkan pacar yang setia menunggu 
Menuntut ilmu sangatlah perlu 
Untuk bekal di hari tuamu 

Ambillah pena bertinta biru 
Untuk menulis dihalaman buku 
Kalaulah ilmu dan agama menyatu 
Tuhan akan sangat sayang padamu

Demikian, moga bermanfaat 

Pantun di atas juga terdapat dalam buku antologi "Mutiara Pantun" yang diterbitkan oleh Goresan Pena Publishing. Bagi yang berminat silahkan dikontak langsung penerbitnya. 

Baca juga : Pantun Cita-cita dan Pengabdian


Selanjutnya »

Pantun Ibu Segalanya





Hai sobatku sekalian, jumpa lagi kita dalam pantun. 

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Pantun 

Baik untuk anda yang senang dengan pantun mari meluncur ke TKP 



Ibu Segalanya Oleh: Buana Senja/Fuadi

Buah mangga enak rasanya 
Dimakan bersama keluarga 
Sudah setahun tak berjumpa 
Aku rindu sama ibunda 

10 November hari pahlawan 
Taburlah bunga penghargaan 
Kepada kawan-kawan ingatlah pesan 
Seorang ibu juga pahlawan 

Kelok sembilan sungguhlah indah 
Tempat orang berlalu lalang
Aku menyapa dengan suara rendah 
Untuk ibuku yang tersayang 

Bukittinggi kota wisata 
Disana banyak turisnya 
Wahai kawan dan saudara 
Jangan lupakan jasa ibunya

Pekanbaru kota bertuah 
Negeri melayu sampai sekarang
Dengarkan ibu berpetuah
Agar kita selalu disayang

Demikian, moga bermanfaat 

Pantun di atas juga terdapat dalam buku antologi "Mutiara Pantun" yang diterbitkan oleh Goresan Pena Publishing. Bagi yang berminat silahkan dikontak langsung penerbitnya. 

Baca juga : Pantun Cita-cita dan Pengabdian


Selanjutnya »

Selasa, 12 Maret 2013

Pantun Hidup Berkah




Hai sobatku sekalian, jumpa lagi kita dalam pantun. 

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Pantun 

Baik untuk anda yang senang dengan pantun mari meluncur ke TKP 


Hidup Berkah 
Oleh: Buana Senja/Fuadi

Buah rambutan di depan rumah
Manis rasanya dimakan ditepi sawah 
Walau hidup sekarang susah
Berusahalah terus dan jangan menyerah

Ramai jalanan di kala siang 
Banyak motor berlalu lalang 
Hidup miskin jangan di kenang
Lebih baik bersenang-senang

Jalan-jalan ke kota Paris 
Banyak rumah berbaris-baris
Dalam hidup jangan pesimis
Orang pesimis rezekinya miris 

Beli sepatu di kaki lima 
Agar dapat yang lebih murah
Walau hidup sederhana 
Yang penting rezekinya berkah 

Susah dan senang silih berganti 
Usah disesali yang telah terjadi 
Berdoa dan berusaha setiap hari 
Semoga Allah meridhai 

Sambutlah pagi dengan hati nan suci 
Lalu berdoa pada Illahi 
Hidup ini terasa indah sekali 
Kalau diserahkan pada Sang Pemberi Rezeki 

Kalau banyak uang berzakatlah
Kalau sedikit uang berinfaklah
Ikuti perintah Allah 
Supaya hidup menjadi berkah 

Kalau tidak ada uang berusahalah
Sebab hidup adalah berjuang
Jangan putus asa dan menyerah 
Agar Tuhan selalu sayang

Demikian, moga bermanfaat 

Pantun di atas juga terdapat dalam buku antologi "Mutiara Pantun" yang diterbitkan oleh Goresan Pena Publishing. Bagi yang berminat silahkan dikontak langsung penerbitnya. 

Baca juga : Pantun Cita-cita dan Pengabdian



Selanjutnya »

Senin, 11 Maret 2013

Bukittinggi Dalam Puisi (Kisah Empat Pria)


Selamat berkunjung sobatku semua. Kali ini saya bawa anda ke Bukittinggi dalam antologi puisi bertajuk "Bukittinggi Ambo di Siko", karya 39 penyair nusantara. 

