Kamis, 30 Januari 2014

Puisi Untuk Ayah (1)



Tentunya masing-masing kita mempunyai kisah dengan yang namanya ayah. Ayah, sebuah nama yang sangat berarti bagi keluarga. Perjuangannya untuk menghidupi keluarga, mulai dari badannya kokoh sampai memasuki usia uzur patut untuk dicontoh. Maka sudah sewajarnya kita menyayangi dan mendoakan untuk kebahagiaannya. Selamat menikmati puisi di bawah ini, semoga bermanfaat.

Seucap Ungkap
Oleh : Fuadi 

Ada tatap isyaratkan seucap ungkap, di ujung senja, tersampir ketika malam tenggelamkan cahaya. Wajahmu senyum dilatari bulan menyatukan garis-garis kenang. Malam kian memanjang, resahku menawan angan, hadirkan hikayat lalu. Saat kita bermain angin di halaman, meronce cerita lucu, gembira tawa, potret dunia kanak-kanakku dulu

Lalu musim mengalih kisah. Sejarah dirimu terpatri di hati. Ayah! dalam sendu, kupunguti rindu. Kukendarai angin di malam lamun. Menembus dinding-dinding malam, buncahkan sepi. Cakrawalaku dihadapanmu dan menggenggam tanganmu. Aku hayati setiap lekuk jemarimu kaku, kasar, tonjolan urat-urat keras jelas seakan mengukir liku hidup dilalui dan rekam jejak silam yang mengantarkan mimpi-mimpi dilelapku hingga subuh menjelang.

Aah, desahku di ubun-ubun, jantung berdegup bagai genderang perang. Purnama redup tertutup awan. Satu simpulan dari matamu untukku. Bahwa sesungguhnya aku menujumu.    



Bingkai Hati, 250114
Selanjutnya »

Puisi Untuk Ayah (2)


Tentunya masing-masing kita mempunyai kisah dengan yang namanya ayah. Ayah, sebuah nama yang sangat berarti bagi keluarga. Perjuangannya untuk menghidupi keluarga, mulai dari badannya kokoh sampai memasuki usia uzur patut untuk dicontoh. Maka sudah sewajarnya kita menyayangi dan mendoakan untuk kebahagiaannya. Selamat menikmati puisi di bawah ini, semoga bermanfaat. 

Doa Untuk Ayah
Oleh : Fuadi 

Ayah...
Pembuluh peluh
Di matamu aku jatuh luruh
Di hatimu aku beku

Ayah...
Lidahlidah doa
Tangantangan karya
Mengurai asa sepanjang masa
Lengkung punggungmu melukiskan waktu                

Ya... Rabbana...
Lindungi dan berkahi dia selamanya
KepadaMu segala puja dan pinta
Aamiin


Bingkai Hati, 240114
Selanjutnya »

Jumat, 10 Januari 2014

Puisi Istikamah (Gumam Rindu)


Puisi di bawah ini sedikit menggambarkan perjalanan cinta dua insan yang harus terpisah untuk beberapa waktu. Sulitnya hidup membuat mereka harus rela berpisah meski menanggung rindu. Selamat membaca, semoga bermanfaat. 

Istikamah
Oleh : Fuadi

Kita telah menunda mimpi indah 
dan membenamnya sejenak dalam kubangan kehidupan
Tak perlu disesali
Kepergian hanyalah rentang waktu meraih mimpi

Buang curiga atau cemburumu 
Melangkahlah dengan niat, satukan tujuan 
Jarak ini hanya bentangan nasib yang dibawa takdir
Jalani saja kehendak-Nya
Percayalah 
Aku takkan berpaling oleh mewahnya duniawi 
atau liuk gemulai yang menawariku menari  
karena mutiaraku ada, sempurna 

Ketika malam menjamu rinduku 
rindumu ku rapalkan bersama zikir
wajahmu merupa
munajatku sampai kepada Sang Pemelihara Hati 
biarkan saja malam menyemai gigil 
dalam irama igauannya sendiri
akad cinta memelihara diri 


Bingkai Hati, 241012
Selanjutnya »

Puisi Bidan


Puisi di bawah ini adalah apresiasi penulis terhadap sosok perjuangan seorang hamba yang kita sebut dengan bidan. Bidan yang mengabdikan dirinya di desa terpencil jauh dari kemewahan. Puisi ini pernah dilombakan namun tidak masuk kategori pemenang. Selamat membaca, semoga bermanfaat. 

