PKI di
Cirebon dan Upaya Pemberontakan 1945 - 1946
Adanya opini pemerintah untuk meminta maaf kepada PKI,
banyak pihak yang melakukan protes. Tulisan ini saya dapatkan dari pencarian di
google. Silahkan disimak, moga bermanfaat untuk kita semua.
1. Pembentukan PKI di Cirebon
Pada tanggal 4
November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat yang memperbolehkan untuk
mendirikan suatu partai politik di Indonesia. Dengan adanya maklumat tersebut,
banyak bermunculan partai-partai politik baik yang baru dibuat maupun partai
politik yang sudah ada sebelum masa pendudukan Jepang. Salah satu partai
yang baru lahir tersebut ialah PKI yang berada di bawah pimpinan Mr. Mohammad
Joesoeph, yang pada periode sebelumnya yaitu pada tahun 1942 merupakan salah
seorang pemimpin Gerindo di Bandung. Di tempat tinggalnya, yaitu di Cirebon Mr.
Mohammad Joesoeph merupakan seorang pengacara atau advokat. Kemudian dalam
profesinya tersebut ia bertemu dengan Mr.Suprapto. Hubungan mereka kemudian
semakin akrab, dan pada suatu ketika mereka memutuskan untuk bergabung dengan
kelompok PKI bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang Mr. Mohammad Joesoeph
pernah memimpin kelompok PKI bawah tanah yang bernama “Joyoboyo”. Kemudian Mr.
Mohammad Joesoeph dan Mr.Suprapto bersama-sama membentuk sel-sel PKI di
Jakarta. Dan untuk mendapatkan simpati dari rakyat, Mr. Mohammad Joesoeph
memanfaatkan profesinya sebagai pengacara dengan memberikan bantuan hukum
kepada rakyat. Namun gerakan tersebut diketahui pemerintah, sehingga Mr.
Mohammad Joesoeph ditangkap dan ditahan di rumah tahanan Kempeitai Jakarta.
Pada masa proklamasi kemudian ia dibebaskan berasama tahanan-tahanan lain, dan
Mr. Mohammad Joesoeph merencenakan kembali sebuah gerakan di daerahnya senndiri
yaitu di Cirebon.
Pada tanggal 7 November 1945 kelompok Mr. Mohammad Joesoeph memunculkan PKI secara legal yang meskipun tindakan ini banyak ditentang oleh kelompok lain. Kemunculannya ini ditandai dengan dibangunnya sebuah Kantor Pusat PKI yang berkedudukan di Jakarta, dan Mr. Mohammad Joesoeph bertindak sebagai Ketuanya dengan Mr.Suprapto sebagai Sekretaris. Untuk menghasilkan dukungan dan simpatisan yang banyak dari rakyat, maka kantor pusat PKI memperluas wilayah gerakan dengan mendirikan cabang-cabangnya di berbagai daerah seperti di Sukabumi, Pekalongan, Solo, Madiun, Malang, dan Surabaya. Guna mempermudah usaha tersebut, maka dibuatlah suatu majalah yang bernama “Bintang Merah”. Selain itu, pada Januari tahun 1946 dibentuk Laskar Merah. Laskar merah ini dibentuk bertujuan untuk menanamkam ideologi komunis kepada setiap anggotanya. Dan laskar merah ini kemudian mengadakan latihan bersama dengan lasakar merah yang barada di berbagai daerah dengan menagadakan latihannya di Solo. Selain untuk menanamkan ideolgi, dalam latihan tersebut juga diajarkan keterampilan tentang kemiliteran.
