Senin, 17 Juni 2013

LOMBA MENULIS PUISI "MERINDU RAMADHAN" oleh Dewi Anggun Pratiwi


Setelah sukses menyelenggarakan lomba menulis PUISI dan PROSA LIRIS "UCAP" pada bulan April 2013 sampai dengan bulan Mei 2013--kami--Penerbit Meta Kata bermaksud kembali menyelenggarakan lomba menulis PUISI. Tentunya dengan tema yang lebih SEGAR dan lebih MENANTANG. Baiklah, berikut persyaratan lengkap bagi kawan-kawan yang hendak ikut berpartisipasi sebagai peserta:
  1. Lomba terbuka untuk umum.
  2. Membagikan info lomba ini ke minimal 11 teman di jejaring sosial facebook, twitter, atau posting di blog pribadi (pilih salah satu).
  3. Like FansPage "Penerbit Meta Kata" (http://www.facebook.com/PenerbitMetaKata)
  4. Tema: MERINDU RAMADHAN
  5. Naskah dalam bentuk PUISI, maksimal 3 bait/11 baris (termasuk judul), dengan format file Ms Word 2003/2007, kertas ukuran A4, font TNR 12pt, spasi 1.5, margin rata-rata 3 cm untuk setiap sisi. 
  6. Naskah merupakan karya asli penulis dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk buku. 
  7. Setiap peserta hanya diperbolehkan mengirim 1 naskah terbaiknya, lengkap dengan biodata narasi, maksimal 30 kata (nama, akun facebook, dan alamat email). 
  8. Naskah yang telah memenuhi persyaratan di atas, dikirim ke email: redaksi.metakata@gmail.com (berupa lampiran, bukan di badan email), dengan subyek email: MR_JUDUL NASKAH_NAMA PENULIS dan NAMA FILE disesuaikan dengan NAMA PENULIS.
  9. Pengiriman naskah dibuka mulai tanggal 12 Juni 2013 s.d 23 Juni 2013 pukul 11:00 WIB (hanya 11 hari)
  10. Hasil lomba akan diumumkan pada tanggal 26 Juni 2013 di blog resmi Penerbit Meta Kata
  11. 89 naskah terpilih akan dibukukan dalam bentuk Antologi Puisi dan masing-masing Penyair mendapat diskon 20% dalam pembelian buku terbit + diskon 20% dalam pembelian buku-buku terbitan Meta Kata dan 11 Penyair dengan naskah terbaik akan mendapatkan hadiah tambahan berikut.
§   Terbaik I: Paket Buku + Voucher Penerbitan Senilai Rp 150.000 + E-Sertifikat
§   Terbaik II: Paket E-Book + Voucher Penerbitan Senilai Rp 150.000 + E-Sertifikat
§   Terbaik III: Paket E-Book + Voucher Penerbitan Senilai Rp 100.000 + E-Sertifikat
§   Terbaik IV: Paket E-Book + Voucer Penerbitan Senilai Rp 75.000 + E-Sertifikat 
§   Terbaik V: Paket E-Book + Voucer Penerbitan Senilai Rp 50.000 + E-Sertifikat
§   Terbaik VI: Paket E-book + E-Sertifikat
§   Terbaik VII: Paket E-book + E-Sertifikat
§   Terbaik VIII: Paket E-book + E-Sertifikat
§   Terbaik IX: Paket E-book + E-Sertifikat 
§   Terbaik X: Paket E-book + E-Sertifikat 
§   Terbaik XI: Paket E-book + E-sertifikat
§   Hadiah dalam bentuk voucer penerbitan, tidak dapat diuangkan atau digabung dengan voucer penerbitan lainnya dan hanya berlaku untuk paket penerbitan #PERSEORANGAN Rp 500.00 di Penerbit Meta Kata
Demikian pengumuman lomba PUISI terbaru kami. Selamat berkarya melalui goresan pena!!! 
Selanjutnya »

Jumat, 14 Juni 2013

Kepada June (Renungan Diri)



June, telah terukir satu kehidupan menjelang minggu keduamu. Saat suara azan lapat-lapat menyelisik gendang telinga kananku dari seorang ayah. Senyum seorang ibu mengembang di sela letih menjamah. Orang-orang berkerumun mengucap syukur Alhamdulillah. Ada suara-suara, denting gelas, mungkin mereka tertawa bersulang kopi, menyeruput dahaga yang ditahan berjam-jam.

