Sudah seminggu lebih anakku libur
sekolah disebabkan asap. Sebelumnya pihak sekolah memberikan masker kepada para
siswa untuk digunakan dilingkungan sekolah. Mengingat asap semakin tebal
akhirnya perintah untuk meliburkan siswa itu keluar juga.
Bagi anak-anak liburan adalah sesuatu
yang sangat menggembirakan dan menyenangkan. Bagi anak-anak ini libur berarti
meneruskan acara bermain, karena kecenderungan anak adalah bermain sesuai
dengan masa perkembangannya.
Ini adalah untuk kedua kalinya
kejadian yang sama selama aku dan keluargaku berada di kota ini. Pada tahun
2015 juga pernah terjadi hal seperti sekarang. Anak-anak diliburkan, penyakit
yang disebabkan asap bermunculan. Pihak rumah sakit sampai kewalahan menanganinya.
Hari ini kembali anak-anak diliburkan
untuk 3 hari kedepan. Kalau tiga hari ini asap juga tak kunjung surut, berarti
sekolahnya Senin depan, artinya anak-anak libur sekolah lebih kurang 15 hari
atau bahkan bisa lebih. Maka yang paling dirugikan adalah anak-anak tersebut. Seharusnya
mereka dapat menambah pengetahuan, karena kabut asap jadi terhambat, kalender
pendidikan bergeser, artinya apa yang ditetapkan kurikulum bisa tidak tercapai.
Duh, sedihnya.
Kabut asap belum jua nampak
tanda-tnada kecerahan, hujan belum juga nampak akan tumpah. Ibu-ibu mulai
mengeluh, sebab anaknya selama libur sekolah banyak main di luar rumah daripada
di dalam rumah. Demikian pengakuan tetangga sebelah.
Mereka tak peduli dengan asap, jerebu
dan segala macam keadaan bumi, sebab memang belum terpikirkan oleh mereka. Maka
ketika seorang ibu mengeluh karena anaknya yang banyak bermain di luar rumah
daripada di rumah ketika liburan aku tak terkejut. Kalau tak main di dalam
rumah, kelahi sama adiknya, ya rebutan remot TV, rebutan HP, lari-lari kesana
kemari rumah jadi berantakan. Sementara pihak sekolah tidak memberikan
pekerjaan rumah yang semestinya bisa mengisi liburan mereka.
Kalau diandalkan kepada orang tua,
susah. Kebanyakan anak-anak sekolah lebih patuh kepada peirntah gurunya.
Semisal kalau guru menyuruh buat PR di rumah, bagaimanapun ia mengerjakan, baik
sambil ngomel, aksi keberatan, yang namanya tugas sekolah harus diselesaikan.
Tapi coba orang tua, baik ibu atau bapaknya yang mencoba nyuruh belajar mumpung
libur, megisi waktu, pasti segala macam alasan keluar, mulai dari mogok bicara,
sampai ada bilang kan ibu guru ngak nyuruh. Iya kalau orang tua arif dan
bijaksana menyikapi anak yang seperti itu pasti ada cara yang lain yang mesti
ditempuh, tidak bisa setengah memaksa, setengah saja tidak boleh apalagi dengan
paksaan. Anak akan tambah ndak mau. Kalau orang tua kurang arif menyikapi
pribadi anak, akan terjadi tanya jawab yang akhir terjadi suatu peristiwa
semisal tangisan si anak. Tangisan inilah yang akhirnya menyudahi PR si anak.
Dilihat secara luas, dampak kabut asap
ini sudah menimbulkan penyakit, semisal ISPA, gatal-gatal alergi kulit, dan
sebagainya. Nah, kalau sudah begini bagaimana? Siapa yang paling bertanggung
jawab?
DAERAH TERDAMPAK KABUT ASAP
Riau adalah salah satu Provinsi yang
boleh dikatakan sering mengalami kebakaran lahan dan hutan, hampir setiap
tahun. Selain Riau ada juga Jambi, Palembang, Lampung dan Kalimantan. Mengingat
dampak kabut asap sangat berbahaya bagi kesehatan, sudah selayaknya pemerintah
daerah yang bersangkutan menjatuhkan sanksi kepada pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab sebagai imbalan atas perbuatan mereka. Kalau ini tidak ingin
terulang para petinggi daerah terdampak kabut asap harus tegas menegakkan
hukuman kepada pihak-pihak yang melanggar. Hanya dengan begitulah semua bisa diatasi.
Kalau hanya peringatan, peringatan dan peringatan, percuma.
Kalau sudah menjadi bencana nasional,
maka Presiden harus turun tangan. Artinya sebagai orang nomor satu beliau
bertanggung jawab penuh atas keamanan wilayahnya. Diperlukan ketegasan seorang
presiden kalau mau wilayah hutannya tetap hijau dan rakyat tidak menderita atas
dampak yang ditimbulkan kabut asap. Bagaimanapun pembakaran lahan dan hutan
yang berdampak bagi kesehatan merupakan suatu pelanggaran.
Saat ini rakyat sedang menunggu
kebijakan dari yang berkepentingan pengambil keputusan, apakah berpihak kepada
rakyat ataukah kepada pelaku pembakaran hutan dan lahan seperti yang
sudah-sudah. Mari berdoa bersama-sama. Salam bahagia, (CA).