Ilustrasi : Google
BUKAN CINTA BIASA
Oleh : Fuadi
Suatu sore, di rumah
cinta atas ridha-Nya. Di bawah siraman pelangi selepas hujan. Percakapan itu
diputar ulang.
Dik!, cinta kita bukan
musiman. Seumpama sakura mengunggah warna saat musimnya tiba, lalu meranggas terpanggang
kemarau ketika musim semi berlalu. Tidak sayang.
Kita adalah sejoli
sejalan seiring sepanjang rel kehidupan-Nya. Terkadang menyusuri ngarai, lereng
dan lembah yang gigil. Mendaki terjalnya cadas-cadas melukai hati dan perasaan.
Lain waktu tersesat di lorong-lorong gelap pengap. Kita adalah cahaya yang redup
ditiup angin, tapi tak pernah menyerah mengaji hikmah.
Dik!, masih ingatkah waktu
pertama kali datang di kota ini?. Saat mereka asyik berkampanye hura-hura
mendulang suara demi meraih kekuasaan. Kita malah asyik menata hati. Hari-hari
kita lalui saling berbagi airmata. Syahdunya aroma cinta kita aduk di secangkir
teh hambar ditadahi gula kesetiaan.
Musim itu telah kita
lewati bersama. Ia mengajarkan sebuah cinta juga ketegaran. Menikmati senyum di
bibirmu merekah, debar-debar dada membahasakan rayuan, merekatkan cinta-Nya sampai berlaku kehendak
dan anak-anak puisi lahir dari rahimmu menjadi bulan dan matahari. Sedang
airmata adalah bahasa kita menerjemahkan liku hidup.
Cinta dan kesetiaanmu menjadikan
hidupku lebih hidup, sampai usia menutup.
PKU, 290816
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tambah sahabat dengan komentar, No Spam