Aku perdengarkan tangisan pilu pada mereka di ujung malam menjelang subuh, entahlah.  Mataku masih tertutup rapat. Dekapan hangat seorang bidadari mengusir dinginnya malam. Derap-derap sepatu, kata-kata yang tidak aku mengerti silih berganti bergema pada dinding kamar. “Berisik!, Inikah dunia”?, bisik batinku menahan gigil.   

Masa-masa mandi bersama menyambut derasnya hujan di halaman rumah, mengumbar tawa renyah. Bermain layangan di sawah sambil menghitung awan-awan putih menghiasi langit biru. Menyisir sungai saban hari kala senja mengambang  atau mengisi hari Minggu libur sekolah, sungguhlah indah.

Kenang di kenang, ada kisah yang terbuang, sedih menggunung melihat kawan satu-satu mengalih kisah. “Merantau”, ucapmu membuatku tergugu-gugu. Satu episode berlalu. Namun masih tersisa senyummu di kayuhan sepeda menuju sekolah, pada kicau burung atau kokok si jago yang menyapa pagiku.  Pada tonggak surau tempat kita mengaji dan layangan yang mendengung, seakan membawa kabar  keberadaanmu.

Pun ketika aku harus meninggalkan peta perjalanan pada ibu yang tertunduk lesu di tangga rumah, menahan irisan tangis yang menggenang di matanya nan mulai menua. Aku tak bisa berkata-kata, hanya bernapas dalam-dalam sambil menarik tenggorokanku yang terasa mau menumpahkan bah di ujung kidung pisah.

Tahukah kah kau? Dalam perjalanan panjang membentang, aku telah melupakanmu, melewatkan segala kenang di gerhana rindu, berteduh di piasnya malam, tanpa wejangan seorang ibu, bahkan rumah Tuhan sekalipun. Aah, dunia telah membuat tubuh dan jiwaku compang-camping.  

Tersenyum kuyu menatap ruangku, kosong. Melongo pada cermin diri, kotor. Tiba-tiba aku ingat akan-Mu, tempat segala awal bermula. Rindu suara azan-Mu yang menggetarkan iman, lalu sujud di rumah-Mu. Aku ingin kembali, melayari harimu June dan setelahnya dengan sederhana, sesederhana hatiku mengharap ridha-Mu, tanpa seorangpun yang tahu, sebelum semuanya perlahan mengatup tertutup. Aamiin.

Bingkai Hati, 130613


Selanjutnya »

Selasa, 16 April 2013

Puisi Perjuangan Hidup



Dalam hidup kita perlu mempunyai cita-cita, walau terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan apa kita peroleh. Bagi yang tidak dapat meraih cita-citanya janganlah putus asa, sebab Allah Sang Maha Pengatur Segalanya lebih tahu tentang diri dan kebutuhan kita. 

Hidup adalah perjuangan. Sebagai manusia kita hanya perlu berusaha dan serahkan apa kita usahakan kepada Sang Khalik, semoga dengan begitu hidup kita menjadi berkah dan dilancarkan segala urusan kita. Aamiin. 

Untuk itu mulailah berjuang di kala usia masih muda, agar kita lebih dewasa dalam menghadapi hidup. Apalagi dalam dunia yang serba sulit seperti sekarang. Jangan sia-siakan usia muda dengan hal-hal yang negatif, lakukanlah hal-hal yang positif  untuk melatih kemandirian diri. Hanya orang-orang yang mandiri akan melewati masa-masa sulit dan berhasil dalam hidupnya. 

