Senin, 23 Mei 2016

Yang Tersi(k)sa Dari Sebuah Perjamuan

Puisi di bawah ini lahir dari ketidakpuasan terhadap mahasiswa yang telah gagal dalam menyuarakan nasib rakyat. Silahkan dibaca, moga bermanfaat



YANG TERSI(K)SA DARI SEBUAH PERJAMUAN
Oleh : Fuadi

Suatu malam diperjamuan sang raja baru pilihan rakyat, katanya!

Malam di ruang makan istana 
Tuan rumah ramah senyum dikulum 
Menjabat satu-satu tangan tamu 
Pagar negeri penegak panji-panji

Di meja perjamuan makan malam 
Sederet laukpauk dan sayurmaur pun cukup 
Terhidang menu sempurna menggugah selera 
Tak sabar niat mencicipi

Setelah berdoa berdasarkan niat masing-masing 
Diiringi denting garpu dan sendok mengaduk 
Obrolan ringan tentang negeri masuk mulut 
Bersama butiran nasi dan lauk pauk

Dikunyah-kunyah, enak di lidah 
Ditelan rasa perut kenyang 
Enak ramuan redam amanah 
Lupa dimana panji-panji akan dipancang

Di sepiring nasi kini nampak seonggok tulang yang 
Pergi berenang ke sekelompok ikan-ikan tanpa kepala 
Mengaku regenerasi reformasi tanpa malu  
Remah-remah pasrah diguyur segayung air, lindap 
Nurani padam
Di sela gigi ada daging yang terjepit 
Membusuk, jadi repihan bangkai
Bangkai harapan yang tersi(k)sa

Bingkai Hati, 220515


Selanjutnya »

Sabtu, 21 Mei 2016

Kebiadaban PKI (3)


DAFTAR BUKTI KEKEJAMAN & KRONOLOGI MAKAR PKI DARI TAHUN 1945 s/d 1965
1. Pada tanggal 8 Oktober 1945 : PKI membentuk suatu gerakan bawah tanah dengan kedok organisasi kepemudaan  API [Angkatan Pemuda Indonesia] dan AMRI [Angkatan Muda Republik Indonesia].
2. Pada pertengahan bulan Oktober 1945 : AMRI di daerah Slawi-Tegal pimpinan Sakirman dan AMRI Talang pimpinan Kutil melakukan aksi teror, dilanjutkan dengan menangkap dan membunuh sejumlah pejabat pemerintah di Tegal.
3. Pada Tanggal 17 Oktober 1945 : Seorang Tokoh Komunis Banten Ce’ Mamat yang terpilih sebagai Ketua KNI [Komite Nasional Indonesia] membentuk DPRS [Dewan Pemerintahan Rakyat Serang] dan merebut pemerintahan Keresidenan Banten melalui teror dengan kekuatan massanya.
4. Pada Tanggal 18 Oktober 1945 : Badan Direktorium Dewan Pusat yang dipimpin Tokoh Komunis Tangerang, Ahmad Khoirun, membentuk laskar yang diberi nama Ubel-Ubel dan mengambil alih kekuasaan pemerintahan Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara.
5. Pada Tanggal 21 Oktober 1945 : PKI dibangun kembali secara terbuka.
6. Pada Tanggal 4 November 1945 : API dan AMRI menyerbu Kantor Pemda Tegal dan Markas TKR, tapi gagal. Lalu membentuk Gabungan Badan Perjuangan Tiga Daerah untuk merebut kekuasaan di Keresidenan Pekalongan yang meliputi Brebes, Tegal serta Pemalang.

7. Pada Tanggal 9 Desember 1945 : PKI Banten pimpinan Ce’ Mamat menculik dan membunuh Bupati Lebak, R. Hardiwinangun, di Jembatan Sungai Cimancak.
8. Tanggal 12 Desember 1945 : Ubel-Ubel Mauk yang dinamakan Laskar Hitam di bawah pimpinan Usman membunuh Tokoh Nasional Oto Iskandar Dinata.
9. Pada Tanggal 12 Februari 1946 : PKI Cirebon di bawah pimpinan Mr.Yoesoef dan Mr.Soeprapto membentuk Laskar Merah merebut kekuasaan Kota Cirebon dan melucuti TRI.
10. Pada Tanggal 14 Februari 1946 : TRI merebut kembali Kota Cirebon dari PKI.

