“Jika saya mati sudah tentu bukannya berarti PKI ikut mati bersama kematian
saya. Tidak, sama sekali tidak. Walaupun PKI sekarang sedang rusak
berkeping-keping, saya tetap yakin bahwa ini hanya bersifat sementara. Dan dalam
proses sejarah nantinya, PKI akan tumbuh kembali, sebab PKI adalah anak zaman
yang dilahirkan oleh zaman”.
Kutipan di
atas, adalah pernyataan Sudisman – anggota Polit Biro PKI zaman DN Aidit yang
diadili pada bulan Juli 1967 dan dijatuhi hukuman pidana mati – yang
disampaikan pada nota pembelaan (pledoi) di sidang pengadilan pada tanggal 21
Juli 1967.
Sudah sama kita ketahui, pasca peristiwa
pemberontakan dan kudeta tahun 1965, dibentuk TAP MPRS Nomor XXV Tahun
1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi
Terlarang Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Bagi Partai
Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme (TAP MPRS
XXV/1966). (https://suaramuslim.net)
Sebagai
generasi pewaris bangsa, waspada atas kebangkitan PKI mesti terus dijaga, agar
kejadian kelam perjalanan sejarah bangsa ini tidak terulang.
Di
bawah ini sebuah puisi untuk sekadar mengingat-ingat peristiwa tersebut.
Silahkan disimak, semoga bermanfaat. Salam Bhineka Tunggal Ika.
BAYI-BAYI
PENEBAR ANYIR
Madiun
Empat Delapan
Kacamata
Hatta retak
Ditikam
Muso
Mereka
sebut itu “Jalan Baru”
Kita
didarahi
Orang-orang
suci dihilangkan
Oleh nafsu
kekuasaan
Kejam
penuh dendam
September
Enam Lima,
Jakarta
“Hamil Tua”
Lahirlah
bayi-bayi yang kejam
Bayi-bayi
yang ingin menjadi tuhan di bumi pertiwi
Mereka
menembak, menjambak, berteriak
Menari
suka-suka mengangkangi kuasa tuhan
Dini
hari kokang senjata,
Jenderal-jenderal
dimatikan paksa
Subuh
Oktober dan bulan-bulan berikutnya
Adalah
hari-hari sunyi, sepi, mencekam
Bau anyir
darah mengabarkan luka
Bau
anyir darah melukiskan nestapa
Melanda
negeriku,
Melanda
negerimu
Menjadi
sejarah kelam negeri kita
Disemak-semak
pinggiran hutan
Di
ladang-ladang tebu,
Di
sumur-sumur tua
Mayat-mayat
ditumpuk-tumpuk
Tak
berbentuk
Sesak
pilu menusuk kalbu
Bara dada
menyala
Bulan
merah warna
Hingga
kini
Bayi-bayi
penebar anyir
Masih
saja dilahirkan?
Masih
saja melahirkan?
Duhai
generasi bagus
Jangan
pupus dari endus
Jangan
lengah buat kalah
Menjaga
sejarah menjaga marwah
CA,
290918
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambah sahabat dengan komentar, No Spam