Pada tanggal 7 November 1945 kelompok Mr. Mohammad Joesoeph memunculkan PKI secara legal yang meskipun tindakan ini banyak ditentang oleh kelompok lain. Kemunculannya ini ditandai dengan dibangunnya sebuah Kantor Pusat PKI yang berkedudukan di Jakarta, dan Mr. Mohammad Joesoeph bertindak sebagai Ketuanya dengan Mr.Suprapto sebagai Sekretaris. Untuk menghasilkan dukungan dan simpatisan yang banyak dari rakyat, maka kantor pusat PKI memperluas wilayah gerakan dengan mendirikan cabang-cabangnya di berbagai daerah seperti di Sukabumi, Pekalongan, Solo, Madiun, Malang, dan Surabaya. Guna mempermudah usaha tersebut, maka dibuatlah suatu majalah yang bernama “Bintang Merah”. Selain itu, pada Januari tahun 1946 dibentuk Laskar Merah. Laskar merah ini dibentuk bertujuan untuk menanamkam ideologi komunis kepada setiap anggotanya. Dan laskar merah ini kemudian mengadakan latihan bersama dengan lasakar merah yang barada di berbagai daerah dengan menagadakan latihannya di Solo. Selain untuk menanamkan ideolgi, dalam latihan tersebut juga diajarkan keterampilan tentang kemiliteran.
Pimpinan PKI kemudian
menyusun sebuah rencana dalam rangka perjuangannya, yaitu pertama ; PKI akan
terus berusaha untuk memperjuangkan kebebasan bagi para kaum buruh dan juga
petani. Kedua ; PKI akan terus menentang perbedaan kelas antara para kaum
petani buruh dengan para kaum pemilik modal, ketiga ; berusaha untuk menyegel
dan menutup semua pabrik-pabrik dan perkebunan-perkebunan, keempat ; semua
tanah harus dimiliki oleh para kaum petani yang dimana tanah tersebut diatur
oleh para wakil-wakil rakyat, kelima ; merasionalisasikan semua tanah.
2. Peristiwa Berlangsungnya
Pemberontakan
Gangguan politik yang
terjadi akibat adanya perselisihan antara golongan moderat dengan golongan
revolusioner yang membahas masalah kemerdekaan, justru dimanfaatkan oleh PKI
untuk mencoba menguasai politik tersebut. Pada saat-saat seperti itu M.
Joesoeph dengan menyuruh anak buahnya untuk menyusun rencana untuk menguasai
wilayah Cirebon. Mereka memilih Kota Cirebon, karena hal tersebut berdasarkan
hasil keputusan sebelumnya bahwa Kota Cirebon merupakan wilayah aksi
berikutnya. Selain itu, faktor lain yang membuat Cirebon dipilih sebagai tempat
aksi karena M. Joesoeph sendiri pernah tinggal di Cirebon dan mengetahui banyak
tentang Cirebon. Apalagi disana M. Joesoeph dikenal oleh rakyat sebagai seorang
pengacara. Dengan hal itu, M. Joesoeph berusaha untuk mengambil simpati rakyat
dengan kesan seolah-olah membela rakyat. Selain itu, dia juga memberikan
janji-janji palsu kepada rakyat seperti akan membagikan tanah kepada rakyat.
Dari hal tersebut diharapkan rakyat Cirebon dapat menjadi massa potensial guna
mendukun aksi pemberontakan. Namun hal itu tidaklah semudah yang dibayangkan,
karena untuk memulai suatu pemberontakan haruslah mempunyai rencana yang matang
dengan dukungan yang kuat dari rakyat. Oleh karena itu, untuk membantu dalam upaya
tersebut didatangkanlah kesatuan Laskar Merah dari daerah Jawa Tengah dan
daerah Jawa Timur dengan alasan akan mengadakan suatu konferensi.
Konferensi tersebut dihadiri oleh sekitar 3.000 orang. Dalam sambutan
pidatonya M. Joesoeph memberikan pujian kepada Uni Soviet yang telah mendukung
revolusi sosial Indonesia di forum Dewan Keamanan PBB. Selain itu dlam acara
konferensi tersebut, diadakan pula pawai keliling kota. Dalam pawai tersebut,
mereka membawa berbagai atribut perlengkapan seperti menggunakan topi putih
yang diikat oleh sebuah pita merah, membawa bendera yang bergambar palu arit
yang disertai dengan menyanyikan yel-yel soviet, hingga ada orang-orang yang
membawa bermacam-macam senjata yang tentu saja sangat membahayakan.