11. Pada Tanggal 3 - 9 Maret 1946 : PKI Langkat – Sumatera di bawah pimpinan Usman Parinduri dan Marwan dengan gerakan massa atas nama revolusi sosial menyerbu Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura dan membunuh Sultan bersama keluarganya serta menjarah harta kekayaannya.
12. Pada Tahun 1947 : Kader PKI Amir Syarifuddin Harahap berhasil jadi PM Republik Indonesia dan membentuk kabinet.
13. Pada Tanggal 17 Januari 1948 : PM Amir Syarifuddin Harahap menggelar Perjanjian Renville dengan Belanda.
14. Pada Tanggal 23 Januari 1948 : Presiden Soekarno membubarkan Kabinet PM Amir Syarifuddin Harahap dan menunjuk Wapres M Hatta untuk membentuk Kabinet baru.
15. Bulan Januari 1948 : PKI membentuk FDR [Front Demokrasi Rakyat] yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin untuk beroposisi terhadap Kabinet Hatta.
16. Pada Tanggal 29 Mei 1948 : M. Hatta melakukan ReRa [Reorganisasi dan Rasionalisasi] terhadap TNI dan PNS untuk membersihkannya dari unsur-unsur PKI.
17. Pada Bulan Mei 1948 : Muso pulang kembali dari Moskow – Rusia setelah selama 12 [dua belas] tahun tinggal disana.
18. Pada Tanggal 23 Juni – 18 Juli 1948 : PKI Klaten melalui SARBUPRI [Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia] melakukan pemogokan massal untuk merongrong pemerintah RI.
19. Pada Tanggal 11 Agustus 1948 : Muso memimpin FDR / PKI dan merekonstruksi Politbiro PKI, termasuk DN. Aidit, MH Lukman dan Nyoto.
20. Pada Tanggal 13 Agustus 1948 : Muso bertemu dengan Presiden Soekarno dan diminta untuk memperkuat Perjuangan Revolusi, namun dijawab bahwa dia pulang untuk menertibkan keadaan, yaitu untuk membangun dan memajukan FDR / PKI.
21. Pada Tanggal 19 Agustus 1948 : PKI Surakarta membuat KERUSUHAN membakar pameran HUT RI ke-3 di Sriwedari – Surakarta, Jawa Tengah.
22. Pada Tanggal 26 – 27 Agustus 1948 : Konferensi PKI
23. Pada Tanggal 31 Agustus 1948 : FDR dibubarkan, lalu Partai Buruh dan Partai Sosialis berfusi ke PKI.
24. Pada Tanggal 5 September 1948 : Muso dan PKI nya menyerukan RI agar berkiblat ke UNI SOVIET.
25. Pada Tanggal 10 September 1948 : Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo dan dua perwira polisi dicegat massa PKI di Kedunggalar – Ngawi dan dibunuh, serta jenazahnya dibuang di dalam hutan.
26. Pada pertengahan September 1948 : Dr. Moewardi yang bertugas di Rumah Sakit Solo dan sering menentang PKI diculik dan dibunuh oleh PKI, begitu juga Kol. Marhadi diculik dan dibunuh oleh PKI di Madiun, kini namanya jadi nama Monumen di alun-alun Kota Madiun.
27. Pada Tanggal 13 September 1948 : Bentrok antara TNI pro pemerintah dengan unsur TNI pro PKI di Solo
28. Pada Tanggal 17 September 1948 : PKI menculik para Kyai Pesantren Takeran di Magetan. KH Sulaiman Zuhdi Affandi digelandang secara keji oleh PKI dan dikubur hidup-hidup di sumur pembantaian Desa Koco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Di sumur tersebut ditemukan 108 [seratus delapan] kerangka jenazah korban kebiadaban PKI. Selain itu, ratusan orang ditangkap dan dibantai PKI di Pabrik Gula Gorang Gareng.
29. Pada Tanggal 18 September 1948 : Kolonel Djokosujono dan Sumarsono mendeklarasikan NEGARA REPUBLIK SOVIET INDONESIA dengan Muso sebagai Presiden dan Amir Syarifoeddin Harahap sebagai Perdana Menteri.
30. Pada Tanggal 19 September 1948 : Soekarno menyerukan rakyat Indonesia untuk memilih Muso atau Soekarno – Hatta. Akhirnya, Pecah perang di Madiun : Divisi I Siliwiangi pimpinan Kol. Soengkono menyerang PKI dari Timur dan Divisi II pimpinan Kol. Gatot Soebroto menyerang PKI dari Barat
31. Pada Tanggal 19 September 1948 : PKI merebut Madiun, lalu menguasai Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Ngawi, Purwantoro, Sukoharjo, Wonogiri, Purwodadi, Kudus, Pati, Blora, Rembang dan Cepu serta kota-kota lainnya.
32. Pada Tanggal 20 September 1948 : PKI Madiun menangkap 20 orang polisi dan menyiksa serta membantainya.
33. Tanggal 20 September 1948 : PKI Blitar menculik dan menyembelih Bupati Blora Mr. Iskandar dan Camat Margorojo – Pati Oetoro, bersama tiga orang lainnya yaitu Dr.Susanto, Abu Umar dan Gunandar, lalu jenazahnya dibuang ke sumur di Dukuh Pohrendeng Desa Kedungringin Kecamatan Tujungan Kabupaten Blora.
34. Pada Tanggal 18 – 21 September 1948 : PKI menciptakan 2 [Dua] Ladang Pembantaian / Killing Fields dan 7 [Tujuh] Sumur Neraka di MAGETAN untuk membuang semua jenazah korban yang mereka siksa dan bantai :
  • Ladang Pembantaian Pabrik Gula Gorang Gareng di Desa Geni Langit.
  • Ladang Pembantaian Alas Tuwa di Desa Geni Langit.
  • Sumur Neraka Desa Dijenan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Magetan.
  • Sumur Neraka Desa Soco I Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
  • Sumur Neraka Desa Soco II Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
  • Sumur Neraka Desa Cigrok Kecamatan Kenongomulyo Kabupaten Magetan.
  • Sumur Neraka Desa Pojok Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan.
  • Sumur Neraka Desa Bogem Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan.
  • Sumur Neraka Desa Batokan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Magetan.
35. Pada Tanggal 30 September 1948 : Panglima Besar Sudirman mengumumkan bahwa tentara Pemerintah RI berhasil merebut dan menguasai kembali Madiun. Namun Tentara PKI yang lari dari Madiun memasuki Desa Kresek Kecamatan Wungu Kabupaten Dungus dan membantai semua tawanan yang terdiri dari TNI, Polisi, pejabat pemerintah, Tokoh Masyarakat dan Ulama serta Santri.
36. Pada Tanggal 4 Oktober 1948 : PKI membantai sedikitnya 212 tawanan di ruangan bekas Laboratorium dan gudang dinamit di Tirtomulyo Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
37. Pada Tanggal 30 Oktober 1948 : Para Pimpinan Pemberontakan PKI di Madiun ditangkap dan dihukum mati, seperti Muso, Amir Syarifuddin, Suripno, Djokosujono, Maruto Darusman, Sajogo, dan lainnya.
38. Pada Tanggal 31 Oktober 1948 : Muso dieksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten Ponorogo. Sedang MH Lukman dan Nyoto pergi ke pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).
39. Di Akhir November 1948 : seluruh pimpinan PKI Muso berhasil dibunuh atau ditangkap, dan seluruh daerah yang semula dikuasai PKI berhasil direbut, antara lain : Ponorogo, Magetan, Pacitan, Purwodadi, Cepu, Blora, Pati, Kudus, dan lainnya.
40. Pada Tanggal 19 Desember 1948 : Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.
41. Pada Tahun 1949 : PKI tetap tidak dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.
42. Awal Januari 1950 : Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan pembongkaran 7 [Tujuh] Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi para korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 kerangka mayat yang 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 kerangka mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para korban berasal dari berbagai kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.
43. Pada Tahun 1950 : PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.
44. Pada Tanggal 6 Agustus 1951 : Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua senjata api yang ada.
45. Pada Tahun 1951 : Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yang sepenuhnya mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.
46. Pada Tahun 1955 : PKI ikut Pemilu pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.
47. Pada Tanggal 8 – 11 September 1957 : Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang – Sumatera Selatan mengharamkan ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua mantel organisasinya, tapi ditolak oleh Soekarno.
48. Pada Tahun 1958 : Kedekatan Soekarno dengan PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI
49. Pada Tanggal 15 Februari 1958 : Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia [PRRI], namun pemberontakkan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.
50. Pada Tanggal 11 Juli 1958 : DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.
51. Bulan Agustus 1959 : TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.
52. Pada Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan slogan NASAKOM [Nasional, Agama dan Komunis] yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.
53. Pada Tanggal 17 Agustus 1960 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustuts 1960 tentang PEMBUBARAN MASYUMI [Majelis Syura Muslimin Indonesia] dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.
54. Pertengahan Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 [dua] juta orang.
55. Pada Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.
56. Pada bulan April 1962 : Dilaksanakan Kongres PKI.
57. Pada Tahun 1963 : PKI memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara” melawan Malaysia.
58. Pada Tanggal 10 Juli 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII [Gerakan Pemuda Islam Indonesia], lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.
59. Pada Tahun 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH. Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH. Isa Anshari, KH. Mukhtar Ghazali, KH. EZ. Muttaqien, KH. Soleh Iskandar, KH. Ghazali Sahlan dan KH. Dalari Umar.
60. Pada bulan Desember 1964 : Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA [Musyawarah Rakyat Banyak] yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.
61. Pada Tanggal 6 Januari 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1 / KOTI / 1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah memfitnah PKI
62. Pada Tanggal 13 Januari 1965 : Dua sayap PKI yaitu PR [Pemuda Rakyat] dan BTI [Barisan Tani Indonesia] menyerang dan menyiksa peserta Training PII [Pelajar Islam Indonesia] di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan pelajar wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mush-haf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.
63. Di Awal Tahun 1965 : PKI dengan 3 juta anggota merupakan  Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT.  PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI [Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia], Pemuda Rakjat, Gerwani, BTI [Barisan Tani Indonesia], LEKRA [Lembaga Kebudayaan Rakjat] dan HSI [Himpunan Sardjana Indonesia].
64. Pada Tanggal 14 Mei 1965 : Tiga sayap organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut perkebunan negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dengan menangkap dan menyiksa serta membunuh Pelda Sodjono penjaga PPN [Perusahaan Perkebunan Negara] Karet IX Bandar Betsi.
65. Pada Bulan Juli 1965 : PKI menggelar pelatihan militer untuk 2000 anggotanya di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara”, dan dibantu oleh unsur oknum TNI Angkatan Udara.
66. Pada Tanggal 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.
67. Pada Tanggal 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.
68. Pada Tanggal 30 September 1965 Malam : Terjadi Gerakan G30S / PKI atau disebut juga GESTAPU [Gerakan September Tiga Puluh] :
  • PKI menculik dan membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA – Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo.
  • PKI juga menculik dan membunuh Lettu Czi Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution.
  • PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga rumah kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan rumah Jenderal AH Nasution.
  • PKI juga menembak putri bungsu Jenderal AH Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yang berusaha menjadi perisai ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.
G30S / PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah perwira ABRI / TNI dari berbagai angkatan, antara lain :

