Senin, 17 Juli 2017

Abai Terabai



Di kota-kota besar sering kita lihat para pedagang asongan menjajakan dagangan. Menghalau rasa penat, terik memantik, untuk sesuap kehidupan. Kita sekarang bukan ingin membicarakan kehidupan pengemis, karena mengemis bukan pekerjaan yang dianjurkan bahkan Nabi melarang kita untuk mengemis. 

Kita sedang membicarakan suatu kehidupan yang harus dijalani seseorang suka tidak suka. Kehidupan seperti mengamen, menjadi pedagangan asongan, atau anak-anak yang dipaksa atau keadaan yang memaksanya untuk mencari sesuap nasi di perempatan lampu merah. 

Fenomena ini sudah biasa kita lihat. Langsung masuk aja bro, bray. Silahkan dinikmati puisi pendek di bawah ini, semoga bermanfaat. 

ABAI TERABAI



Orang-orang abai

atau hidup memang merasai

di bumi pertiwi

empati mati



Orang-orang yang terabai

dari sosial keadilan

setelah kemerdekaan

di lampu merah ia gantungkan harapan



Ada yang mencoba tegar

mengadu kesederhanaan di jalanan

entah sampai kapan

sampai tak ada harapan



O, dengarlah lenguh lirih

yang renta diangkuhnya zaman

masih memilih bertahan

di trotoar kehidupan 



Mengetuk nurani yang lalu

tinggal entah dimana

Tuhan, mereka bertanya

di setiap lampu merah menyala





Pucuk, 170717


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambah sahabat dengan komentar, No Spam