Waspada dengan kebangkitan PKI baru di Indonesia. Dalam
cacatan sejarah setidaknya PKI telah melakukan pembrontakan dua kali yaitu
tahun 1948 dan peristiwa G30SPKI tahun 1965. Menurut yang yang lain setidaknya tiga
kali yaitu tahun 1927, 1948 dan 1965.
Taufiq Ismail dipaksa berhenti saat membacakan puisi
di hadapan peserta Simposium Nasional Tragedi 1965 di Hotel Aryaduta, Jakarta,
Senin (18/4). Pujangga sepuh ini dianggap memprovokasi peserta simposium dengan
bait puisi mengenai rezim komunis yang kejam, begitu juga dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Berikut petikan puisi Taufiq Ismail:
Berikut petikan puisi Taufiq Ismail:
Dua orang cucuku, bertanya tentang angka-angka
Datuk-datuk, aku mau bertanya tentang angka-angka
Kata Aidan, cucuku laki-laki
Aku juga, aku juga, kata Rania cucuku yang perempuan
Aku juga mau bertanya tentang angka-angka
Rupanya mereka pernah membaca bukuku tentang
angka-angka dan ini agak mengherankan
Karena mestinya mereka bertanya tentang puisi
Tetapi baiklah,
Rupanya mereka di sekolahnya di SMA ada tugas menulis
makalah
Mengenai puisi, dia sudah banyak bertanya ini itu,
sering berdiskusi
Sekarang Aidan dan Rania datang dengan ide mereka
menulis makalah tentang angka-angka
Begini datuk,
Katanya ada partai di dunia itu membantai 120 juta
orang, selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian kata Aida dan Rania, ya..ya..120 juta orang
yang dibantai
Setiap hari mereka membantai 4500 orang selama 74
tahun di 75 negara
Kemudian cucuku bertanya
Datuk-datuk, kok ada orang begitu ganas..?
Kemudian dia bertanya lagi,
kenapa itu datuk? Mengapa begitu banyak?
Mereka melakukan kerja paksa, merebut kekuasaan di
suatu negara
Kerja paksa
Kemudian orang-orang di bangsanya sendiri berjatuhan
mati
Kerja paksa
Kemudian yang ke dua
Sesudah kerja paksa,
Program ekonomi diseluruh negara komunis tidak ada
satupun yang berhasil
Mati kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan
Kemudian yang ketiga,
Sebab jatuhnya Puisi ini
Sebabnya adalah mereka membantai bangsanya
sendiri,
Mereka membantai bangsanya sendiri
Di Indonesia
Pertamakali di bawa oleh Musso, di bawa Musso.
Di Madiun mereka mendengarkan pembantaian
Untuk jelasnya baca : http://www.portalpiyungan.com/2016/04/ini-puisi-taufiq-ismail-yang-membuatnya.html
Bagaimana pendapat anda?
Simposium nasional bertajuk 'Membedah Tragedi 1965,
Pendekatan Kesejarahan' diadakan oleh Pemerintah Jokowi melalui Dewan
Pertimbangan Presiden dan Kantor Koordinator Politik Hukum dan Keamanan di
Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (18/4/2016).
Sebelum G30S, Taufiq Ismail memang dikenal benci dengan PKI. Ia sempat menggagas Manifes Kebudayaan untuk menandingi seniman/sastrawan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Lekra merupakan organisasi kebudayaan sayap kiri di Indonesia. Lekra didirikan atas inisiatif D.N. Aidit, Nyoto, M.S. Ashar, dan A.S. Dharta pada tanggal 17 Agustus 1950.
Sebelum G30S, Taufiq Ismail memang dikenal benci dengan PKI. Ia sempat menggagas Manifes Kebudayaan untuk menandingi seniman/sastrawan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Lekra merupakan organisasi kebudayaan sayap kiri di Indonesia. Lekra didirikan atas inisiatif D.N. Aidit, Nyoto, M.S. Ashar, dan A.S. Dharta pada tanggal 17 Agustus 1950.