  • Angkatan Darat : Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief.
  • Angkatan Laut : Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi
  • Angakatan Udara : Men / Pangau Laksyda Udara Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono
  • Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol. Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.
69. Pada Tanggal 1 Oktober 1965 : PKI di Yogyakarta juga menculik Danrem Pamungkas Kolonel Inf Katamso Darmokusumo dan Kasrem Letnan Kolonel Inf Sugiono, dibawa ke Batalyon L Kentungan. Mereka berdua disiksa dan dibunuh secara keji dengan batu dan kunci mortir, kemudian jasadnya menjadi satu ditanam pada satu lubang dangkal. Lalu pada tanggal yang sama di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil alih kekuasaan.
70. Pada Tanggal 2 Oktober 1965 : Soeharto mnegambil alih kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut pangkalan udara Halim dari PKI.
71. Pada Tanggal 6 Oktober 1965 : Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.
72. Pada Tanggal 13 Oktober 1965 : Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di seluruh Jawa.
73. Pada Tanggal 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem [kini Desa Yosomulyo] Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah keracunan mereka dibantai oleh PKI dan jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa / Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi.
Sebanyak 62 [enam puluh dua] orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi saksi mata peristiwa. Persitiwa tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.
74. Pada Tanggal 19 Oktober 1965 : Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.
75. Pada Tanggal 11 November 1965 : PNI dan PKI bentrok di Bali.
76. Pada Tanggal 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta dihukum mati.
77. Pada Bulan Desember 1965 : Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.
78. Pada Tanggal 11 Maret 1965 : Terbit Surat Perintah Sebelas Maret [Supersemar] dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Soeharto untuk mengambil langkah pengamanan Negara RI.
79. Pada Tanggal 12 Maret 1965 : Soeharto melarang secara resmi PKI.
80. Bulan April 1965 : Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.
81. Pada Tanggal 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di Indonesia ini tidak ada partai yang pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI…”
82. Pada Tanggal 5 Juli 1966 : Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS – RI Jenderal TNI AH Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.
83. Di Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1967.
84. Pada Tahun 1967 : Sejumlah kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di di wilayah terpencil di Selatan Blitar bersama kaum Tani PKI.
85. Pada Bulan Maret 1968 : Kaum Tani PKI di Selatan Blitar menyerang para pemimpin dan kader NU, sehingga 60 [enam puluh] orang NU tewas dibunuh.
86. Pertengahan 1968 : TNI melaksanakan Operasi Trisula, menyerang Blitar dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.
87. Dari tahun 1968 s/d 1998 : Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasinya dilarang di seluruh Indonesia dengan dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966.
88. Dari tahun 1998 s/d 2015 : Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Anggota PKI yang dibebaskan dari penjara, beserta keluarga dan simpatisannya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka merajalela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan fakta sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN pejuang kemerdekaan RI.

Selanjutnya »

Kebiadaban PKI (2)

Komandan Kodim 0505/Jakarta Timur Letnan Kolonel Iwan Setiawan meminta masyarakat untuk melapor jika menemukan lambang Palu-Arit (PKI).

"Kami imbau kepada masyarakat jika menemukan hal-hal yang berbau seperti itu segera melapor kepada polisi atau kepada kami (TNI), terutama kepada komando kewilayahan untuk kami tindaklanjuti," kata Iwan kepada wartawan di kantornya, Jalan DR Sumarno, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (3/5/2016).

Baca : http://www.infoindonesia.info/2016/05/masyarakat-diimbau-melapor-ke-polisi.html 


Jangan Lupakan Sejarah, Inilah Fakta Kebiadaban PKI yang Telah Membunuh Ribuan Muslim Indonesia

Islamedia – 67 tahun sejak peristiwa pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 dan kemudian berulang kembali peristiwa pemberontakan pada G30SPKI Tahun 1965, namun ancaman komunisme di Indonesia seakan sengaja dibiaskan. Bahkan beberapa pihak sempat mewacanakan agar pemerintah Indonesia harus meminta maaf terhadap kader-kader Partai Komunis Indonesia (PKI).