Puisi berikut ini saya tulis dalam Antologi Puisi "Bangkitlah Pejuang Mimpi" yang diterbitkan oleh Rasibook. Bagi anda yang suka dan ingin memilikinya silahkan simak yang dibawah ini. 

Judul : Bangkitlah Pejuang Mimpi

Kode : KP-BPM
Kategori : Kumpulan Puisi
Penulis : Ahmad Teguh Fahruki, Gigih Suroso, Aisha Ikhwan, dkk
Ukuran : 14,8 x 21 cm
Halaman : 222 halaman
Penerbit : Rasibook 
Harga : Rp. 45.000,-



Untuk pemesanan silakan ketik,
(No. Kontributor)_(Nama)_(No.HP)_(Judul buku)_(Jumlah buku yg dipesan)_(alamat lengkap) kirim ke message ke fb rasibook, atau email rasibook@yahoo.com

Selamat menikmati, semoga bermanfaat. 


  
Loper Koran
Oleh : Fuadi

Masih dalam balutan kabut pagi, selepas subuh
Sepasang kaki mengayuh BMX dengan bismillah
Di perempatan jalan ia berhenti
Memungut jatah koran hari ini

Pemuda tanggung dengan segumpal cita
Membelah dingin kota
Menjalankan amanah Tuhannya
Sebagai loper koran tidaklah hina  

Dia telah melakoni hidupnya
Dari lapangan kerja yang kian sempit
Dari beban ekonomi yang semakin sulit
Demi seonggok harap di kemudian hari

Wajah polos itu terus mengayuh sepedanya
Berdendang mengusir sepi
Sesekali senyum ramahnya hinggap di lekuk bibir nyonya rumah
“Alhamdulillah”, ucapnya meluncur dari bibirnya yang ikhlas melewati hari

Namun perjuangan belumlah usai
Segera mengemas buku-buku sekolah
Menjamah-jamah masa depan
Menuntut ilmu, menjalankan perintah Illahi
Untuk bekal di alam duniawi menuju yang hakiki

Alam Mayang, 210213


Selanjutnya »

Puisi Mujahid Muda (Terpenjara Di Negeri Sendiri)


Terpenjara Di Negeri Sendiri

Selamat berjumpa lagi sob. Mungkin sahabat pernah ke Palestina atau sekedar mendengar nasib negara satu ini. Sebuah negara yang selalu dirundung malang, disebabkan oleh negara Yahudi (Israel) yang kejam dan bengis lagi tidak berperikemanusiaan. 

Sungguh hati ini sangatlah sedih bila mendengar atau membaca nasib rakyat di sana. Ibu-ibu diperkosa, anak-anak harus memanggul senjata untuk mempertahankan tanah kelahirannya. Masjid Al-Aqsa, tempat Nabi Muhammad SAW diberangkatkan oleh Allah SWT ke Sidratul Muntaha di obrak-abrik. Masih banyak lagi derita rakyat di sana yang tidak akan habis kalau dibahas. Hanya usaha dan doa kepada Allah yang tidak pernah berhenti agar semua cepat berlalu, dan Palestina serta Masjid Al-Aqsa kembali kepada  mereka seutuhnya. Aamiin

Untuk itu sudah sepantasnya kita sebagai umat islam membantu saudara kita di sana dengan apa yang kita bisa. Puisi di bawah ini hanya sekedar ilustrasi dari kejadian-kejadian yang terhampar dan tergambar di sana.    Puisi di bawah ini terdapat dalam Buku Antologi Puisi "Terpenjara Di Negeri Sendiri" yang diterbitkan oleh CV. Alif Gemilang Pressindo. 