Namun dalm konferensi itu, anggota Laskar Merah mulai membuat keributan dan keonaran. Tingkah laku mereka cenderung berbuat kasar terhadap masyarakat dan bahkan sering terjadi adanya pemerasan-pemerasan. Hingga akhirnya insidenpun tidak dapat dihindari, dan sekaligus hal itu menjadi penanda awal dari gerakan M. Joesoeph. Dan sebagai sasaran yang pertama yaitu Polisi Tentara. Pada tanggal 12 Februari 1946, PKI memulai aksinya dengan menyebarkan isu bahwa Polisi Tentara telah menghadang dan melucuti anggota Laskar Merah yang baru datang dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur di Stasiun Cirebon. Kemudian Perwira Polisi Tentara Cirebon Letda D. Sudarsono datang ke satsiun untuk menemui seorang Bintara untuk memastikan kebenaran isu tersebut. Namun setelah di stasiun, ia diberindong oleh tembakan-tembakan yang mengarak kepadanya. Ia kemudian dikepung oleh pasukan Laskar Merah. Dan beberapa anggota Polisi Tentara ditawan, setelah itu Letda D. Sudarsono disandera dan dibawa ke Markas batalyon 13 Polisi Tentara dengan maksud untuk melakukan tuntutan. Ini merupakan salah satu dari bagian rencana PKI untuk menguasai pemerintahan Cirebon. Banyak anggota tentara yang dilicuti senjatanya, dan banyak pula mereka yang ditangkap dan dijadikan tawanan. Hanya dalam waktu tiga hari saja, pasukan Laskar Merah sudah berhasil menguasai unsur-unsur bersenjata yang ada di Cirebon. Laskar Merah kemudian bergerak menuju Markas Polisi Tentara di Linggarjati dan mereka merampas senjata-senjata yang dan membawanya kembali ke Cirebon. Setelah PKI berhasil merebut dan menguasai seluruh kota, kemudian Panglima divisi II/Sunan Gunung Jati, Kol. Zainal Asikin Yudadibrata mencoba mengirim utusannya untuk membawa Residen dr. Moerjani dan Kepala Polisi Karesidenan Sulaiman Jayusman ke Markas divisi yang berada di Linggarjati untuk mengadakan perundingan. Setelahnya melakukan perundingan, Kol. Zainal Asikin Yudadibrata segera mengambil tindakan. Ia memerintahkan untuk mengirim Mayor Ahmad beserta Kepala Polisi Jayusman dan Komisaris Sidik untuk menemui Mr. M. Joesoeph di Hotel Reebrinck untuk mengadakan perundingan. Dalam perundngan ini PKI menyatakan akan mengembalikan senjata-senjata yang telah dirampas kepada tentara pada esok harinya. Namun justru janji tersebut tidak ditepati oleh PKI, dan hal itu mrupakan sebuah jebakan semata, karena para petinggi Polisi Tentara setelah berada d Hotel Reebrinck mereka justru disambut dengan serentetan tembakan. Akhirnya karena mengalami jalan buntu dan kegagalan dalam berunding dengan M. Joesoeph, akhirnya Panglima Divisi Iimemutuskan untuk menghubungi Komandan Resimen Cikampek, Letkol Moeffreni untuk meminta bantuan dengan mengirimkan pasukannya ke Cirebon. Dan Letkol Moeffreni mengirimkan sebanyak 600 prajurit untuk dibawa ke Cirebon dengan dibawah pimpinan Mayor Banumahdi.