Berikut ini tulisan dari sejarawan bernama Agus Sunyoto yang mengungkapkan fakta sejarah bagaimana kebiadaban PKI dalam upaya melakukan makar dan pemberontakan, ribuan nyawa umat Islam Indonesia telah menjadi kurban, simbol-simbol Islam telah dihancurkan.

Kebiadaban PKI Madiun 1948 Terhadap Ulama NU

Tanggal 18 September 1948 pagi sebelum terbit fajar, sekitar 1500 orang pasukan FDR/PKI – 700 orang diantaranya dari Kesatuan Pesindo pimpinan Mayor Pandjang Djoko Prijono – bergerak ke pusat Kota Madiun. Kesatuan CPM, TNI, Polisi, aparat pemerintahan sipil terkejut ketika diserang mendadak. Terjadi perlawanan singkat di markas TNI, kantor CPM, kantor Polisi. Pasukan Pesindo bergerak cepat menguasai tempat-tempat strategis di Madiun. Saat fajar terbit, Madiun sudah jatuh ke tangan FDR/PKI. Sekitar 350 orang ditahan.

KEBERHASILAN FDR/PKI menguasai Madiun disusul terjadinya aksi penjarahan, penangkapan sewenang-wenang terhadap musuh PKI, menembak musuh PKI, kegemparan dan kepanikan pun pecah di kalangan penduduk, diiringi tindakan-tindakan bersifat fasisme yang berlangsung dengan mengerikan. Semua pimpinan Masyumi dan PNI ditangkap atau dibunuh. Orang-orang berpakaian Warok Ponorogo dengan senjata revolver dan kelewang menembak atau menyembelih orang-orang yang dianggap musuh PKI. Mayat-mayat bergelimpangan di sepanjang jalan. Bendera merah putih dirobek diganti bendera merah berlambang palu arit. Potret Soekarno diganti potret Moeso. Seorang wartawan Sin Po yang berada di Madiun, menuliskan detik-detik ketika PKI pamer kekejaman itu dalam reportase yang diberi judul: ‘Kekedjeman kaoem Communist; Golongan Masjoemi menderita paling heibat; Bangsa Tionghoa “ketjipratan” djoega.’

Pada detik, menit dan jam yang hampir sama, di Kota Magetan sekitar 1.000 orang pasukan FDR/PKI – 700 orang diantaranya dari Kesatuan Pesindo pimpinan Mayor Moersjid — bergerak cepat menyerbu Kabupaten, kantor Komando Distrik Militer (Kodim), Kantor Onder Distrik Militer (Koramil), Kantor Resort Polisi, rumah kepala pengadilan, dan kantor pemerintahan sipil di Magetan. Sama dengan penyerangan mendadak di Madiun, setelah menguasai Kota Magetan dan menawan Bupati, Patih, Sekretaris Kabupaten, Jaksa, Ketua Pengadilan, Kapolres, komandan Kodim, dan aparat Kabupaten Magetan, terjadi aksi penangkapan terhadap tokoh-tokoh Masyumi dan PNI di kampung-kampung, pesantren-pesantren, desa-desa, pabrik gula, diikuti penjarahan, penyiksaan, dan bahkan pembunuhan. Wartawan Gadis Rasid yang menyaksikan pembantaian massal di Gorang-gareng, Magetan, menulis reportase tentang kebiadaban FDR/PKI tersebut. Pembunuhan, perampokan dan penangkapan yang dilakukan FDR/PKI itu diberitakan surat kabar Merdeka 1 November 1948.

Meski tidak sama dengan aksi serangan di Madiun dan Magetan yang sukses mengambil alih pemerintahan, serangan mendadak yang sama pada pagi hari tanggal 18 September 1948 itu dilakukan oleh pasukan FDR/PKI di Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Ngawi, Purwodadi, Kudus, Pati, Blora, Rembang, Cepu. Sama dengan di Madiun dan Magetan, aksi serangan FDR/PKI meninggalkan jejak pembantaian massal terhadap musuh-musuh mereka. Antropolog Amerika, Robert Jay, yang ke Jawa Tengah tahun 1953 mencatat bagaimana PKI melenyapkan tidak hanya pejabat pemerintah, tapi juga penduduk, terutama ulama-ulama ortodoks, santri dan mereka yang dikenal karena kesalehannya kepada Islam: mereka itu ditembak, dibakar sampai mati, atau dicincang-cincang. Mesjid dan madrasah dibakar, bahkan ulama dan santri-santrinya dikunci di dalam madrasah, lalu madrasahnya dibakar. Tentu mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena ulama itu orang-orang tua yang sudah ubanan, orang-orang dan anak-anak laki-laki yang baik yang tidak melawan. Setelah itu, rumah-rumah pemeluk Islam dirampok dan dirusak.

Tindakan kejam FDR/PKI selama menjalankan aksi kudeta itu menyulut amarah Presiden Soekarno yang mengecam tindakan tersebut dalam pidato yang berisi seruan bagi “rakyat Indonesia untuk menentukan nasib sendiri dengan memilih: ikut Muso dengan PKI-nya yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesia merdeka-atau ikut Soekarno-Hatta, yang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia ke Indonesia yang merdeka, tidak dijajah oleh negara apa pun juga. Presiden Soekarno menyeru agar rakyat membantu alat pemerintah untuk memberantas semua pemberontakan dan mengembalikan pemerintahan yang sah di daerah. Madiun harus lekas di tangan kita kembali.”

Seruan Presiden Soekarno disambut oleh Menteri Hamengkubuwono yang disusul sambutan Menteri Soekiman dan Jenderal Soedirman yang membacakan surat keputusan pengangkatan Mayor Jenderal Soengkono sebagai panglima militer Jawa Timur. Tanggal 23 September 1948 Menteri Agama KH Masjkoer mengucapkan pidato radio yang tegas menyebutkan bahwa tindakan merebut kekuasaan bertentangan dengan agama dan sama seperti perbuatan permusuhan orang-orang yang pro Belanda. Dengan janji-janji palsu rakyat dipengaruhi, dibujuk, dihasut, dipaksa dan dijadikan tameng oleh PKI Moeso.

