Minggu, 30 April 2017

Catatan 212 (bagian 2)





Puisi di bawah ini lahir dan terinspirasi dari perjuangan kafilah Ciamis yang begitu heroik. Mereka berjalan siang dan malam tak kenal lelah menuju Monas Jakarta untuk membela ulama dan agama Allah yang benar.

Fenomena itu terkenal dengan nama 212 (tanggal 2 bulan 12 tahun 2016), di mana pada saat itu diperkirakan 7 juta lebih umat Islam seluruh pelosok Indonesia berkumpul di Monas mengawal Fatwa MUI. 

Fatwa MUI itu sendiri keluar karena mulut yang tak terjaga dari seorang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang mengutip Almaidah ayat 51 serampangan. 

Fenomena ini menjadi sejarah tersendiri bagi perjalanan bangsa ini terutama pemerintahan Jokowi. Sebagai Presiden Jokowi diharapkan bisa menenangkan umat malah bungkam tidak memberikan solusi yang menyejukkan bagi umat Islam Indonesia. Umat Islam mayoritas penduduk negara ini merasa diasingkan, merasa dilecehkan.

Semoga fenomena ini menjadi renungan bagi kita semua, aamiin.


CATATAN 212

(Bagian 2)

Bergeraklah....
Duhai air yang damai
Bergeraklah dari gua-gua yang tenang
Bersama mengairi sungai-sungai  
Membentuk arus melewati tebing-tebing
Menebas cadas-cadas
Terus menerus menuruni lembah
Beriring doa-doa rerumput
Dipayungi awan-awan
Mengular kian besar
Menuju muara
Menyatu dalam lautan zikir
Menyatu dalam lautan doa

Ya Tuhan
Kami berkumpul karena cinta
Cinta kepada-Mu
Cinta kepada negeri
Maka perliharalah cinta kami
Perliharalah negeri kami
Aamiin

Pekanbaru, 05/12/2016


Selanjutnya »

Jumat, 28 April 2017

Uang Kutipan





UANG KUTIPAN
Oleh : Fuadi



Aku melihat kemudian bertanya

“Kepalamu sekarang bertamankan uang?”

lalu kau kutip satu untukku

aku menolak kau terbahak



Seorang teman menegurmu

kau petik lagi untuknya

ia bergegas berlalu kedipkan mata

berpasangpasang saksi mata terkesima



Begitu waktu merekam laku  

taman-taman di kepalamu

di kepalamu

di kepalamu

tumbuh subur menjamur

menjelma hutan rimba

sarangnya segala macam binatang



Setiap satu gonggongan kau kutip satu

dua lolongan dua kutipan

tiga auman tiga kutipan

seperti tangga nada lagu

dinyanyikan rakyat kala dada penuh sesak



Tiba-tiba halilintar berkabar

sambar-menyambar taman terbakar

menggebugebu ditiup cecak   

mengalahkan derudebu reklamasi



Kemarin kau-aku bermuka-muka

diujung jalan dekat gang buntu

mau aku menyapa

kau menolak aku yang terbahak



Hahahaha

taman di kepalamu bergoyang

diembus angin kencang

sepertinya mau tumbang



PKU, 110317
Selanjutnya »

Kamis, 27 April 2017

Testimoni Kopi (Antologi Puisi Kopi 1.550 Mdpl)



Puisi di bawah ini turut dikirim ke "Antologi Puisi Kopi 1.550 Mdpl" 
Bagi yang berminat menjadi sponsor atau membeli bukunya silahkan disimak aturan di bawah ini. 

Spesifikasi buku: 
tebal 380 halaman, 
ukuran A5, softcover, doff, kertas bookpaper, 
berat buku 490 gram. 
Harga buku Rp 95.000 + ongkos kirim.


Pemesanan bisa dilakukan dengan :
mentransfer harga buku + biaya kirim ke rekening Bank BCA CABANG DEPOK atas nama WILIANAH No Rekening: 8691-290-603
Silakan kirim bukti transfer ke inbox Willy Ana atau WA 0852-6835-4106.

Terima kasih
Jakarta, 26 Februari 2017
Salam hangat Tim Kurator,
Mustafa Ismail, Fikar W Eda, Salman Yoga S


TESTIMONI KOPI 
Oleh : Fuadi 


1)         
Perempuanku menyuguhkan kopi
pagi ini
kutemukan surga.

2)         
Seperti pahitnya hidup sering kita telan
yang melahirkan anak-anak rindu
saat berjauhan
dan menumbuhkan bunga-bunga cinta
saat berdekatan.

3)                   
Kau tahu puan?
kopi itu kamu
cintaku.

4)                   
Lihatlah puan!
kopi ini tandas
mengampas
itulah jejak
tertinggal
kekal

5)         
Aku sedikit aneh selera
sejak tawaranmu yang pertama
pahit sungguh menggoda
tak bertemu satu hari saja
aku sakau
kopi, dimana kau!


Pekanbaru, 4-181016

 
Selanjutnya »

Rabu, 26 April 2017

Sumpah





SUMPAH
Oleh : Fuadi

Sumpah, korupsi tidak akan mati
sampai pemuda-pemudi bangsa ini
memperbaiki laku perangai diri
berupa kerja nyata bukan teori

Sumpah, hukum di negeri ini selamanya lumpuh
jika para hakim berhati rapuh
rasa keadilan teruntuk tuan berpengaruh
kaum papa penjara masih banyak butuh  

Sumpah, kedamaian tidak akan pernah nyata
jika toleransi dipilah diperkosa
penguasa berkata tak mengindahkan tata krama
rakyat membela hak sawah ladangnya dianiaya

Sumpah, rakyat negeri ini tetap menderita
jika penguasa tak bermental baja
seperti kerbau dicucuk hidungnya
berjalan sesuai perintah majikannya

Lanjutkanlah sumpahmu wahai pemuda
demi tanah tumpah darah, demi bangsa
yang dipersatukan cita-citanya dengan bahasa
untuk kejayaan bersama Indonesia tercinta

PKU, 201016
Selanjutnya »