Pengiriman pasukan tersebut ditambah oleh pasukan sisa-sisa kekuatan TRI dan Polisi Tentara Cirebon guna menumpas para gerakan pemberontak. Batalyon I pimpinan Mayor Ribut mulai bergerak dari Sindanglaut, Batalyon II pimpinan Mayor Suyana mulai penyergapan dari arah Kedung Bunder, sedangkan Batalyon III pimpinan Mayor Dasuki mulai bergerak dari arah Kosambi. Rencana pertama dalam penyergapan tersebut yaitu dengan merebut pos-pos pertahanan PKI dan kemudian setelah itu bergerak menuju tempat utama pemberontakan yaitu di Hotel Reebrinck. Penyerbuan dan penyergapan langsung terhadap markas pemberontak dilakukan oleh pasukan gabungan antara TRI, Polisi Tentara di bawah pimpinan Lettu Machmud Pusya, Mayor Dasuki, dan Mayor Suwardi. Sesuai dengan rencana, paukan TRI bergerak dari berbagai jurusan untuk mengepung kedudukan pemberontak di markasnya. Tembak-menembak terjadi hanya sebentar, hal ini terjadi karan pasuka penyergap jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan para pemberontak, selain itu juga terdapat kepanikan di pihak pemberontak. Dan akhirnya setelah berhsil dikepung mereka para pemberontak akhirnya menyerah. Kemudian M. Joesoeph sebagai pimpinan pemberontak berhasil ditangkap di rumah Mr. Suparman bersamaan dengan ditangkapnya Mr. Suprapto yang berusaha untuk melarikan diri.
Namun dalm konferensi itu, anggota Laskar Merah mulai membuat keributan dan keonaran. Tingkah laku mereka cenderung berbuat kasar terhadap masyarakat dan bahkan sering terjadi adanya pemerasan-pemerasan. Hingga akhirnya insidenpun tidak dapat dihindari, dan sekaligus hal itu menjadi penanda awal dari gerakan M. Joesoeph. Dan sebagai sasaran yang pertama yaitu Polisi Tentara. Pada tanggal 12 Februari 1946, PKI memulai aksinya dengan menyebarkan isu bahwa Polisi Tentara telah menghadang dan melucuti anggota Laskar Merah yang baru datang dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur di Stasiun Cirebon. Kemudian Perwira Polisi Tentara Cirebon Letda D. Sudarsono datang ke satsiun untuk menemui seorang Bintara untuk memastikan kebenaran isu tersebut. Namun setelah di stasiun, ia diberindong oleh tembakan-tembakan yang mengarak kepadanya. Ia kemudian dikepung oleh pasukan Laskar Merah. Dan beberapa anggota Polisi Tentara ditawan, setelah itu Letda D. Sudarsono disandera dan dibawa ke Markas batalyon 13 Polisi Tentara dengan maksud untuk melakukan tuntutan. Ini merupakan salah satu dari bagian rencana PKI untuk menguasai pemerintahan Cirebon. Banyak anggota tentara yang dilicuti senjatanya, dan banyak pula mereka yang ditangkap dan dijadikan tawanan. Hanya dalam waktu tiga hari saja, pasukan Laskar Merah sudah berhasil menguasai unsur-unsur bersenjata yang ada di Cirebon. Laskar Merah kemudian bergerak menuju Markas Polisi Tentara di Linggarjati dan mereka merampas senjata-senjata yang dan membawanya kembali ke Cirebon. Setelah PKI berhasil merebut dan menguasai seluruh kota, kemudian Panglima divisi II/Sunan Gunung Jati, Kol. Zainal Asikin Yudadibrata mencoba mengirim utusannya untuk membawa Residen dr. Moerjani dan Kepala Polisi Karesidenan Sulaiman Jayusman ke Markas divisi yang berada di Linggarjati untuk mengadakan perundingan. Setelahnya melakukan perundingan, Kol. Zainal Asikin Yudadibrata segera mengambil tindakan. Ia memerintahkan untuk mengirim Mayor Ahmad beserta Kepala Polisi Jayusman dan Komisaris Sidik untuk menemui Mr. M. Joesoeph di Hotel Reebrinck untuk mengadakan perundingan. Dalam perundngan ini PKI menyatakan akan mengembalikan senjata-senjata yang telah dirampas kepada tentara pada esok harinya. Namun justru janji tersebut tidak ditepati oleh PKI, dan hal itu mrupakan sebuah jebakan semata, karena para petinggi Polisi Tentara setelah berada d Hotel Reebrinck mereka justru disambut dengan serentetan tembakan. Akhirnya karena mengalami jalan buntu dan kegagalan dalam berunding dengan M. Joesoeph, akhirnya Panglima Divisi Iimemutuskan untuk menghubungi Komandan Resimen Cikampek, Letkol Moeffreni untuk meminta bantuan dengan mengirimkan pasukannya ke Cirebon. Dan Letkol Moeffreni mengirimkan sebanyak 600 prajurit untuk dibawa ke Cirebon dengan dibawah pimpinan Mayor Banumahdi.
