Selasa, 24 September 2019

Padang Panjang, Sejarah dan Aku yang Rindu




Puisi di bawah ini saya kutip dari buku “EPITAF KOTA HUJAN (Padang Panjang dan Puisi-Puisi Penyair Asia Tenggara)” hasil kerjasama FPL (Forum Pegiat Literasi) Padang Panjang dengan Dinas Perpustakaan & Kearsipan Padang Panjang Sumatera Barat.

Selamat membaca, semoga bermanfaat. Salam bahagia.
   
PADANG PANJANG, SEJARAH DAN AKU YANG RINDU

Kabut dan hujan gerimis kota itu
meniriskan mata adat lampau
ritmis lilik Rahmah El-Yunusiyah
merdekalah perempuan
bersibaklah kelam pengetahuan
berguncanglah batin Al-Azhar 

Padang Panjang Serambinya Mekkah
aku catat waktu
seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga, pertengahan
Kauman dan hawamu nan sejuk
meja dan kursi yang berjajar rapi
kelas sosial itu
kapur tulis putih
wajah-wajah teduh takpernah mengeluh
memompa semangat kami dari keterasingan zaman
sebab ilmu takpernah berkesudahan

Restu bukit barisan
angin lembah yang bergerak tabah
iringi ingsut kereta
Silaing, riuh gemuruh air terjun
Mega Mendung taman wisata keluarga
eksotik hutan rimba raya
Awan putih selendang Gunung Merapi, Tandikek dan Singgalang 
mandi bergurau dijernih Lubuak Mato Kuciang
bagaimana kenang itu akan terbuang

Gadis-gadis menenun songket
menghentak serentak kaki
lincah lentik jemari
melestarikan budaya menjaga tradisi
Pandai Sikek
rumah gadang ukiran para bujang
di sana pinyaram hitam, kareh-kareh
sungguh nikmat diseduh bersama teh
pagi menjelang ke ladang berjenjang-jenjang
memanjakan mata pandang

Padang Panjang
lirih saluang dan puput
rindu ini takpernah surut

Pekanbaru, 100218

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambah sahabat dengan komentar, No Spam