Rabu, 10 Oktober 2012

Lampu Teplok Hingga Token Listrik


Walau masa itu sudah lama berlalu, namun masih jelas dalam ingatanku. Di bawah sinar lampu teplok aku, kakak dan dua orang adikku, belajar bersama sambil tengkurap. Kala itu listrik belum masuk ke desa kami. Bila malam menjelang, maka lampu strongkeng adalah andalan kami sekeluarga, di tambah lampu teplok. Di bawah sinar lampu teplok inilah kami beradik kakak berusaha meraih mimpi sebagai pelajar kala itu. Menonton TV hanya seminggu sekali. Itupun numpang ke rumah tetangga. Seiring berjalan waktu, perlahan namun pasti listrik masuk ke desa kami. Desa kami menjadi terang, keluarga dan warga di desa kami menjadi senang. Tidak lama setelah adanya listrik di rumah kami, ibu membeli sebuah TV. Dengan sendirinya kami bisa mendapat informasi baik dari dalam negeri maupun informasi dari luar melalui berita yang ditayangkan di TV. Semua berkat PLN sebagai satu-satunya perusahaan yang menggawangi listrik nasional.

Masih teringat olehku saat itu daya di rumah kami adalah 450 va. Sebuah daya standar kala itu untuk rumah tangga. Tahun-tahun berikutnya PLN menaikkan daya 900 va sampai akhirnya menjadi 1300 va. Semua itu didasarkan pada kebutuhan pemakaian listrik yang terus meningkat di masyarakat. Semakin berkembangnya peradaban manusia dan teknologi yang semakin canggih PLN terus berbenah diri. Ini bisa dilihat dengan produk keluaran baru PLN yaitu listrik pra bayar atau yang lebih popluer di masyarakat pulsa listrik nama lain dari token listrik. Apapun namanya saya lebih suka menyebutnya dengan token, lebih singkat dan mudah diingat.


Berbagai tanggapan lahir di masyarakat saat peluncuran produk token listrik. Ada yang bilang lebih boros dan ada juga yang bilang lebih hemat. Penasaran dengan token listrik saya berusaha mencari informasinya, untuk apa sebenarnya token listrik dihadirkan ke masyarakat?.


Ternyata token listrik adalah produk mutakhir dari PLN. Cara kerjanya hampir sama dengan pulsa. Semakin banyak kita menelpon otomatis banyak pula pulsa yang dipakai, kalau penggunaan telpon seperlunya maka pulsanya bisa lebih hemat. Semua dipulangkan kepada pelanggan sendiri. Berdasarkan falsafah demikian, maka diharapkan masyarakat dapat menghemat pemakaian listriknya sendiri. Pembelian pulsanya mulai dari 20.000, 30000, 40000, 50000 sampai seterusnya sesuai kemampuan keuangan pelanggan. Hal lain yang bisa kita lihat dari token listrik adalah tidak ada lagi pelanggan yang menunggak pembayaran listriknya sampai berbulan-bulan. Suatu teroboson moral yang patut di puji ditengah-tengah kehidupan yang serba sulit seperti sekarang ini.


Dilihat dari perjalanan PLN selama ini, jelas sudah mengalami banyak kemajuan. Itu saya simpulkan dari yang saya alami sendiri. Saat saya sekeluarga menggunakan lampu teplok hingga keluarnya produk mutakhir PLN yaitu listrik prabayar. Itu adalah kemajuan yang sangat pesat menurut saya. Menjelang usianya yang ke 67, PLN dengan upayanya membangun listrik untuk rakyat telah banyak berkiprah di bumi nusantara ini. Mulai dari memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi, memberikan bantuan kredit untuk UKM, menciptakan lapangan pekerjaan dan lain sebagainya. Semua di lakukan PLN  demi Negara Indonesia tercinta dan bentuk pengabdiannya untuk rakyat. 


Terlepas dari itu semua, tentu ada kelemahan dan kekurangan dibalik prestasi yang telah diraih PLN. Hal itu bisa kita lihat dari adanya desa-desa terpencil atau pulau-pulau dekat perbatasan yang belum menikmati aliran listrik sama sekali. Kenaikan tarif dasar listrik yang banyak menuai pro dan kontra. Masih adanya pencurian arus listrik. Listrik mati mendadak yang bisa menyebabkan alat elektronik semisal TV, kulkas, dan alat elektronik lainnya rusak. Disamping itu ada juga kebakaran yang disebabkan oleh arus pendek listrik.


Sebagai warga negara Indonesia yang sudah tentu menjadi pelanggan PLN saya berharap perhatikan juga saudara saya yang belum merasakan aliran listrik dirumahnya. Mereka juga punya mimpi dan cita-cita untuk membangun negeri ini. Sama seperti saya yang dulu pernah belajar di bawah sinar lampu teplok sangat mendambakan kehadiran listrik. Hal ini dapat kita temui pada Warga Kecamatan Pulau Laut  Kabupaten Natuna Kepulauan Riau yang sudah tiga tahun tidak menikmati aliran listrik. Ini salah satu contoh dari sekian banyak contoh lainnya. 


Mengenai kenaikan tarif dasar listrik, sebaiknya PLN mempertimbangkannya dengan sangat matang. Karena kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) ini sangat besar dampaknya bagi sektor yang lain. Di bidang perdagangan misalnya, dengan naiknya TDL otomatis biaya produksi juga naik. Ini bisa berimbas kepada pemutusan kerja pada karyawan yang pada akhirnya pengangguran bertambah.


Kemudian hal yang harus disadari PLN adalah mengenai token listrik yang berbasis pada teknologi. Kita semua tahu teknologi setiap waktu selalu mengalami perkembangan. Seperti halnya listrik pasca bayar, token tentu mempunyai kelemahan. Kalau pada listrik pra bayar, pada stand meterannya akan terlihat berapa besar arus yang kita pakai. Sedangkan pada token listrik ada itemnya total KWH. Misalnya seseorang membeli token listrik seharga Rp. 20.000, dengan total KWH : 75,05. Karena bisa dimainkan maka total KWHnya di rubah menjadi 80,00 dengan harga Rp. 23.000. Kalau ini terjadi yang menderita kerugian adalah PLN sendiri. Untuk menghindari hal yang demikian, tentunya PLN sudah memikirkannya sebelum produk token listrik diluncurkan ke tengah masyarakat. Dalam hal ini saya sebagai rakyat Indonesia hanya mengingatkan supaya PLN tetap bersih dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.



Sumber : 
http://www.pln.co.id/ntb/?p=108
http://www.pab-indonesia.com/kepri-time.html?start=15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambah sahabat dengan komentar, No Spam