Bagi sahabat yang berminat memiliki buku ini silahkan baca ketentuan di bawah ini : 

Judul : TERPENJARA DI NEGERI SENDIRI

ISBN : 978-602-7692-30-6

Tebal : 268 Halaman

Harga : Rp. 50.000,-


Cara Pemesanan Ketik:
TDNS#Nama Lengkap#Alamat Lengkap#Jumlah#No. Telp#
Kirim ke 0878-260000-53


Mujahid Muda
Oleh : Fuadi

Kami adalah mujahid muda
Dari negeri Palestina 
Batu adalah senjata kami
Yang akan merobek jantung dan hati Israel durhaka

Kami lahir dari tetesan darah mujahidin dan mujahidah
Membuat kami kuat dan tabah
Iman dan akidah kami selalu ditempah
Di bawah desingan peluru
Adrenalin patriot kami berpacu
Jangan kau arahkan moncong senjata
Atau memasang tampang beringas
Sebab iman kami takkan terkuras
Di hadapan penjajah zionis ganas  

Kami adalah mujahid muda
Syahid tujuan utama
Dalam setiap langkah
Selalu berdoa pada Illahi
Untuk mengusir penjajah zionis
Yang berperang dengan bengis
Tanpa manusiawi
Menginjak-injak harga diri

Lihatlah kami
Begitu manis menyambut mati
Sebab niat kami suci
Untuk membela negeri
Tanah para nabi

Bingkai Hati, 251112

Coba juga baca puisi di bawah ini : 

Doa Mujahid
Oleh : Fuadi

Rabb….
Kami bermunajat kepadamu
Zat yang menciptakan bumi ini
Begitu harum bagi kaum penjajah
Tanah para syuhada
Negeri para nabi
Disinilah masjid Al-Aqsa berdiri
Tempat tinggal landas kekasih-Mu  
Muhammad SAW menuju ‘Arsy-Mu yang agung

Lihatlah kini
Tangan-tangan jahil itu memporak porandakan tanah-Mu
Mengangkangi kekuasaan-Mu
Memperkosa ibu-ibu
Membunuh anak-anak
Menghanguskan rumah-rumah
Dalam kancah perang tak seimbang
Takdir tak pernah memihak
Tetesan darah ini sebagai saksi
Jutaan nyawa sebagai bukti
Perjuangan takkan pernah berhenti

Rabb….
Kami tak pernah takut dengan tank-tank mereka
Atau rudal yang membuat tubuh kami berkeping-keping
Juga takkan meratapi kematian istri dan anak kami
Kami hanya takut ketika jiwa jihad kami hilang
Kematian menjadi sia-sia
Pengorbanan jadi tak berguna 

Rabb…
Tanamkan selalu di hati dan generasi kami
Jiwa patriot pantang menyerah
Tumbuhkan selalu di dada penerus kami
Niat suci membela negeri

Bingkai Hati, 251112

Demikian semoga bermanfaat. Wassalam 




Selanjutnya »

Ariny (Antologi Puisi Memeluk Luka)


Berikut ini adalah puisi patah hati. Bagi anda yang merasa pernah patah hati, sekedar menghilangkan kejenuhan ada baiknya anda baca puisi di bawah ini. Hehehee selamat menikmati. 

Puisi ini terangkum dalam Buku Antologi Puisi "Memeluk Luka". Bagi yang berminat silahkan baca ketentuan di bawah ini. 

Judul : Memeluk Luka

ISBN : 978-602-17359-9-2

Penulis : Ariny NH, Urai Rizki and puisi lovers
Penerbit : Diandracreative
Tanggal Terbit : 2013-04-01
Jumlah Halaman : 150 halaman
Berat Buku : 200 gr
Kertas : HVS 13x19cm
Harga : Rp. 37.000,00  
Pesan di nomor 085654910277. ketik Memeluk_nama_alamat_jumlah



Ariny
Oleh : Fuadi

Duduk punggung memunggung, menggenggam diam
Menyiratkan pisah di senja nan pasrah
Melahirkan sengau lirih merintih
Dalam amuk badai menahan perih

Ariny!, gugur sudah sumpah setia yang kita eja bermusim-musim
Cinta menguncup, layu terkulai
Mengurai benang basah dalam rinai bergemuruh
Relung jiwa digores, berdarah

Aku tak bisa lagi menelaah warna hatimu, meski jarum jam berbalik arah
Degup jantung mengapung
Luka tidak akan pernah bertaut

Ariny!, aku pergi menggumuli perih
Deras menghunjam ke dasar ceruk
Meninggalkan serpihan-serpihan yang tidak bisa aku pungut ulang


Bingkai Hati, 070313
Selanjutnya »

Rabu, 13 Maret 2013

Pantun Ilmu Penuntun Jalan





Hai sobatku sekalian, jumpa lagi kita dalam pantun. 

