Kamis, 06 April 2017

Renungan




RENUNGAN
Oleh : Fuadi

Ini tentang kita yang menyambut Ramadhan dengan suka cita.  Bersarung-mukena berbaris berjajar shalat tarawih-witir bersama. Tadarus sambung bersambung mengumandangkan ayat-ayat-Nya nan agung. Di malam-malam-Nya menyemarakkan bulan-Nya. Kesempatan langka yang datang satu tahun sekali. Serasa kita adalah insan paling berguna, bahagia memancar dari raut tak lagi kusut. Sebulan penuh mengisi dada dengan siraman agama. Terpatri diri bagai santri, sebagai bekal sebelas bulan berjalan selepas Idul Fitri.


Bagai kilat waktu melipat. Sehari sesudah lebaran, masjid-masjid, mushalla dan langgar menemui sepi, sunyiii sekali. Suara azan mengiris tangis memanggil-manggil jama’ah. Subuh luruh, zuhur lamur, ashar kesasar, maghrib ghaib, isya merana. Hanya ada kakek-nenek bengek, yang nyawanya sudah hinggap di kepala berjumlah tiga, satu imam dua makmum. Muda-mudi asyik selfi, aploud foto ketawa-ketiwi di album lebaran berlatar senja-Nya yang emas. Di media sosial penuh gambar ketupat memikat aneka warna. Woii lebaran, bebas bablas, lupa makna dibaliknya. Hari Fitri hilang jati diri. 

Inilah kita, selalu salah kaprah. Inilah kita, tak menjaga hati. Bulan kesiangan. malam kelam mencekam. Hati kembali hitam.     
  

Lidah Api, 120616

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambah sahabat dengan komentar, No Spam