Minggu, 10 Januari 2021

Ojol Maxim Pekanbaru

Kopdar tanggal 4 Januari 2021


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat berjumpa kembali setelah sekian lama vakum menulis. Rindu sekali menulis tapi karena sibuk di dunia nyata menyambung kehidupan blog ini terabaikan sangat lama.

 

Baiklah sobat sekalian, kali ini saya ingin menampilkan tulisan yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Refresing sedikitlah dari dunia perpuisian, hehe.

 

Kali ini mari lihat tentang Maxim, sebuah ojek online yang beroperasi di kota Pekanbaru Riau yang begitu banyak menyita perhatian publik beberapa tahun terakhir ini. Tak lain tak bukan karena boleh dibilang “OJOL” yang satu ini mampu bersaing dengan ojol lain seperti Gojek dan Grab yang sebelumnya telah eksis di Pekanbaru.

 

Tetapi bahasan penulis adalah tentang sebuah grup WA Maxim Cempaka. Bukan mengenai keberhasilan Maxim itu sendiri. Ok langsung saja ke TKP.

 

WA Maxim Cempaka berdiri belum lama ini. Bulan Desember 2020 yang lalu. Diberi nama KELUARGA CEMPAKA. Sesuai dengan namanya grup ini terletak di Jalan Cempaka Pasar Kodim, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.  

 

Adapun pada saat ini pengurusnya sebagai hasil rapat pada tanggal 4 Januari 2021 adalah sebagai berikut :

1. Ketua                : FATAN

2. Wakil Ketua      : PAK DE SUTRIANTO

3. Bendahara         : FENLY

                              ADI KECIL

 

VISI DAN MISI

Sedangkan Visi dan Misi grup ini sebagaimana tertera di bawah ini :

 

Visi     : Menjadi wadah sehat untuk silaturrahmi ojol maxim cempaka

 

Misi     : a. Mengadakan perkumpulan setiap 1 kali dalam sebulan.

             b. Mengadakan saling tolong menolong sesama anggota dan ojol maxim.

             c. Membuat agenda bersama sesama anggota.

 

PROGRAM KERJA :

 

Adapun program kerja mereka ke depan adalah :

 

1.  Iuran wajib setiap anggota per minggu : 5K atau 20K setiap bulannya.

2.  Uang bakul / uang sosial untuk santunan kepada yang tertimpa musibah, dikutip setiap ada musibah yang menimpa :

- Drifer: kecelakaan, luka-luka, atau sakit akibat lain yang mengakibatkan driver tidak bisa ngebit (mencari nafkah).

-   Istri driver sakit yang dirawat inap di rumah sakit

-   Anak driver sakit yang dirawat inap di rumah sakit.

 

Semoga rasa kekeluargaan benar-benar nyata tergambar di grup ini. Demikian harapan besar anggota grup ini dengan semboyan “BERSAMA KITA BISA”.  

 

Bagaimana sobat, tertarik dengan program mereka? Dipersilahkan bergabung pintu masih terbuka lebar. Dapatkan stiker cantik 3 buah saat anda mendaftar dengan membayar 15K. 

 

Demikian postingan kali ini semoga bermanfaat. Jangan lihat siapa yang memposting, tapi ambil yang postifnya buang yang tidak penting. Wassalam. 

Foto yang terselip, hehehe





Selanjutnya »

Sabtu, 12 Oktober 2019

Badut Bapakku





Puisi satir atau puisi sindiran, boleh disimak seperti puisi di bawah ini punya saya. Semoga bermanfaat, salam bahagia. 

BADUT BAPAKKU

Koarku terkapar di lantai kehormatan
Tertusuk tunjuk
Terluka dadaku
Terluka dadamu

Masih terkapar aku
Memandang badut yang tak lucu
Meludahi wajah bapakku
Bapakku tak lagi punya kehormatan

Badut tak lucu itu kini terhormat
Dari badut bapakku
Berperut buncit
Berkata sekenanya tak beretika
Tak berperih

Badut tak lucu
Dengan kostum bintang fantasi
Menghibur kanak-kanak
Menghibur bapakku dan badutnya

Lama-lama dekat bapak
Aku bisa terpapar
Badut bapakku
Itu sungguh tak lucu


SAD, 280518



Selanjutnya »

Jumat, 11 Oktober 2019

Surat Kepada Calon Selingkuh




Kali ini saya coba buat (belajar) sebuah puisi mbeling. Apakah itu puisi mbeling?


Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling".


Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat). (http://sejarahpahami.blogspot.com

Coba simak puisi dibawah ini, apakah sudah mbeling belum ya. Bacalah, semoga bermanfaat, salam bahagia.