Pidato Menteri Agama KH Masjkoer yang menyatakan bahwa rakyat dipengaruhi, dibujuk, dihasut, dipaksa dan dijadikan tameng oleh PKI Moeso tidak mengada-ada. Itu bukti sewaktu pidato Presiden Soekarno dicetak sebagai selebaran yang disebarkan kepada penduduk melalui pesawat terbang. Seketika – usai membaca selebaran berisi pidato Presiden Soekarno – penduduk yang dipersenjatai oleh PKI beramai-ramai meletakkan senjata. Mereka duduk di trotoar jalan dalam keadaan bingung. Mereka terkejut dan bingung sewaktu sadar bahwa gerakan yang mereka lakukan itu ternyata ditujukan untuk melawan Presiden Soekarno. Mereka pun mulai bertanya-tanya tentang siapa sejatinya Moeso yang mengaku pemimpin rakyat itu.

Sejarah mencatat, bahwa antara tanggal 18 – 21 September 1948 gerakan makar FDR/PKI yang dilakukan dengan sangat cepat itu tidak bisa dimaknai lain kecuali sebagai pemberontakan. Sebab dalam tempo hanya tiga hari, FDR/PKI telah membunuh pejabat-pejabat negara baik sipil maupun militer, tokoh masyarakat, tokoh politik, tokoh pendidikan, bahkan tokoh agama. Dengan kekejaman khas kaum komunis – seperti kelak dipraktekkan lagi di Kampuchea selama rezim Pol Pot berkuasa — bagian terbesar dari mayat-mayat yang dibunuh dengan sangat kejam oleh FDR/PKI itu dimasukkan ke dalam sumur-sumur “neraka” secara tumpuk-menumpuk dan tumpang-tindih. Sebagian lagi di antara tawanan FDR/PKI ditembak di “Ladang Pembantaian” di Pabrik Gula Gorang-gareng maupun di Alas Tuwa.

Setelah gerakan makar FDR/PKI berhasil ditumpas oleh TNI yang dibantu masyarakat, awal Januari tahun 1950 sumur-sumur “neraka” yang digunakan FDR/PKI mengubur korban-korban kekejaman mereka dibongkar oleh pemerintah. Berpuluh-puluh ribu masyarakat dari Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek berdatangan menyaksikan pembongkaran sumur-sumur “neraka”. Mereka bukan sekedar melihat peristiwa langka itu, kebanyakan mereka mencari anggota keluarganya yang diculik PKI.

Diantara sumur-sumur “neraka” yang dibongkar itu, informasinya diketahui justru berdasar pengakuan orang-orang PKI sendiri. Dalam proses pembongkaran sumur-sumur “neraka” itu terdapat tujuh lokasi ditambah dua lokasi pembantaian di Magetan, yaitu: 1. sumur “neraka” Desa Dijenan, Kec.Ngadirejo, Kab.Magetan; 2. Sumur “neraka” I Desa Soco, Kec.Bendo, Kab.Magetan; 3. Sumur “neraka” II Desa Soco, Kec.Bendo, Kab,Magetan; 4. Sumur “neraka” Desa Cigrok, Kec.Kenongomulyo, Kab.Magetan, 5. Sumur “neraka” Desa Pojok, Kec.Kawedanan, Kab.Magetan; 6. Sumur “neraka” Desa Batokan, Kec.Banjarejo, Kab.Magetan; 7. Sumur “neraka” Desa Bogem, Kec.Kawedanan, Kab.Magetan; dan dua lokasi killing fields yang digunakan FDR/PKI membantai musuh-musuhnya, yaitu ruang kantor dan halaman Pabrik Gula Gorang-gareng dan Alas Tuwa di dekat Desa Geni Langit di Magetan.

Fakta kekejaman FDR/PKI dalam gerakan pemberontakan tahun 1948 disaksikan puluhan ribu warga masyarakat yang menonton pembongkaran sumur-sumur “neraka” itu, yang setelah diidentifikasi diperoleh sejumlah nama pejabat pemerintahan sipil maupun TNI, ulama, tokoh Masjoemi, tokoh PNI, Polisi, Camat, Kepala Desa, bahkan Guru. Berikut daftar sebagian nama-nama korban kekejaman FDR/PKI tahun 1948 yang diperoleh dari pembongkaran sumur “neraka” Soco I dan sumur “neraka” Soco II, yang terletak di Desa Soco, Kec. Bendo, Kab.Magetan:

SUMUR “NERAKA” SOCO I: 1. Soehoed, camat Magetan; 2. R. Moerti, Kepala Pengadilan Magetan; 3. Mas Ngabehi Soedibyo, Bupati Magetan; 4. R. Soebianto; 5. R. Soekardono, Patih Magetan; 6. Soebirin; 7. Imam Hadi; 8. R. Joedo Koesoemo; 9. Soemardji; 10. Soetjipto; 11. Iskak; 12. Soelaiman; 13. Hadi Soewirjo; 14. Soedjak; 15. Soetedjo; 16. Soekadi; 17. Imam Soedjono; 18. Pamoedji; 19. Soerat Atim; 20. Hardjo Roedino; 21. Mahardjono; 22. Soerjawan; 23. Oemar Danoes; 24. Mochammad Samsoeri; 25. Soemono; 26. Karyadi; 27. Soerdradjat; 28. Bambang Joewono; 29. Soepaijo; 30. Marsaid; 31. Soebargi; 32. Soejadijo. 33. Ridwan; 34. Marto Ngoetomo; 35. Hadji Afandi; 36. Hadji Soewignjo; 37. Hadji Doelah; 38. Amat Is; 39. Hadji Soewignyo; 40. Sakidi; 41. Nyonya Sakidi; 42. Sarman; 43. Soemokidjan; 44. Irawan; 45. Soemarno; 46. Marni; 47. Kaslan; 48. Soetokarijo; 49. Kasan Redjo; 50. Soeparno; 51. Soekar; 52. Samidi; 53. Soebandi; 54. Raden Noto Amidjojo; 55. Soekoen; 56. Pangat B; 57. Soeparno; 58. Soetojo; 59. Sarman; 60. Moekiman; 61. Soekiman; 62. Pangat/Hardjo; 63. Sarkoen B; 64. Sarkoen A; 65. Kasan Diwirjo; 66. Moeanan; 67. Haroen; 68. Ismail. ada sekitar 40 mayat tidak dikenali karena bukan warga Magetan.