Pengiriman pasukan tersebut ditambah oleh pasukan sisa-sisa kekuatan TRI dan Polisi Tentara Cirebon guna menumpas para gerakan pemberontak. Batalyon I pimpinan Mayor Ribut mulai bergerak dari Sindanglaut, Batalyon II pimpinan Mayor Suyana mulai penyergapan dari arah Kedung Bunder, sedangkan Batalyon III pimpinan Mayor Dasuki mulai bergerak dari arah Kosambi. Rencana pertama dalam penyergapan tersebut yaitu dengan merebut pos-pos pertahanan PKI dan kemudian setelah itu bergerak menuju tempat utama pemberontakan yaitu di Hotel Reebrinck. Penyerbuan dan penyergapan langsung terhadap markas pemberontak dilakukan oleh pasukan gabungan antara TRI, Polisi Tentara di bawah pimpinan Lettu Machmud Pusya, Mayor Dasuki, dan Mayor Suwardi. Sesuai dengan rencana, paukan TRI bergerak dari berbagai jurusan untuk mengepung kedudukan pemberontak di markasnya. Tembak-menembak terjadi hanya sebentar, hal ini terjadi karan pasuka penyergap jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan para pemberontak, selain itu juga terdapat kepanikan di pihak pemberontak. Dan akhirnya setelah berhsil dikepung mereka para pemberontak akhirnya menyerah. Kemudian M. Joesoeph sebagai pimpinan pemberontak berhasil ditangkap di rumah Mr. Suparman bersamaan dengan ditangkapnya Mr. Suprapto yang berusaha untuk melarikan diri.
Pemberontakan yang
terjadi di Cirebon tersebut sangat dikutuk oleh pemimpin-pemimpin PKI seperti
Sardjono dan Maruto Darusman. Mereka para pemimpin-pemimpin PKI menyatakan
tidak bertanggung jawab atas tindakan M. Joesoeph tersebut, dan perbuatan
tersebut dianggap lancang memyimpang dari strategi PKI. Akhirnya M. Joesoeph
dibawa ke Mahkamah Partai untuk dilakukan sidang. Sidang tersebut dihadiri
paling tidak oleh 60 tokoh komunis, dan dalam perkara pembelaan yang dilakukan
oleh M. Joesoeph semuanya ditolak. Setelah peristiwa tersebut , Sardjono dan
para tokoh PKI yang lainnya kemudian membentuk sebuah panitia pembersihan PKI
guna menetralkan PKI dari para pemberontak-pemberontak.
sumber : Buku Komunisme di Indonesia Jilid I. (Saleh As’ad Djamhari, dkk : 2009)
sumber : Buku Komunisme di Indonesia Jilid I. (Saleh As’ad Djamhari, dkk : 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambah sahabat dengan komentar, No Spam