SURAT KEPADA CALON SELINGKUH

Kepada nona
Yang bertahta di lubuk hayal

Duhai nona tetangga
Yang punya rona body seksi
Juling lihat mataku
Setiap kali genit parfummu  
Singgahi pesek hidungku seakan belang  

Sekarang aku wajib
Memakai kacamata kuda
Yang kupungut dari Mushalla tua
Untuk lebih fokus memandang
Dan yakin bahwa istriku
Cantik dan manis lebih darimu

Tertanda
Kacamata kuda

CA, 210619


Selanjutnya »

Kamis, 10 Oktober 2019

Pemilu dan Harapan yang Tak Pernah Sampai




Puisi di bawah ini terinspirasi dari Pemilu 2019 yang banyak timpangnya ketimbang jujurnya. Selamat membaca, semoga bermanfaat. Salam bahagia.  
  

PEMILU DAN HARAPAN YANG TAK PERNAH SAMPAI

Iklan, baliho, dan wajah-wajah cerah dalam poster
Berdandan, bersolek dalam berbagai pose
Di jalan-jalan besar, persimpangan perkotaan
Di ujung-ujung gang RT dan RW
Terpampang wajah-wajah calon menteri
Di pagar-pagar rumah,
Di pohon-pohon kayu menempel wajah
Calon-calon anggota DPR, DPD, DPRD
Hingga wajah calon presiden dan wakil presiden
Berbaris rapi masuk perkampungan
Dengan misi dan visinya menarik simpati massa 

Tak ketinggalan bendera-bendera partai
Warna-warni menghiasi janji
Yang dipercantik tukang jahit dan tukang sablon
Uang berputar akal diputar

Saat pencoblosan tiba
Wajah-wajah begitu merdeka
Tersenyum asyik masuk ke bilik
Dibenaknya terbayang Indonesia lima tahun mendatang
Bergambar orang-orang cerdas pengambil keputusan
Membangun bangsa memajukan peradaban

Demikian pun aku merdeka tentu
Di bilik pencoblosan, anak-anakku,
Bergelantungan di ujung paku yang runcing
Disangkanya barang mainan atau seluncuran
Tak perduli ia bapaknya memajang kecemasan
Bersama istriku, kami telah sepakat
“Kita harus memilih pemimpin yang jujur, amanah
Menjalankan undang-undang dengan baik dan benar
Agar Indonesia lebih maju, berwibawa di mata dunia
Anak-anak bersekolah tanpa terkendala biaya dan zona”

Bismillah, yakin aku Tuhan akan ada perubahan   

Lima lubang paku tuntaslah niat hati
lengkung senyum ikhlasku lirik sana sini
Melangkah keluar bilik lepaskan sesak dada
Tiba-tiba langit gelap di kepala
Daun-daun bergoyang kencang
Hujan membadai meniupkan kabar pilu
Tujuh ratus nyawa penyelenggara pemilu
Mengambang tanpa ucapan belasungkawa
Tanpa uang duka
Hilangnya rasa luka kehilangan orang tercinta 

Katanya pesta demokrasi
Tapi kenapa banyak yang mati

Sungguh aku tak paham

Pemilu itu mencari pemimpin sejati, katanya
Tapi rasa empatinya mana
Pemilu itu rahasia, katanya
Tapi kenapa sampai mengerahkan kelengkapan negara
Pemilu itu bebas memilih, katanya 
Tapi kenapa ada pengarahan sedemikian rupa
Pemilu itu berdasarkan keadilan, katanya 
Tapi yang melanggar tetap dibiarkan
Pemilu itu berazaskan kejujuran, katanya
Yang berbuat curang, toh lolos juga

Inikah yang disebut persengkongkolan politik
Saling mencekik
Saling menjegal
Sampai ada yang dijadikan tumbal  

Kalau persengkokolan hanya untuk meraih kekuasaan
Pemimpin sejati hanya ada di selokan
Kalau persengkokolan hanya menunjukkan siapa aku siapa kamu
Untuk apa kita merdeka dan bernegara


Pekanbaru, 090719



Selanjutnya »

Kamis, 26 September 2019

Berita yang Tak Lagi Berita




Kali ini saya coba buat (belajar) sebuah puisi mbeling. Apakah itu puisi mbeling?

Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling".

Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat). (http://sejarahpahami.blogspot.com

Coba simak puisi dibawah ini, apakah sudah mbeling belum ya. Bacalah, semoga bermanfaat, salam bahagia.


