RENUNGAN
Oleh : Fuadi
Ini tentang kita yang menyambut
Ramadhan dengan suka cita. Bersarung-mukena
berbaris berjajar shalat tarawih-witir bersama. Tadarus sambung bersambung
mengumandangkan ayat-ayat-Nya nan agung. Di malam-malam-Nya menyemarakkan
bulan-Nya. Kesempatan langka yang datang satu tahun sekali. Serasa kita adalah
insan paling berguna, bahagia memancar dari raut tak lagi kusut. Sebulan penuh
mengisi dada dengan siraman agama. Terpatri diri bagai santri, sebagai bekal
sebelas bulan berjalan selepas Idul Fitri.
Bagai kilat waktu melipat. Sehari
sesudah lebaran, masjid-masjid, mushalla dan langgar menemui sepi, sunyiii
sekali. Suara azan mengiris tangis memanggil-manggil jama’ah. Subuh luruh,
zuhur lamur, ashar kesasar, maghrib ghaib, isya merana. Hanya ada kakek-nenek
bengek, yang nyawanya sudah hinggap di kepala berjumlah tiga, satu imam dua
makmum. Muda-mudi asyik selfi, aploud foto ketawa-ketiwi di album lebaran
berlatar senja-Nya yang emas. Di media sosial penuh gambar ketupat memikat
aneka warna. Woii lebaran, bebas bablas, lupa makna dibaliknya. Hari Fitri
hilang jati diri.
Inilah kita, selalu salah kaprah.
Inilah kita, tak menjaga hati. Bulan kesiangan. malam kelam mencekam. Hati
kembali hitam.
Lidah Api, 120616
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambah sahabat dengan komentar, No Spam