Hai sahabatku sekalian, pada postingan kali ini saya ingin bercerita tentang menulis puisi. Puisi lahir dari perasaan jiwa atau "Puisi adalah bahasa jiwa", ini menurut saya sob. Mengapa saya sebut demikian, karena menurut saya puisi itu lahir dari apa yang kita lihat, dengar, rasakan, dari pengalaman pribadi yang dituangkan menurut imajinasi dan melahirkan kata-kata indah yang lahir dari dalam jiwa seseorang.
Dibawah ini ada beberapa puisi yang saya buat sendiri.
Hening
Hening yang selalu dinanti
Dalam terang maupun kelam
hening yang merenung tentang diri, alam,
mencurahkan dalam kisah keseharian
Hening
Tempat yang damai untuk
menumpahkan segala rasa
Menjadi sejuk,
begitu nyaman
Tak terasa bulir air mata menetes
mengingat kekerdilan diri dihadapan-Mu
sang khalik pencipta alam mayapada
Di atas sajadah ini,
ku ingin mengurai dosa pada-Mu
Izinkan hamba penuh dosa ini memanggil-Mu
Malam ini........
Terimalah sembah sujud hamba
Bisikkan pada malam-Mu
ada hamba yang rindu pada malam hening-Mu
Untuk menyembah kebesaran-Mu, amin
Lembah Damai & Dalam Dekapan Cinta-Nya (JIPN), Juni 2012
Puisi ini pernah dilombakan dengan tema "Dalam Dekapan Cinta-Nya" yang diselenggarakan oleh JIPN. Dari ratusan peserta alhamdulillah puisi saya belum masuk kategori. Namun saya tetap bangga sob. Sebagai penulis pemula dan baru mengikuti lomba ada perasaan senang yang mengalir dalam diri. Puisi saya yang selama ini terbuang entah kemana sekurang-kurangnya telah dibaca oleh Panitia Lomba hehee.
Saya menyadari puisi saya belumlah sempurna masih banyak cacatnya. Dengan ikutan lomba saya bisa mengambil pelajaran dan mengetahui sampai dimana kemampuan saya dalam hal menulis puisi sambil memompa semangat untuk menulis puisi dan mengikuti lomba lagi sampai menang.
Harus optimis, selalu itu yang senior bilang kepada saya. Sebab keberhasilan tidak akan tercapai tanpa ada niat yang baik, kerja keras dan selalu berdo'a pada Sang Khalik alam semesta. Segalanya berawal dari nol. Tidak ada yang langsung besar.
Kenangan Lama
Oleh : Fuad Adi vs Niva Yasmin
Melukis harap dalam kanvas angin,
Membelai cemas dalam kerinduan panjang.
Denting gitarmu membelai,
Jiwa terpasung, angan melambung,
Akankah semua sama disana.
Meneguk purnama menghiasi sang malam,
Berburu kerelaan dalam keikhlasan.
Pucuk-pucuk cemara bermandikan cahaya,
Embun menawarkan sejuta sejuknya,
Melafaskan arus mimpi diri,
Dalam ladang harap terucap.
Zikirnya menguak mega-mega.
Datanglah sebelum sesal menghujat, mengabur.
Menadah kehilangan arah kompas,
Serpihan purba sulam menyulam
Tafakur di liang perih duka,
Memunggah sejarah kenangan lama.
Nah puisi ini adalah kolaborasi saya dengan Niva Yasmin, seorang sahabat yang sama-sama sedang membangun kerajaan puisi masing-masing. Puisi ini belum pernah di publikasikan, mudah-mudahan saja kalau dia membaca puisi ini tidak marah kepada saya.
Di sini saya ingin mengatakan bahwa dalam hal menciptakan puisi tidak mesti sendiri, tapi bisa juga kerjasama dengan orang lain. Saat ini kami berdua tergabung dalam sebuah wadah yang diberi nama Writing Revolution (WR) Pimpinan Joni Lis Efendi. Sebuah wadah yang secara online di alam maya untuk melahirkan penulis-penulis handal.
Jika ada pembaca yang mengerti tentang dunia kepenulisan nyasar ke blog ini tolong diberi masukannya bagaimana menulis puisi yang baik, dan puisi ini dimana letak kelemahannya, mohon koreksinya. Selebihnya semoga Sang Maha Penyayang memberi pahala kepada saudara, amin.
Nah untuk sahabatku yang senang dengan puisi atau senang menulis cerpen dan masih mencari sandaran berpijak, lebih baik anda bergabung bersama kami. Karena di sini semua tersedia sob, mulai dari konsultasi puisi, lomba puisi dan cerpen. Selanjutnya bagaimana kita memanfaatkan fasilitas yang dengan sebaik-baiknya.
Demikian, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambah sahabat dengan komentar, No Spam