BERITA YANG TAK LAGI BERITA

Kubaca berita
Koruptor dibela pengacara dan sahabatnya
Kubaca berita
Orang alim lidahnya patah ditindas politik
Kubaca berita 
Putusan hakim acap tak adil
Kubaca berita
Penista agama bebas dari tuntutan
Kubaca berita
Pedofilia diberi grasi
Kubaca berita
Dan tak bisa bedakan mana hoax dan tidak
Kubaca berita
Pelajaran agama akan ditiadakan
Kubaca berita
Berita di TV untuk tuannya
Kubaca berita
Perempuan buang anaknya sendiri
Kubaca berita
Kakek cucu suka inses
Ayah anak suka inses
Abang adik suka inses
Ibu anak suka inses
Aku tercengang
Hampir kejang-kejang

Kubaca berita
Hari ini,
Besok hari,
Besok-besoknya lagi,
Sama saja,
Berita itu-itu saja
Aku mulai bosan
Sepertinya tak ada lagi berita yang berbudi
Dinegeri yang damai ini
Kedamaian hanya milik yang itu-itu saja

Sampai seseorang menepuk pundakku
Aku berpaling ke belakang
Tegak dengan rahang tegang
Pemilik kontrakan memandangku membelalang
Aku sadar ini tak lagi berita

IS, 190719

Selanjutnya »

Selasa, 24 September 2019

Padang Panjang, Sejarah dan Aku yang Rindu




Puisi di bawah ini saya kutip dari buku “EPITAF KOTA HUJAN (Padang Panjang dan Puisi-Puisi Penyair Asia Tenggara)” hasil kerjasama FPL (Forum Pegiat Literasi) Padang Panjang dengan Dinas Perpustakaan & Kearsipan Padang Panjang Sumatera Barat.

Selamat membaca, semoga bermanfaat. Salam bahagia.
   
PADANG PANJANG, SEJARAH DAN AKU YANG RINDU

Kabut dan hujan gerimis kota itu
meniriskan mata adat lampau
ritmis lilik Rahmah El-Yunusiyah
merdekalah perempuan
bersibaklah kelam pengetahuan
berguncanglah batin Al-Azhar 

Padang Panjang Serambinya Mekkah
aku catat waktu
seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga, pertengahan
Kauman dan hawamu nan sejuk
meja dan kursi yang berjajar rapi
kelas sosial itu
kapur tulis putih
wajah-wajah teduh takpernah mengeluh
memompa semangat kami dari keterasingan zaman
sebab ilmu takpernah berkesudahan

Restu bukit barisan
angin lembah yang bergerak tabah
iringi ingsut kereta
Silaing, riuh gemuruh air terjun
Mega Mendung taman wisata keluarga
eksotik hutan rimba raya
Awan putih selendang Gunung Merapi, Tandikek dan Singgalang 
mandi bergurau dijernih Lubuak Mato Kuciang
bagaimana kenang itu akan terbuang

Gadis-gadis menenun songket
menghentak serentak kaki
lincah lentik jemari
melestarikan budaya menjaga tradisi
Pandai Sikek
rumah gadang ukiran para bujang
di sana pinyaram hitam, kareh-kareh
sungguh nikmat diseduh bersama teh
pagi menjelang ke ladang berjenjang-jenjang
memanjakan mata pandang

Padang Panjang
lirih saluang dan puput
rindu ini takpernah surut

Pekanbaru, 100218

Selanjutnya »

Senin, 23 September 2019

Takzim



Sebagai anak, berbakti kepada kedua orang tua tidak hanya semasa dunia saja, tapi selamanya. Walaupun kedua orang tua kita telah meninggal, kewajiban anaklah mendoakan mereka. Hanya doa anak yang salehlah yang diharapkan orang tua sebagai kawan mereka selama di dalam kubur. Disamping itu ada amalan lain misal bersedekah, berinfak dan ibadah lainnya niatkanlah untuk kedua oran tua kita. Semoga dengan bakti tersebut dosa-dosa mereka diringkan oleh Allah SWT. 

Berikut saya coba membuat puisi yang berkaitan dengan bakti anak kepada orang tua yang telah meninggal. Semoga bermanfaat, salam bahagia. 

TAKZIM



Kepada ayah bunda yang telah pergi dan menungguku di surga, kampung yang dirindukan. Aku akan tabah menunggu saat-saat perjumpaan kelak.



Di tanah kau rebah sekarang

Berbaringlah dengan tenang

Ajal pulang, amal penerang

Aku kini piatu seorang



Bukan kehilangan dicemaskan

Tapi bakti tak kesampaian

Aku abai

Jasad merasai



Bukan kematian  pemutus cinta

Kelu lidah mengalirkan doa

Aku fana rasa

Berhimpun alpa



Bisik-bisik hati berdoa

“Lapangkanlah kubur mereka,

hindarkanlah siksaan kubur untuk mereka,

dan tempatkanlah mereka di surga”

Tuhan, kabukanlah



CA, 230919
Selanjutnya »