Minggu, 22 Maret 2015

PUISI DILEMA HUJAN BAGI KOTAKU

Banjir lagi banjir lagi. Kira-kira demikianlah keluh warga yang selalu kebanjiran ketika musim hujan datang. Hujan menjadi momok yang menakutkan, padahal Tuhan menurunkan hujan dengan berbagai berkah di dalamnya. 


Dulu sewaktu kecil, hujan sangat ditunggu, perasaan riang terpancar dari para bocah untuk mandi hujan. Tapi sekarang hujan masuk kamar ibu-bapak mereka. Menggenangi sekolah-sekolah mereka. Hujan telah menjadi dilema. Seperti puisi di bawah ini.  Silahkan dinikmati, semoga bermanfaat. 

DILEMA HUJAN BAGI KOTAKU 
Oleh : Fuadi   


Dulu, rinaimu mengundang senyum
Isyarat kelopak ‘kan tumbuh dan mengembang
Langkah-langkah ringan menapaki hari
Elok nian embun duduk di rumput-rumput dan keladi
Matahari pancarkan hangat setiap pagi
Alam berdendang, daun-daun bergoyang

Hingga saat itu pupus
Ulasan rinai mengiris-iris
Jangan kau tanya mengapa
Akan luka-luka menganga
Namanya dilema

Beton-beton menjarah hutan
Abaikan kelestarian
Garong senyum sungging sumbing negeri
Inilah sumpah sampah

Kotaku dialiri banjir setiap musim hujan datang
Orang-orang meradang mengerang berang
Tapi hujan hanyalah titah
Akibat pergeseran musim
Koarmu bencana
Ulah siapa, mengapa

Bingkai Hati, 171213

1 komentar:

Tambah sahabat dengan komentar, No Spam