SUMUR “NERAKA” SOCO II: 1. R. Ismaiadi, Kepala Resort Polisi Magetan; 2. R.Doerjat, Inspektur Polisi Magetan; 3. Kasianto, anggota Polri; 4. Soebianto, anggota Polri; 5. Kholis, anggota Polri; 6. Soekir, anggota Polri; 7. Bamudji, Pembantu Sekretaris BTT; 8. Oemar Damos, Kepala Jawatan Penerangan Magetan; 9. Rofingi Tjiptomartono, Wedana Magetan; 10. Bani, APP. Upas; 11. Soemingan, APP.Upas; 12. Baidowi; 13. Naib Bendo; 14. Reso Siswojo; 15. Kusnandar, Guru; 16. Soejoedono, Adm PG Rejosari; 17. Kjai Imam Mursjid Muttaqin, Mursyid Tarikat Syattariyah Pesantren Takeran; 18. Kjai Zoebair; 19. Kjai Malik; 20. Kjai Noeroen; 21. Kjai Moch. Noor.”

Tindak kebiadaban FDR/PKI selama melakukan aksi makarnya tahun 1948 yang disaksikan puluhan ribu penduduk laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak yang menonton pengangkatan jenazah para korban dari sumur-sumur “neraka” yang tersebar di Magetan dan Madiun, adalah rekaman peristiwa yang tidak akan terlupakan. Peristiwa pembongkaran sumur-sumur “neraka” itu telah memunculkan asumsi abadi dalam ingatan bawah sadar masyarakat bahwa PKI memiliki hubungan erat dengan pembunuhan manusia yang dimasukkan ke dalam sumur “neraka”. Itu sebabnya, ketika tanggal 1 Oktober 1965 tersiar kabar para jenderal TNI AD diculik PKI dan kemudian ditemukan sudah menjadi mayat di dalam sumur “neraka” Lubang Buaya di dekat Halim, amarah masyarakat seketika meledak terhadap PKI, termasuk di lingkungan aktivis Gerakan Pemuda Ansor yang sejak 1964 membentuk Barisan Ansor Serbaguna (Banser) di berbagai daerah yang dilatih kemiliteran karena memenuhi keinginan Presiden Soekarno membentuk kekuatan sukarelawan untuk mengganyang Malaysia, di mana anggota Banser yang emosinya tak terkendali – terutama setelah tewasnya 155 orang anggota Ansor Banyuwangi yang dibunuh PKI – dimanfaatkan oleh pihak militer untuk bersama-sama menumpas kekuatan PKI yang telah membunuh para jenderal mereka.


Artikel ini ditulis oleh Agus Sunyoto.

Pertama kali dimuat di buletin Risalah edisi 36 tahun IV 1433 H/ 2012 hal 24-29, dipublikasikan ulang oleh blog  remental.blogspot.co.id

Penulis adalah peneliti sejarah peristiwa Madiun 1948 yang diterbitkan dalam buku berjudul “LUBANG-LUBANG PEMBANTAIAN: GERAKAN MAKAR FDR/PKI 1948 DI MADIUN” (1990).

Penulis peneliti konflik Banser-PKI 1965 di Jawa Tengah yang diterbitkan dalam buku berjudul “BANSER BERJIHAD MENUMPAS PKI” (1995).


Penulis peneliti operasi Trisula 1966-1968 di Blitar yang dimuat bersambung di harian Jawa Pos September-Oktober 1995.

Selanjutnya »

Kebiadaban PKI (1)




PKI di Cirebon dan Upaya Pemberontakan 1945 - 1946

Adanya opini pemerintah untuk meminta maaf kepada PKI, banyak pihak yang melakukan protes. Tulisan ini saya dapatkan dari pencarian di google. Silahkan disimak, moga bermanfaat untuk kita semua.

1. Pembentukan PKI di Cirebon

Pada tanggal 4 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat yang memperbolehkan untuk mendirikan suatu partai politik di Indonesia. Dengan adanya maklumat tersebut, banyak bermunculan partai-partai politik baik yang baru dibuat maupun partai politik yang sudah ada sebelum masa pendudukan  Jepang. Salah satu partai yang baru lahir tersebut ialah PKI yang berada di bawah pimpinan Mr. Mohammad Joesoeph, yang pada periode sebelumnya yaitu pada tahun 1942 merupakan salah seorang pemimpin Gerindo di Bandung. Di tempat tinggalnya, yaitu di Cirebon Mr. Mohammad Joesoeph merupakan seorang pengacara atau advokat. Kemudian dalam profesinya tersebut ia bertemu dengan Mr.Suprapto. Hubungan mereka kemudian semakin akrab, dan pada suatu ketika mereka memutuskan untuk bergabung dengan kelompok PKI bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang Mr. Mohammad Joesoeph pernah memimpin kelompok PKI bawah tanah yang bernama “Joyoboyo”. Kemudian Mr. Mohammad Joesoeph dan Mr.Suprapto bersama-sama membentuk sel-sel PKI di Jakarta. Dan untuk mendapatkan simpati dari rakyat, Mr. Mohammad Joesoeph memanfaatkan profesinya sebagai pengacara dengan memberikan bantuan hukum kepada rakyat. Namun gerakan tersebut diketahui pemerintah, sehingga Mr. Mohammad Joesoeph ditangkap dan ditahan di rumah tahanan Kempeitai Jakarta. Pada masa proklamasi kemudian ia dibebaskan berasama tahanan-tahanan lain, dan Mr. Mohammad Joesoeph merencenakan kembali sebuah gerakan di daerahnya senndiri yaitu di Cirebon.

Pada tanggal 7 November 1945 kelompok Mr. Mohammad Joesoeph memunculkan PKI secara legal yang meskipun tindakan ini banyak ditentang oleh kelompok lain. Kemunculannya ini ditandai dengan dibangunnya sebuah Kantor Pusat PKI yang berkedudukan di Jakarta, dan Mr. Mohammad Joesoeph bertindak sebagai Ketuanya dengan Mr.Suprapto sebagai Sekretaris. Untuk menghasilkan dukungan dan simpatisan yang banyak dari rakyat, maka kantor pusat PKI memperluas wilayah  gerakan  dengan mendirikan cabang-cabangnya di berbagai daerah seperti di Sukabumi, Pekalongan, Solo, Madiun, Malang, dan Surabaya. Guna mempermudah usaha tersebut, maka dibuatlah suatu majalah yang bernama “Bintang Merah”. Selain itu, pada Januari tahun 1946 dibentuk Laskar Merah. Laskar merah ini dibentuk bertujuan untuk menanamkam ideologi komunis kepada setiap anggotanya. Dan laskar merah ini kemudian mengadakan latihan bersama dengan lasakar merah yang barada di berbagai daerah dengan menagadakan latihannya di Solo. Selain untuk menanamkan ideolgi, dalam latihan tersebut juga diajarkan keterampilan tentang kemiliteran.