Bidan Desa
Oleh : Fuadi

Cantik merona nampak di wajah beliamu 
Sepasang mata bening menatap indah nirwana 
Mengayun langkah menuruni lembah 
Menyapa kabut pagi di pinggang bukit  
Senyummu merekah di kelilingi para bocah 

Saat gadis kota seusiamu 
Menyulam mimpi indah 
Meretas hidup bergelimang wah 
Engkau memungut tetes-tetes embun   
Satu-satu kau lulurkan pada luka warga
Keringat kau biarkan tertebar

Kadang berjalan kaki
Sepeda kau tuntun

Seperti malam ini 
Sehabis shalat isya 
Senter kau nyalakan menerangi jalan 
Menyibak gulita malam 
Gigil kau tinggalkan meggelepar terasing di kamar sunyi
Segaris nyawa membutuhkan lentik jemarimu 
Agar tunas harapan bangsa lahir ke dunia 

Telah kau ikhlaskan kisah hidupmu
Di desa terpencil bersama koreng, panu dan nanah
Meski sulit 
Engkau lukis sederet sketsa 
Harapan
Impian
Cita-cita 
Untuk Indonesia sehat 


Bingkai Hati, 201212
Selanjutnya »

Rabu, 08 Januari 2014

Puisi Jujur Vs Korupsi


Dalam zaman sekarang ini orang jujur susah dicari. Negeri ini kehilangan orang-orang jujur. Pemimpinnya dijangkiti virus korupsi. Puisi di bawah ini sedikit menggambarkan kejujuran yang seakan mati. Selamat membaca, semoga bermanfaat. 

Akar Jujur 
Oleh : Fuad Adi/Fuadi

Kemana akar yang mengakar akan pulang
Tanah tempatnya berpijak kehilangan humus
Sebagian terbawa banjir bandang
Lindap entah di muara apa
Sebelum ia bertakbir memanggil Tuhannya

Moyangmu dicabik sambaran petir korupsi
Kering, menggugurkan daun-daun layu
Pagi, siang ataupun malam
Menebar virus dalam setiap helaan nafas cambium

Seperti pohon di rumahmu
Tidak mati, enggan bertumbuh
Terkontaminasi
Gagap, gugup berhalusinasi menyemai benih-benih jujur  

Pada musim apa
Untuk siapa
Waktu memutar tanya  
Rakyat menganga

Dosa-dosa pengkhianat lindap ditelan kabut
Samar ditindih debu
Koarmu terantuk bukit-bukit cadas
Memandang beringas menusuk jantungmu


Bingkai Hati, 260213

Puisi di atas ada dalam antologi puisi "Goresan Pena Dalam Puisi" yang merupakan event harian dari group FB Goresan Pena Publishing. 

untuk pemesanan ketik GPP_NAMA_ALAMAT_JUMLAH kirim ke 085 221 422 416 atau inbox ke Capten Iwan Wungkul
Selanjutnya »

Puisi Berpisah Kekasih (Goresan Pena Dalam Puisi)


Puisi di bawah ini adalah ungkapan rasa perih seseorang yang harus berpisah dari kekasih yang dicintainya. Selamat membaca, moga bermanfaat. 


Salam Pisah 
Oleh : Fuad Adi/Fuadi

Perlahan api menjilati amplop jingga di hadapanku
Di unggunan sampah samping rumah
Di dalamnya ada sepucuk surat
Sekumpulan kertas yang bertuliskan aksara cinta, entahlah!
Atau juga kata umpat dan caci maki untukku

Aku hanya diam melihat dengan hampa
Saat sapuan api menyatu melingkari
Bercampur dengan abu yang diterbangkan angin
Amplop itu makin kecil, kerdil

Sekumpulan abunya menjulang langit
Sisanya duduk dilipatan kemeja luput dari perhatianku 
Titik pandangku mencurah pada langit kelabu
Bersama denyut resah yang termaktub

