Mungkin diantara kita
sebentar lagi ada yang mau ulang tahun. Apa yang akan dilakukan, dimana? Pertanyaan
ini sering kita dengar di tengah-tengah masyarakat sekarang, baik di desa
apalagi di kota. Baik itu orang islam maupun non muslim.
Kebiasaan merayakan
hari kelahiran seakan sudah lumrah dilakukan. Misalnya dengan mengadakan pesta
kecil-kecilan, dengan memotong kue, menyalakan lilin, dan sebagainya yang di
adakan pas di hari ketika tanggal dimana kita dilahirkan.
Saya sendiri pernah
menghadiri pesta ulang tahun seorang kawan. Acaranya sederhana saja. kita
berkumpul dalam suatu rumah kos. Lalu seseorang diantara kita membacakan
susunan acara. Satu persatu-satu tampil kedepan sesuai dengan skenario acara. Ada
yang berbalas pantun, membacakan puisi dan lain sebagainya. Di penghujung acara
tampillah sang bintang (yang ulang tahun) kedepan. Kebetulan pacarnya juga
hadir, jadi ia ikut tampil ke depan setelah di teriakan para tamu.
Pada acara puncaknya
inilah sesuatu banget. Pertama saling suapian kue, lalu ada yang nyuruh
cipiki-cipika. Wah ini kan sudah mulai melenceng. Adegan ini kan seharusnya
bukan didepan umum. Walaupun yang hadir rata-rata adalah yang sudah saling
kenal semua. Saya sendiri datang karena penasaran seperti apa pesta acara ulang
tahun. Maklum wong deso jadi tidak pernah merayakan ulang tahun. Karena penasaranlah
saya hadir di tempat kawan yang ulang tadi. Setelah acara, kami makan bersama,
lalu para tamu mengucapkan selamat ulang tahun, semoga tercapai cita-citanya, panjang
umur.
Pada saat itu tidak
ada perasaan apa-apa yang terlontar dalam benak pikiran saya. Saya hanya
menikmati acaranya dan berkata dalam hati “Begini to yang namanya acara ulang
tahun kelahiran”.
Seiring berjalan
waktu, umur saya pun bertambah, dan sedikit banyaknya pengalaman hiduppun
bertambah. Dari pengalaman hidup ini sebenarnya kita bisa mengambil suatu
pelajaran. Dapat menimbang mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang sesuai
dengan agama dan mana yang tidak sesuai dengan agama.
Begitupun dengan umur
yang diberikan oleh Sang Maha Pemberi Umur. Bukankah umur kita berkurang dari
tahun ke tahun? Misalkan kita diberi umur 60 tahun, kalau kita sudah menjalani
hidup sebanyak 30 tahun bukankah sisa umur kita tinggal 30 tahun lagi?. Kita tidak
pernah tahu berapa lama kita dibolehkan oleh sang Maha Pencipta untuk
mengarungi dunianya ini bersama umur yang ada pada kita.
Setiap kita mempunyai
tanggung jawab yang besar terhadap umur yang kita pergunakan di dunia. Sebab apa
yang kita lakukan di dunia akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Alangkah lebih
baiknya kita koreksi diri mengenai umur yang telah kita pergunakan. Misalkan tahun
kemarin kita menggunakan umur kita kepada hal-hal yang tidak sesuai dengan
ajaran agama. Tahun kemarin kita sering berbuat salah, misalnya sering
mabuk-mabukan, hura-hura tak menentu, atau kita sering melawan orang tua.
Untuk tahun ini dan
tahun akan datang, jadikanlah momentum ulang tahun kita sebagai tonggak agar
umur yang kita gunakan lebih bermakna, contoh kalau sering melawan orang tua,
minta maaflah pada orang tua kita, agar umur yang kita gunakan jadi lebih baik
dari hari ke hari.
Dalam hal ini penulis
bukanlah orang alim yang terhindar dari dosa. Penulis bukanlah orang baik-baik,
tapi berusaha untuk baik. Penulis sengaja menulis ini sekaligus untuk
pembelajaran buat penulis sendiri. Mudah-mudahan dengan adanya tulisan ini
mengingatkan selalu penulis akan makna pemakaian umur yang sesungguhnya.
Merenung sejenak di
hari ketika kita dilahirkan, di malam ketika pergantian tanggal, malam sunyi
yang hening. Mengenang kisah perjalanan waktu yang kita pakai selama setahun, atau
tahun-tahun sebelumnya, baik itu yang
baik maupun yang jelek. Telusurilah dosa-dosa yang telah diperbuat, kemudian
ambil pelajaran darinya.
Lakukanlah shalat
sunat dua rakaat, mengadulah kepada Tuhan Sang Maha Khalik semua keinginanmu, ceritakan
kepada-Nya tentang dirimu, apa yang sedang terjadi pada dirimu, resapilah apa
yang engkau rasakan saat berbicara dengan Tuhan Allah Sang Maha Pemurah dan
Penyayang.
Lakukanlah dengan
sungguh-sungguh, dan ingatlah dalam surat ADZ DZAARIYAAT (51) ayat 56, Allah SWT berfirman :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Demikian, semoga
bermanfaat