Pimpinan PKI kemudian menyusun sebuah rencana dalam rangka perjuangannya, yaitu pertama ; PKI akan terus berusaha untuk memperjuangkan kebebasan bagi para kaum buruh dan juga petani. Kedua ; PKI akan terus menentang perbedaan kelas antara para kaum petani buruh dengan para kaum pemilik modal, ketiga ; berusaha untuk menyegel dan menutup semua pabrik-pabrik dan perkebunan-perkebunan, keempat ; semua tanah harus dimiliki oleh para kaum petani yang dimana tanah tersebut diatur oleh para wakil-wakil rakyat, kelima ; merasionalisasikan semua tanah.

2. Peristiwa Berlangsungnya Pemberontakan

Gangguan politik yang terjadi akibat adanya perselisihan antara golongan moderat dengan golongan revolusioner yang membahas masalah kemerdekaan, justru dimanfaatkan oleh PKI untuk mencoba menguasai politik tersebut. Pada saat-saat seperti itu M. Joesoeph dengan menyuruh anak buahnya untuk menyusun rencana untuk menguasai wilayah Cirebon. Mereka memilih Kota Cirebon, karena hal tersebut berdasarkan hasil keputusan sebelumnya bahwa Kota Cirebon merupakan wilayah aksi berikutnya. Selain itu, faktor lain yang membuat Cirebon dipilih sebagai tempat aksi karena M. Joesoeph sendiri pernah tinggal di Cirebon dan mengetahui banyak tentang Cirebon. Apalagi disana M. Joesoeph dikenal oleh rakyat sebagai seorang pengacara. Dengan hal itu, M. Joesoeph berusaha untuk mengambil simpati rakyat dengan kesan seolah-olah membela rakyat. Selain itu, dia juga memberikan janji-janji palsu kepada rakyat seperti akan membagikan tanah kepada rakyat. Dari hal tersebut diharapkan rakyat Cirebon dapat menjadi massa potensial guna mendukun aksi pemberontakan. Namun hal itu tidaklah semudah yang dibayangkan, karena untuk memulai suatu pemberontakan haruslah mempunyai rencana yang matang dengan dukungan yang kuat dari rakyat. Oleh karena itu, untuk membantu dalam upaya tersebut didatangkanlah kesatuan Laskar Merah dari daerah Jawa Tengah dan daerah Jawa Timur dengan alasan akan mengadakan suatu konferensi.  Konferensi tersebut dihadiri oleh sekitar 3.000 orang. Dalam sambutan pidatonya M. Joesoeph memberikan pujian kepada Uni Soviet yang telah mendukung revolusi sosial Indonesia di forum Dewan Keamanan PBB. Selain itu dlam acara konferensi tersebut, diadakan pula pawai keliling kota. Dalam pawai tersebut, mereka membawa berbagai atribut perlengkapan seperti menggunakan topi putih yang diikat oleh sebuah pita merah, membawa bendera yang bergambar palu arit yang disertai dengan menyanyikan yel-yel soviet, hingga ada orang-orang yang membawa bermacam-macam senjata yang tentu saja sangat membahayakan.

Namun dalm konferensi itu, anggota Laskar Merah mulai membuat keributan dan keonaran. Tingkah laku mereka cenderung berbuat kasar terhadap masyarakat dan bahkan sering terjadi adanya pemerasan-pemerasan. Hingga akhirnya insidenpun tidak dapat dihindari, dan sekaligus hal itu menjadi penanda awal dari gerakan M. Joesoeph. Dan sebagai sasaran yang pertama yaitu Polisi Tentara. Pada tanggal 12 Februari 1946, PKI memulai aksinya dengan menyebarkan isu bahwa Polisi Tentara telah menghadang dan melucuti anggota Laskar Merah yang baru datang dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur di Stasiun Cirebon. Kemudian Perwira Polisi Tentara Cirebon Letda D. Sudarsono datang ke satsiun untuk menemui seorang Bintara untuk memastikan kebenaran isu tersebut. Namun setelah di stasiun, ia diberindong oleh tembakan-tembakan yang mengarak kepadanya. Ia kemudian dikepung oleh pasukan Laskar Merah. Dan beberapa anggota Polisi Tentara ditawan, setelah itu Letda D. Sudarsono disandera dan dibawa ke Markas batalyon 13 Polisi Tentara dengan maksud untuk melakukan tuntutan. Ini merupakan salah satu dari bagian rencana PKI untuk menguasai pemerintahan Cirebon. Banyak anggota tentara yang dilicuti senjatanya, dan banyak pula mereka yang ditangkap dan dijadikan tawanan. Hanya dalam waktu tiga hari saja, pasukan Laskar Merah sudah berhasil menguasai unsur-unsur bersenjata yang ada di Cirebon. Laskar Merah kemudian bergerak menuju Markas Polisi Tentara di Linggarjati dan mereka merampas senjata-senjata yang dan membawanya kembali ke Cirebon. Setelah PKI berhasil merebut dan menguasai seluruh kota, kemudian Panglima divisi II/Sunan Gunung Jati, Kol. Zainal Asikin Yudadibrata mencoba mengirim utusannya untuk membawa Residen dr. Moerjani dan Kepala Polisi Karesidenan Sulaiman Jayusman ke Markas divisi yang berada di Linggarjati untuk mengadakan perundingan. Setelahnya melakukan perundingan, Kol. Zainal Asikin Yudadibrata segera mengambil tindakan. Ia memerintahkan untuk mengirim Mayor Ahmad beserta Kepala Polisi Jayusman dan Komisaris Sidik untuk menemui Mr. M. Joesoeph di Hotel Reebrinck untuk mengadakan perundingan. Dalam perundngan ini PKI menyatakan akan mengembalikan senjata-senjata yang telah dirampas kepada tentara pada esok harinya. Namun justru janji tersebut tidak ditepati oleh PKI, dan hal itu mrupakan sebuah jebakan semata, karena para petinggi Polisi Tentara setelah berada d Hotel Reebrinck mereka justru disambut dengan serentetan tembakan. Akhirnya karena mengalami jalan buntu dan kegagalan dalam berunding dengan M. Joesoeph, akhirnya Panglima Divisi Iimemutuskan untuk menghubungi Komandan Resimen Cikampek, Letkol Moeffreni untuk meminta bantuan dengan mengirimkan pasukannya ke Cirebon. Dan Letkol Moeffreni mengirimkan sebanyak 600 prajurit untuk dibawa ke Cirebon dengan dibawah pimpinan Mayor Banumahdi.