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Pantun 

Baik untuk anda yang senang dengan pantun mari meluncur ke TKP 



Ilmu Penuntun Jalan 
Oleh : 
Fuad Adi/Fuadi

Pulau pinang jauh di mata 
Namun terasa dekat dihati
Menuntut ilmu sepanjang masa 
Agar hidup bahagia di akhir nanti 

Berlayar pelihara kompas 
Hati-hati dengan rintangan 
Pentingnya ilmu kalau dibahas 
Sampai mati tidak berkesudahan 

Layang-layang terbang melayang 
Jatuh diatas pohon rambutan 
Tuntutlah ilmu wahai adikku sayang
Sangat berguna penerang jalan 

Malam minggu pergi berburu 
Tinggalkan pacar yang setia menunggu 
Menuntut ilmu sangatlah perlu 
Untuk bekal di hari tuamu 

Ambillah pena bertinta biru 
Untuk menulis dihalaman buku 
Kalaulah ilmu dan agama menyatu 
Tuhan akan sangat sayang padamu

Demikian, moga bermanfaat 

Pantun di atas juga terdapat dalam buku antologi "Mutiara Pantun" yang diterbitkan oleh Goresan Pena Publishing. Bagi yang berminat silahkan dikontak langsung penerbitnya. 

Baca juga : Pantun Cita-cita dan Pengabdian


Selanjutnya »

Pantun Ibu Segalanya





Hai sobatku sekalian, jumpa lagi kita dalam pantun. 

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Pantun 

Baik untuk anda yang senang dengan pantun mari meluncur ke TKP 



Ibu Segalanya Oleh: Buana Senja/Fuadi

Buah mangga enak rasanya 
Dimakan bersama keluarga 
Sudah setahun tak berjumpa 
Aku rindu sama ibunda 

10 November hari pahlawan 
Taburlah bunga penghargaan 
Kepada kawan-kawan ingatlah pesan 
Seorang ibu juga pahlawan 

Kelok sembilan sungguhlah indah 
Tempat orang berlalu lalang
Aku menyapa dengan suara rendah 
Untuk ibuku yang tersayang 

Bukittinggi kota wisata 
Disana banyak turisnya 
Wahai kawan dan saudara 
Jangan lupakan jasa ibunya

Pekanbaru kota bertuah 
Negeri melayu sampai sekarang
Dengarkan ibu berpetuah
Agar kita selalu disayang

Demikian, moga bermanfaat 

Pantun di atas juga terdapat dalam buku antologi "Mutiara Pantun" yang diterbitkan oleh Goresan Pena Publishing. Bagi yang berminat silahkan dikontak langsung penerbitnya. 

Baca juga : Pantun Cita-cita dan Pengabdian


Selanjutnya »

Selasa, 12 Maret 2013

Pantun Hidup Berkah




Hai sobatku sekalian, jumpa lagi kita dalam pantun. 

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Pantun 

Baik untuk anda yang senang dengan pantun mari meluncur ke TKP 


Hidup Berkah 
Oleh: Buana Senja/Fuadi

Buah rambutan di depan rumah
Manis rasanya dimakan ditepi sawah 
Walau hidup sekarang susah
Berusahalah terus dan jangan menyerah

Ramai jalanan di kala siang 
Banyak motor berlalu lalang 
Hidup miskin jangan di kenang
Lebih baik bersenang-senang

Jalan-jalan ke kota Paris 
Banyak rumah berbaris-baris
Dalam hidup jangan pesimis
Orang pesimis rezekinya miris 

