Di kota-kota besar sering kita lihat para pedagang asongan menjajakan dagangan. Menghalau rasa penat, terik memantik, untuk sesuap kehidupan. Kita sekarang bukan ingin membicarakan kehidupan pengemis, karena mengemis bukan pekerjaan yang dianjurkan bahkan Nabi melarang kita untuk mengemis.
Kita sedang membicarakan suatu kehidupan yang harus dijalani seseorang suka tidak suka. Kehidupan seperti mengamen, menjadi pedagangan asongan, atau anak-anak yang dipaksa atau keadaan yang memaksanya untuk mencari sesuap nasi di perempatan lampu merah.
Fenomena ini sudah biasa kita lihat. Langsung masuk aja bro, bray. Silahkan dinikmati puisi pendek di bawah ini, semoga bermanfaat.
ABAI TERABAI
Orang-orang abai
atau hidup memang merasai
di bumi pertiwi
empati mati
Orang-orang yang terabai
dari sosial keadilan
setelah kemerdekaan
di lampu merah ia gantungkan harapan
Ada yang mencoba tegar
mengadu kesederhanaan di jalanan
entah sampai kapan
sampai tak ada harapan
O, dengarlah lenguh lirih
yang renta diangkuhnya zaman
masih memilih bertahan
di trotoar kehidupan
Mengetuk nurani yang lalu
tinggal entah dimana
Tuhan, mereka bertanya
di setiap lampu merah menyala
Pucuk, 170717
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambah sahabat dengan komentar, No Spam