Minggu, 22 September 2019

Bayi-Bayi Penebar Anyir



“Jika saya mati sudah tentu bukannya berarti PKI ikut mati bersama kematian saya. Tidak, sama sekali tidak. Walaupun PKI sekarang sedang rusak berkeping-keping, saya tetap yakin bahwa ini hanya bersifat sementara. Dan dalam proses sejarah nantinya, PKI akan tumbuh kembali, sebab PKI adalah anak zaman yang dilahirkan oleh zaman”.


Kutipan di atas, adalah pernyataan Sudisman – anggota Polit Biro PKI zaman DN Aidit yang diadili pada bulan Juli 1967 dan dijatuhi hukuman pidana mati –  yang disampaikan pada nota pembelaan (pledoi) di sidang pengadilan pada tanggal 21 Juli 1967.


Sudah sama kita ketahui, pasca peristiwa pemberontakan dan kudeta tahun 1965,  dibentuk TAP MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme (TAP MPRS XXV/1966). (https://suaramuslim.net)



Sebagai generasi pewaris bangsa, waspada atas kebangkitan PKI mesti terus dijaga, agar kejadian kelam perjalanan sejarah bangsa ini tidak terulang.



Di bawah ini sebuah puisi untuk sekadar mengingat-ingat peristiwa tersebut. Silahkan disimak, semoga bermanfaat. Salam Bhineka Tunggal Ika.



BAYI-BAYI PENEBAR ANYIR



Madiun Empat Delapan

Kacamata Hatta retak

Ditikam Muso

Mereka sebut itu “Jalan Baru”



Kita didarahi

Orang-orang suci dihilangkan

Oleh nafsu kekuasaan

Kejam penuh dendam



September Enam Lima,

Jakarta  “Hamil Tua”

Lahirlah bayi-bayi yang kejam

Bayi-bayi yang ingin menjadi tuhan di bumi pertiwi



Mereka menembak, menjambak, berteriak

Menari suka-suka mengangkangi kuasa tuhan

Dini hari kokang senjata, 

Jenderal-jenderal dimatikan paksa



Subuh Oktober dan bulan-bulan berikutnya

Adalah hari-hari sunyi, sepi, mencekam

Bau anyir darah mengabarkan luka

Bau anyir darah melukiskan nestapa

Melanda negeriku,

Melanda negerimu

Menjadi sejarah kelam negeri kita



Disemak-semak pinggiran hutan

Di ladang-ladang tebu,

Di sumur-sumur tua

Mayat-mayat ditumpuk-tumpuk

Tak berbentuk



Sesak pilu menusuk kalbu

Bara dada menyala

Bulan merah warna



Hingga kini

Bayi-bayi penebar anyir

Masih saja dilahirkan?

Masih saja melahirkan?



Duhai generasi bagus

Jangan pupus dari endus

Jangan lengah buat kalah

Menjaga sejarah menjaga marwah



CA, 290918

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambah sahabat dengan komentar, No Spam