Beli sepatu di kaki lima 
Agar dapat yang lebih murah
Walau hidup sederhana 
Yang penting rezekinya berkah 

Susah dan senang silih berganti 
Usah disesali yang telah terjadi 
Berdoa dan berusaha setiap hari 
Semoga Allah meridhai 

Sambutlah pagi dengan hati nan suci 
Lalu berdoa pada Illahi 
Hidup ini terasa indah sekali 
Kalau diserahkan pada Sang Pemberi Rezeki 

Kalau banyak uang berzakatlah
Kalau sedikit uang berinfaklah
Ikuti perintah Allah 
Supaya hidup menjadi berkah 

Kalau tidak ada uang berusahalah
Sebab hidup adalah berjuang
Jangan putus asa dan menyerah 
Agar Tuhan selalu sayang

Demikian, moga bermanfaat 

Pantun di atas juga terdapat dalam buku antologi "Mutiara Pantun" yang diterbitkan oleh Goresan Pena Publishing. Bagi yang berminat silahkan dikontak langsung penerbitnya. 

Baca juga : Pantun Cita-cita dan Pengabdian



Selanjutnya »

Senin, 11 Maret 2013

Bukittinggi Dalam Puisi (Kisah Empat Pria)


Selamat berkunjung sobatku semua. Kali ini saya bawa anda ke Bukittinggi dalam antologi puisi bertajuk "Bukittinggi Ambo di Siko", karya 39 penyair nusantara. 

Dalam buku ini saudara bisa mengenal Bukittinggi lebih jauh lewat puisi-puisi dari penyair-penyair nusantara. Selamat menikmati!

Katalog Dalam terbitan ( KDT )
Bukittinggi,Ambo di siko
Pare, Penerbit FAM Publishing
xvii+ 154 Halaman
ISBN: 978-602-17404-7-7

Cetakan 1,Februari 2013

Harga Rp 41.000 ( belum termasuk ongkos kirim)

Cara pemesanan :
- melalui inbox fb Fuad Adi (Fuadi, HP. 081371450780)
- melalui penerbit FAM,call centre : 081259821511
- atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com
- dan kunjungi www.famindonesia.com.


Di bawah ini adalah salah satu puisi yang ada dalam buku antologi puisi "Bukittinggi Ambo di Siko"


Kisah Empat Pria
Oleh : Fuadi

Aku tatap lekat-lekat ngarai di depan mata
Empat pria disampingku bersuara

Ngarai Sianok
Sebuah tebing jurang yang tinggi
Lembahnya lebar datar memanjang
Cenderamata berupa lukisan
Kain tenun hasil racikan lentik jemari gadis minang
dapat dijumpai di sepanjang jalan menuju Panorama
Pria pertama memulai kisahnya

Pria kedua menyambungnya
Ngarai Sianok membujur dari Koto Gadang di Selatan
Sampai di Sianok Anam Suku di Utara
Menuruni jenjang seribu adrenalin dipacu
Tampaklah Koto Gadang membentang
Tanah lahir para Pahlawan Indonesia
Agus Salim dan Syahrir salah satunya
Kerajinan perak dan songket juga dapat dilihat di sana

Pria ketiga meningkahi
Tak lengkap rasanya kalau tidak sampai ke dasar ngarai
Batang Sianok mengalir berkelok-kelok
Dijelajahi dengan kano atau kayak sungguhlah elok
Dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh
Pemandangan alam nan asri sangatlah indah

Sampai didasar ngarai berhentiah sejenak
Menikmati hamparan tanah bersih
Terpampang memanjang
di depan aliran batang sianok nan tenang
Airnya sejuk, bening
Gunung Merapi dan Singgalang tampak menjulang
Rancak nian untuk perkemahan
Demikian pria keempat mengakhiri cerita

Hmmmm
Aku bergumam dalam hati
Untuk menyusun rencana dilain hari


Bingkai Hati, 281212

Baca juga :
Bung Hatta 
Bukittinggi oh Bukittinggi

Selanjutnya »