Dalam buku ini saudara bisa mengenal Bukittinggi lebih jauh lewat puisi-puisi dari penyair-penyair nusantara. Selamat menikmati!

Katalog Dalam terbitan ( KDT )
Bukittinggi,Ambo di siko
Pare, Penerbit FAM Publishing
xvii+ 154 Halaman
ISBN: 978-602-17404-7-7

Cetakan 1,Februari 2013

Harga Rp 41.000 ( belum termasuk ongkos kirim)

Cara pemesanan :
- melalui inbox fb Fuad Adi (Fuadi, HP. 081371450780)
- melalui penerbit FAM,call centre : 081259821511
- atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com
- dan kunjungi www.famindonesia.com.


Di bawah ini adalah salah satu puisi yang ada dalam buku antologi puisi "Bukittinggi Ambo di Siko"


Kisah Empat Pria
Oleh : Fuadi

Aku tatap lekat-lekat ngarai di depan mata
Empat pria disampingku bersuara

Ngarai Sianok
Sebuah tebing jurang yang tinggi
Lembahnya lebar datar memanjang
Cenderamata berupa lukisan
Kain tenun hasil racikan lentik jemari gadis minang
dapat dijumpai di sepanjang jalan menuju Panorama
Pria pertama memulai kisahnya

Pria kedua menyambungnya
Ngarai Sianok membujur dari Koto Gadang di Selatan
Sampai di Sianok Anam Suku di Utara
Menuruni jenjang seribu adrenalin dipacu
Tampaklah Koto Gadang membentang
Tanah lahir para Pahlawan Indonesia
Agus Salim dan Syahrir salah satunya
Kerajinan perak dan songket juga dapat dilihat di sana

Pria ketiga meningkahi
Tak lengkap rasanya kalau tidak sampai ke dasar ngarai
Batang Sianok mengalir berkelok-kelok
Dijelajahi dengan kano atau kayak sungguhlah elok
Dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh
Pemandangan alam nan asri sangatlah indah

Sampai didasar ngarai berhentiah sejenak
Menikmati hamparan tanah bersih
Terpampang memanjang
di depan aliran batang sianok nan tenang
Airnya sejuk, bening
Gunung Merapi dan Singgalang tampak menjulang
Rancak nian untuk perkemahan
Demikian pria keempat mengakhiri cerita

Hmmmm
Aku bergumam dalam hati
Untuk menyusun rencana dilain hari


Bingkai Hati, 281212

Baca juga :
Bung Hatta 
Bukittinggi oh Bukittinggi

Selanjutnya »

Bukittinggi Dalam Puisi (Bukittinggi oh Bukittinggi)


Selamat berkunjung sobatku semua. Kali ini saya bawa anda ke Bukittinggi dalam antologi puisi bertajuk "Bukittinggi Ambo di Siko", karya 39 penyair nusantara. 

Dalam buku ini saudara bisa mengenal Bukittinggi lebih jauh lewat puisi-puisi dari penyair-penyair nusantara. Selamat menikmati!

Katalog Dalam terbitan ( KDT )
Bukittinggi,Ambo di siko
Pare, Penerbit FAM Publishing
xvii+ 154 Halaman
ISBN: 978-602-17404-7-7

Cetakan 1,Februari 2013

Harga Rp 41.000 ( belum termasuk ongkos kirim)

Cara pemesanan :
- melalui inbox fb Fuad Adi (Fuadi, HP. 081371450780)
- melalui penerbit FAM,call centre : 081259821511
- atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com
- dan kunjungi www.famindonesia.com.


