Puisi di bawah ini terinspirasi dari Pemilu 2019 yang banyak timpangnya ketimbang jujurnya. Selamat membaca, semoga bermanfaat. Salam bahagia.
PEMILU DAN HARAPAN YANG TAK PERNAH
SAMPAI
Iklan,
baliho, dan wajah-wajah cerah dalam poster
Berdandan,
bersolek dalam berbagai pose
Di
jalan-jalan besar, persimpangan perkotaan
Di
ujung-ujung gang RT dan RW
Terpampang
wajah-wajah calon menteri
Di
pagar-pagar rumah,
Di
pohon-pohon kayu menempel wajah
Calon-calon
anggota DPR, DPD, DPRD
Hingga wajah
calon presiden dan wakil presiden
Berbaris rapi
masuk perkampungan
Dengan misi
dan visinya menarik simpati massa
Tak
ketinggalan bendera-bendera partai
Warna-warni
menghiasi janji
Yang
dipercantik tukang jahit dan tukang sablon
Uang berputar
akal diputar
Saat
pencoblosan tiba
Wajah-wajah
begitu merdeka
Tersenyum
asyik masuk ke bilik
Dibenaknya
terbayang Indonesia lima tahun mendatang
Bergambar
orang-orang cerdas pengambil keputusan
Membangun
bangsa memajukan peradaban
Demikian pun
aku merdeka tentu
Di bilik
pencoblosan, anak-anakku,
Bergelantungan
di ujung paku yang runcing
Disangkanya
barang mainan atau seluncuran
Tak perduli
ia bapaknya memajang kecemasan
Bersama
istriku, kami telah sepakat
“Kita harus
memilih pemimpin yang jujur, amanah
Menjalankan
undang-undang dengan baik dan benar
Agar
Indonesia lebih maju, berwibawa di mata dunia
Anak-anak
bersekolah tanpa terkendala biaya dan zona”
Bismillah,
yakin aku Tuhan akan ada perubahan
Lima lubang
paku tuntaslah niat hati
lengkung
senyum ikhlasku lirik sana sini
Melangkah
keluar bilik lepaskan sesak dada
Tiba-tiba
langit gelap di kepala
Daun-daun
bergoyang kencang
Hujan
membadai meniupkan kabar pilu
Tujuh ratus
nyawa penyelenggara pemilu
Mengambang
tanpa ucapan belasungkawa
Tanpa uang
duka
Hilangnya
rasa luka kehilangan orang tercinta
Katanya pesta
demokrasi
Tapi kenapa
banyak yang mati
Sungguh aku
tak paham
Pemilu itu
mencari pemimpin sejati, katanya
Tapi rasa
empatinya mana
Pemilu itu
rahasia, katanya
Tapi kenapa
sampai mengerahkan kelengkapan negara
Pemilu itu
bebas memilih, katanya
Tapi kenapa
ada pengarahan sedemikian rupa
Pemilu itu
berdasarkan keadilan, katanya
Tapi yang
melanggar tetap dibiarkan
Pemilu itu
berazaskan kejujuran, katanya
Yang berbuat
curang, toh lolos juga
Inikah yang
disebut persengkongkolan politik
Saling
mencekik
Saling
menjegal
Sampai ada
yang dijadikan tumbal
Kalau persengkokolan
hanya untuk meraih kekuasaan
Pemimpin
sejati hanya ada di selokan
Kalau
persengkokolan hanya menunjukkan siapa aku siapa kamu
Untuk apa
kita merdeka dan bernegara
Pekanbaru,
090719