Sabtu, 18 Februari 2017

Puisi Bukan Cinta Biasa

Ilustrasi : Google



BUKAN CINTA BIASA
Oleh : Fuadi

Suatu sore, di rumah cinta atas ridha-Nya. Di bawah siraman pelangi selepas hujan. Percakapan itu diputar ulang.

Dik!, cinta kita bukan musiman. Seumpama sakura mengunggah warna saat musimnya tiba, lalu meranggas terpanggang kemarau ketika musim semi berlalu. Tidak sayang.

Kita adalah sejoli sejalan seiring sepanjang rel kehidupan-Nya. Terkadang menyusuri ngarai, lereng dan lembah yang gigil. Mendaki terjalnya cadas-cadas melukai hati dan perasaan. Lain waktu tersesat di lorong-lorong gelap pengap. Kita adalah cahaya yang redup ditiup angin, tapi tak pernah menyerah mengaji hikmah.  

Dik!, masih ingatkah waktu pertama kali datang di kota ini?. Saat mereka asyik berkampanye hura-hura mendulang suara demi meraih kekuasaan. Kita malah asyik menata hati. Hari-hari kita lalui saling berbagi airmata. Syahdunya aroma cinta kita aduk di secangkir teh hambar ditadahi gula kesetiaan.

Musim itu telah kita lewati bersama. Ia mengajarkan sebuah cinta juga ketegaran. Menikmati senyum di bibirmu merekah, debar-debar dada membahasakan rayuan, merekatkan cinta-Nya sampai berlaku kehendak dan anak-anak puisi lahir dari rahimmu menjadi bulan dan matahari. Sedang airmata adalah bahasa kita menerjemahkan liku hidup.

Cinta dan kesetiaanmu menjadikan hidupku lebih hidup, sampai usia menutup. 


PKU, 290816

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambah sahabat dengan komentar, No Spam