Pengiriman pasukan tersebut ditambah oleh pasukan sisa-sisa kekuatan TRI dan Polisi Tentara Cirebon guna menumpas para gerakan pemberontak. Batalyon I pimpinan Mayor Ribut mulai bergerak dari Sindanglaut, Batalyon II pimpinan Mayor Suyana mulai penyergapan dari arah Kedung Bunder, sedangkan Batalyon III pimpinan Mayor Dasuki mulai bergerak dari arah Kosambi. Rencana pertama dalam penyergapan tersebut yaitu dengan merebut pos-pos pertahanan PKI dan kemudian setelah itu bergerak menuju tempat utama pemberontakan yaitu di Hotel Reebrinck. Penyerbuan dan penyergapan langsung terhadap markas pemberontak dilakukan oleh pasukan gabungan antara TRI, Polisi Tentara di bawah pimpinan Lettu Machmud Pusya, Mayor Dasuki, dan Mayor Suwardi. Sesuai dengan rencana, paukan TRI bergerak dari berbagai jurusan untuk mengepung kedudukan pemberontak di markasnya. Tembak-menembak terjadi hanya sebentar, hal ini terjadi karan pasuka penyergap jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan para pemberontak, selain itu juga terdapat kepanikan di pihak pemberontak. Dan akhirnya setelah berhsil dikepung mereka para pemberontak akhirnya menyerah. Kemudian M. Joesoeph sebagai pimpinan pemberontak  berhasil ditangkap di rumah Mr. Suparman bersamaan dengan ditangkapnya Mr. Suprapto yang berusaha untuk melarikan diri.


Pemberontakan yang terjadi di Cirebon tersebut sangat dikutuk oleh pemimpin-pemimpin PKI seperti Sardjono dan Maruto Darusman. Mereka para pemimpin-pemimpin PKI menyatakan tidak bertanggung jawab atas tindakan M. Joesoeph tersebut, dan perbuatan tersebut dianggap lancang memyimpang dari strategi PKI. Akhirnya M. Joesoeph dibawa ke Mahkamah Partai untuk dilakukan sidang. Sidang tersebut dihadiri paling tidak oleh 60 tokoh komunis, dan dalam perkara pembelaan yang dilakukan oleh M. Joesoeph semuanya ditolak. Setelah peristiwa tersebut , Sardjono dan para tokoh PKI yang lainnya kemudian membentuk sebuah panitia pembersihan PKI guna menetralkan PKI dari para pemberontak-pemberontak.

sumber : Buku Komunisme di Indonesia Jilid I. (
Saleh As’ad Djamhari, dkk : 2009)

Selanjutnya »

Puisi Untuk Ayah (3)


Ayah dan ibu adalah dua orang yang sangat berjasa dalam hidup seseorang. Maka tak heran orang yang tidak berayah akan di cemooh orang dalam masyarakat. Seseorang yang ditinggal oleh ayah dinamakan anak yatim dan piatu kalau hanya ayah yang ada sementara ibunya telah tiada.

Lain lagi kalau ditinggal cerai, misal seseorang ditinggal ayahnya karena perceraian orang tuanya. Ini kadang memberi cerita sedih yang lain. Ayah ada tapi tak bisa bersama-sama.

Pada tanggal 13 Mei 2016 kemarin saya kehilangan ayah. Dia meninggal menjelang maghrib di hari Jum’at. Sebenarnya tidak banyak nostalgia yang bisa diceritakan, karena saya dibesarkan oleh seorang ibu. Namun begitu saat menjenguk beliau sontak airmata ini tidak bisa ditahan. Beberapa saat saya berada dipusaran waktu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, sedih-sedih banget Begitu rupanya rasanya kehilangan. Lalu bagaimanakah orang-orang yang saban hari bersama beliau? Bagaimana ia akan memupus kenangan yang begitu banyak.

Ya Allah tabahkan hati kami dalam menghadapi cobaan-Mu. Kami sadar kepada-Mu lah segalanya akan kembali. Terimalah amalannya selama di dunia, lapangkanlah kuburnnya dan tempatkan ia ditempat yang terbaik yaitu surga, aamiin.

Di bawah ini sekelumit curahan hati ketika ditinggal pergi ayah untuk selamanya. Moga bermanfaat.

Kecupan Pertama dan Terakhir Mengantar Kepulanganmu
Oleh : Fuadi

Aku kecup keningmu sepenuh cinta
Dingin ragamu mengaliri atma
Airmata tumpah
Jiwa ini pasrah

Tersengak aku menahan ratapan
Sesaat hilang kesadaran
Dibuaikah pusaran kenangan
Ooi Tuhan, jiwa ini lara kehilangan

Meski dinding tinggi ini memisahkan
Untuk kita merengkuh kebersamaan
Engkau tetaplah ayah, dunia akhirat
Itulah hakikat

Allahumma firlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu
Selamat jalan ayah

Bingkai hati, 170516


Selanjutnya »

Sabtu, 07 Mei 2016

Puisi Buruh


Setiap tanggal 1 Mei kita memperingati sebagai hari buruh. Kalau kita mengingat buruh pikiran kita akan digiring kepada sebuah kaum yang lemah, tertindas, hidup sederhana bahkan sampai kekurangan. Walaupun mereka sudah bekerja banting tulang, peras keringat, namun hasil yang didapat tidak sesuai harapan. 

Mereka menyebar di seluruh dunia, ada di pabrik, pertokoan, pertambangan, rumah mewah sebagai pembantu, dan sebagainya. Tapi tahukah kamu kalau sebenarnya mereka disayang oleh Sang Maha Pencipta (Allah SWT), yuk mari disimak aja puisi di bawah ini. Moga bermanfaat. 

PUISI BURUH
Oleh : Fuadi

Kerja kerja kerja
Lupa diri lupa Tuhan

Kerja kerja kerja
Titah tuan perintah tuhan

Lembur lembur lembur
Diri sudah babak belur

Lembur tak lembur
Kena PHK juga dulur

Pergi pagi pulang petang
Uang dimana uang

Kadang sampai pagi lagi
Badan bau terasi

Ikhlas ikhlas ikhlas
Nasib diri sudah jelas

"Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah."" (HR. Bukhari)

Bingkai Hati, 010516


Selanjutnya »