Jumat, 14 Juni 2013

Kepada June (Renungan Diri)



June, telah terukir satu kehidupan menjelang minggu keduamu. Saat suara azan lapat-lapat menyelisik gendang telinga kananku dari seorang ayah. Senyum seorang ibu mengembang di sela letih menjamah. Orang-orang berkerumun mengucap syukur Alhamdulillah. Ada suara-suara, denting gelas, mungkin mereka tertawa bersulang kopi, menyeruput dahaga yang ditahan berjam-jam.

Aku perdengarkan tangisan pilu pada mereka di ujung malam menjelang subuh, entahlah.  Mataku masih tertutup rapat. Dekapan hangat seorang bidadari mengusir dinginnya malam. Derap-derap sepatu, kata-kata yang tidak aku mengerti silih berganti bergema pada dinding kamar. “Berisik!, Inikah dunia”?, bisik batinku menahan gigil.   

Masa-masa mandi bersama menyambut derasnya hujan di halaman rumah, mengumbar tawa renyah. Bermain layangan di sawah sambil menghitung awan-awan putih menghiasi langit biru. Menyisir sungai saban hari kala senja mengambang  atau mengisi hari Minggu libur sekolah, sungguhlah indah.

Kenang di kenang, ada kisah yang terbuang, sedih menggunung melihat kawan satu-satu mengalih kisah. “Merantau”, ucapmu membuatku tergugu-gugu. Satu episode berlalu. Namun masih tersisa senyummu di kayuhan sepeda menuju sekolah, pada kicau burung atau kokok si jago yang menyapa pagiku.  Pada tonggak surau tempat kita mengaji dan layangan yang mendengung, seakan membawa kabar  keberadaanmu.

Pun ketika aku harus meninggalkan peta perjalanan pada ibu yang tertunduk lesu di tangga rumah, menahan irisan tangis yang menggenang di matanya nan mulai menua. Aku tak bisa berkata-kata, hanya bernapas dalam-dalam sambil menarik tenggorokanku yang terasa mau menumpahkan bah di ujung kidung pisah.

Tahukah kah kau? Dalam perjalanan panjang membentang, aku telah melupakanmu, melewatkan segala kenang di gerhana rindu, berteduh di piasnya malam, tanpa wejangan seorang ibu, bahkan rumah Tuhan sekalipun. Aah, dunia telah membuat tubuh dan jiwaku compang-camping.  

Tersenyum kuyu menatap ruangku, kosong. Melongo pada cermin diri, kotor. Tiba-tiba aku ingat akan-Mu, tempat segala awal bermula. Rindu suara azan-Mu yang menggetarkan iman, lalu sujud di rumah-Mu. Aku ingin kembali, melayari harimu June dan setelahnya dengan sederhana, sesederhana hatiku mengharap ridha-Mu, tanpa seorangpun yang tahu, sebelum semuanya perlahan mengatup tertutup. Aamiin.

Bingkai Hati, 130613


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambah sahabat dengan komentar, No Spam