June, telah terukir satu
kehidupan menjelang minggu keduamu. Saat suara azan lapat-lapat menyelisik
gendang telinga kananku dari seorang ayah. Senyum seorang ibu mengembang di
sela letih menjamah. Orang-orang berkerumun mengucap syukur Alhamdulillah. Ada
suara-suara, denting gelas, mungkin mereka tertawa bersulang kopi, menyeruput
dahaga yang ditahan berjam-jam.
Aku perdengarkan tangisan pilu
pada mereka di ujung malam menjelang subuh, entahlah. Mataku masih tertutup rapat. Dekapan hangat seorang
bidadari mengusir dinginnya malam. Derap-derap sepatu, kata-kata yang
tidak aku mengerti silih berganti bergema pada dinding kamar. “Berisik!, Inikah
dunia”?, bisik batinku menahan gigil.
Masa-masa mandi bersama menyambut
derasnya hujan di halaman rumah, mengumbar tawa renyah. Bermain layangan di
sawah sambil menghitung awan-awan putih menghiasi langit biru. Menyisir sungai
saban hari kala senja mengambang atau
mengisi hari Minggu libur sekolah, sungguhlah indah.
Kenang di kenang, ada kisah yang
terbuang, sedih menggunung melihat kawan satu-satu mengalih kisah. “Merantau”,
ucapmu membuatku tergugu-gugu. Satu episode berlalu. Namun masih tersisa
senyummu di kayuhan sepeda menuju sekolah, pada kicau burung atau kokok si jago
yang menyapa pagiku. Pada tonggak surau
tempat kita mengaji dan layangan yang mendengung, seakan membawa kabar keberadaanmu.
Pun ketika aku harus meninggalkan
peta perjalanan pada ibu yang tertunduk lesu di tangga rumah, menahan irisan
tangis yang menggenang di matanya nan mulai menua. Aku tak bisa berkata-kata,
hanya bernapas dalam-dalam sambil menarik tenggorokanku yang terasa mau
menumpahkan bah di ujung kidung pisah.
Tahukah kah kau? Dalam perjalanan
panjang membentang, aku telah melupakanmu, melewatkan segala kenang di gerhana
rindu, berteduh di piasnya malam, tanpa wejangan seorang ibu, bahkan rumah
Tuhan sekalipun. Aah, dunia telah membuat tubuh dan jiwaku
compang-camping.
Tersenyum kuyu menatap ruangku,
kosong. Melongo pada cermin diri, kotor. Tiba-tiba aku ingat akan-Mu, tempat
segala awal bermula. Rindu suara azan-Mu yang menggetarkan iman, lalu sujud di
rumah-Mu. Aku ingin kembali, melayari harimu June dan setelahnya dengan
sederhana, sesederhana hatiku mengharap ridha-Mu, tanpa seorangpun yang tahu,
sebelum semuanya perlahan mengatup tertutup. Aamiin.
Bingkai Hati, 130613
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambah sahabat dengan komentar, No Spam