Puisi di bawah ini pernah diikutsertakan dalam lomba puisi yang diselenggarakan oleh Writing Revolutin. Selamat menyimak, dan saya minta maaf atas kekurangan yang terdapat dalam puisi ini, mudah-mudahan puisi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
TUNAS-TUNAS BANGSA PENEGAK
PANJI-PANJI
Oleh : Fuadi
Tunas-tunas bangsa penegak
panji-panji. Di tengah carut-marutnya ekonomi, dengarkanlah lenguhan lirih
bangsa menahan kepedihan di ceruk reformasi linglung. Gemuruh demonstran
membanjiri jalanan, ketika ketukan palu sang hakim mengundang prahara. Para
buruh meminum darah mereka sendiri. Penyamun melahap bulir padi petani,
bersulang tawa sambil mencampurkan serpihan kayu pada kopi luwak di anjung
peranginan.
Kepakkanlah sayapmu mengitari
angkasa untuk menyemai benih-benih cinta di bumi nusantara. Cengkeram dengan
kuat kutu-kutu yang menghanguskan daun-daun cabe, bawang putih dan bawang merah
yang membuat petani meringkuk lelah, mendendangkan lagu pasrah di sawah-sawah
rekah. Ketup-ketuplah dengan paruhmu nan runcing batu-batu yang melindas humus
tanah, sehingga daun-daun meninggalkan ranting, hutanmu meranggas karena di
tebas dengan ganas. Gersang, semilir
angin malam malas membawa sejuknya embun.
Ambillah kendali dari tubuh-tubuh
ringkih di makan usia yang hanya mampu memakan apa yang terhidang, bagai kerbau
di cucuk hidung. Sedang perjuangan masih panjang menantang, Ibu Pertiwi
merindukan karya anak bangsa sepertimu. Tidak perlu sumpah sebab akan menjadi
serapah, jangan berjanji seperti koruptor menjual diri lalu dipungkiri. Berikan
bukti pasti.
Berkemaslah menerima khitbah ibu
pertiwi dengan cinta suci, bergegas membangun negeri agar bangsa bernapas lega.
Hiruplah udaraNya dengan gelora muda, lalu hembuskan napas suci untuk melukis ibu
pertiwi dengan kuas cinta. Persembahkan racikan wah untuk negeri bermarwah.
Kelak engkau akan melihat gerombolan
burung terbang dengan riang, berdendang menyambut matahari dengan merdeka.
Daun-daun menari mengikuti irama bayu, pepohonan rimbun menghijau, awan-awan
putih menghiasai langit biru. Mata air perawan nan bening tenang mengalir
lincah, memarakan lautan, tempat biota laut mencandai riak dan gelombang. Jauh
disana, gugusan gunung menjulang angkasa. Tegak berdiri gagah bersama
edelwisnya, menancap kukuh pada ibu pertiwi, penjaga nan setia. Seragam
putih-merah, putih-biru, putih abu-abu berlari meraih mimpi tanpa rasa iri. Di
situlah nusantara memancar, memendarkan cahaya kemilau, dari hembusan semangat muda
bangsa, dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Pekanbaru, 210513
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambah sahabat dengan komentar, No Spam