Di bawah ini adalah salah satu puisi yang ada dalam buku antologi puisi "Bukittinggi Ambo di Siko"

Bukittinggi oh Bukittinggi
Oleh : Fuadi

Bukittingi oh Bukittinggi
Ranahmu elok menawan hati
Bumi kembar negari Sembilan Malaysia
Tanah Paris Van Sumatera

Mendadak aku rindu aroma udara sejukmu
Berjalan di tengah Pasar Atas
Lalu memasuki Pasar Lereng
Menelikung sampai di Pasar Bawah
Menikmati tarian bendi di Pasar Banto
Mencari souvenir dompet tenunan
Atau sekedar duduk-duduk di depan jam gadang
Maskot kota yang menjulang ke langit 
Lepaslah canda tawa bersama keluarga
Sambil makan kerupuk sanjai
Semua belumlah usai

Ngarai sianok seakan memanggil-manggil dari kejauhan
“Ya” Ngarai yang diatasnya terdapat ormanen lobang jepang
Lorong-lorong bawah tanah berliku
Seperti alunan saluang meliuk-liuk menusuk kalbu 
Mengingat kilas balik sejarah zaman romusa dahulu
Semua bisa disaksikan dari atas jembatan gantung limpapeh
Melintasi taman Bundo Kanduang
Benteng Fort de Kock dan taman Margasatwa Kinantan sebelah kiri
Gunung merapi dan singgalang merayu syahdu
Bersorban awan putih menambah cantik rupamu
Sungguh pesona nan rancak jelas terpampang di depan mata

Bukittinggi oh Bukittinggi
Ranah kaya budaya dan sejarah
Selamanya rinduku membuncah


Bingkai Hati, 271212

Baca juga 
Kisah Empat Pria
Bung Hatta

Selanjutnya »

Bukittinggi Dalam Puisi (Bung Hatta)


Selamat berkunjung sobatku semua. Kali ini saya bawa anda ke Bukittinggi dalam antologi puisi bertajuk "Bukittinggi Ambo di Siko", karya 39 penyair nusantara. 

Dalam buku ini saudara bisa mengenal Bukittinggi lebih jauh lewat puisi-puisi dari penyair-penyair nusantara. Selamat menikmati!

Katalog Dalam terbitan ( KDT )
Bukittinggi,Ambo di siko
Pare, Penerbit FAM Publishing
xvii+ 154 Halaman
ISBN: 978-602-17404-7-7

Cetakan 1,Februari 2013

Harga Rp 41.000 ( belum termasuk ongkos kirim)

Cara pemesanan :
- melalui inbox fb Fuad Adi (Fuadi, HP. 081371450780)
- melalui penerbit FAM,call centre : 081259821511
- atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com
- dan kunjungi www.famindonesia.com.


Di bawah ini adalah salah satu puisi yang ada dalam buku antologi puisi "Bukittinggi Ambo di Siko"

Bung Hatta
Oleh : Fuadi

Mengenangmu Bung
Aku berada di depan patungmu
Sebuah foto di dalam rumahmu
Sosok nan sederhana bersahaja
Terlihat jelas dari caramu memakai kacamata
Bola matamu bening teduh menyejukkan
Senyummu penawar hati nan luka
Arif lagi bijaksana

Perlahan langkahkan kaki
Aku terpana didepan sebuah kamar
Berdinding bilah-bilah bambu
Dan sebuah tempat tidur
Beralaskan seprai putih
Sesuci hatimu untuk negeri
Sederhana yang melahirkan kesempurnaan

Tak puas hati
Aku telusuri belakang rumahmu
Sebuah bakiak sengaja ku pakai
Agar bisa kurasakan detak-detak perjuanganmu
Yang selalu bergelora demi bangsa
Dan mata jalang ini terpukau oleh sebuah sepeda onthel tua
Ingin ku raih lalu menaiki
Mengayuhnya dengan semangat mudamu
Mengabarkan pada dunia
Indonesia tercinta

Wahai pahlawan bangsa
Kini engkau telah tiada
Pergi untuk selama-lamanya
Namun jasamu
Perjuanganmu
Tak lekang oleh panas
Tak lapuk oleh hujan
Doa sanjung terukir untukmu selalu 

Bung Hatta
Sosok panutan segala kaum
Kusematkan namamu di dada, hati dan jiwaku
Karena jasa dan perjuanganmu kami ada
                                                                                    
Bingkai Hati, 271212

Baca juga : 
Bukittinggi oh Bukittinggi 
Kisah Empat Pria 

Selanjutnya »