Aku pandangi angkasa sekali lagi
Abu-abu itu berputar-putar mengukir kata
Salam pisah untuk segaris kisah

Aku bergegas menutup hari

Dan mengunci hati untuk satu hati 


Bingkai Hati, 050313


Puisi di atas ada dalam antologi puisi "Goresan Pena Dalam Puisi" yang merupakan event harian dari group FB Goresan Pena Publishing. 

untuk pemesanan ketik GPP_NAMA_ALAMAT_JUMLAH kirim ke 085 221 422 416 atau inbox ke Capten Iwan Wungkul
Selanjutnya »

Selasa, 07 Januari 2014

Puisi Negeriku (Goresan Pena Dalam Puisi)


Bagaimanapun keadaannya negerimu pasti rasa cinta kepada tanah air tidak akan pernah hilang. Karena di sanalah engkau dilahirkan dan dibesarkan. Puisi di bawah ini merupakan tanda cintaku pada negeri yang subur ini. Sedikit kritikan terhadap apa yang terjadi di negeri ini tak apakan sob. Selamat membaca puisi yang sederhana ini. Moga bermanfaat. 

Inilah Negeriku 
Oleh : Fuad Adi/Fuadi

Menapak jarak embun pagi
Kaki-kaki telanjang menyulam kerikil di pinggir jalan
Masih senyap jalanan dengan polusi
Sejauh apa langkahan, sejuk embun masih saja sulit dijamah

Inilah negeriku
Yang ku tahu sejak usia menjejaki dunia
Nurani kulihat perlahan mulai terkikis
Jilbab-jilbab telah menonjolkan aurat
Para pendakwa sembunyi dibalik sarung mereka
Mengumbar fatwa seenaknya
Rakyat makin bingung
Semakin samar halal dan haram
Korupsi berjamaah
Sumber mata air menjadi air mata
Air mata rakyat mengaliri mata air pejabat 

Inilah negeriku
Negeri subur bagi penyamun

Bingkai Hati, 190213

Puisi di atas ada dalam antologi puisi "Goresan Pena Dalam Puisi" yang merupakan event harian dari group FB Goresan Pena Publishing. 

untuk pemesanan ketik GPP_NAMA_ALAMAT_JUMLAH kirim ke 085 221 422 416 atau inbox ke Capten Iwan Wungkul
Selanjutnya »

Puisi Laut (Goresan Pena Dalam Puisi)


Puisi di bawah ini mengisahkan nelayan yang sedang mencari rezeki di laut-Nya yang maha luas dengan segala berkahnya. Selamat membaca, moga bermanfaat. 

Melayarkan Mimpi 
Oleh : Fuad Adi/Fuadi

Aku pernah merasakan butiran pasir
putih menggelitik telapak kaki
saat langkah ini menelusuri pantai-Mu nan indah
rambutku meriap diterpa angin

Seekor elang menatap liar
di sela gulungan ombak
untuk sebuah makan besar
dari erangan panjang mulut-mulut kecil
yang berdiam digoa lapar

Di tengah samudera
para nelayan melayarkan mimpi
membentangkan jala menuai harap
diiringi awan-awan nan berarak
dan langit biru menggebu
untuk membawa pulang sebuah senyum di senja hari

Dan ketika sunset menggulung sore
warnamu mengulum bisu
para pelaut  masih mendendangkan alam
berlayarkan mimpi di laut-Mu 

Bingkai Hati, 120213

Puisi di atas ada dalam antologi puisi "Goresan Pena Dalam Puisi" yang merupakan event harian dari group FB Goresan Pena Publishing. 

untuk pemesanan ketik GPP_NAMA_ALAMAT_JUMLAH kirim ke 085 221 422 416 atau inbox ke Capten Iwan Wungkul
Selanjutnya »

Senin, 06 Januari 2014

Puisi Untuk Bangsa


Puisi di bawah ini pernah diikutsertakan dalam lomba puisi yang diselenggarakan oleh Writing Revolutin. Selamat menyimak, dan saya minta maaf atas kekurangan yang terdapat dalam puisi ini, mudah-mudahan puisi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. 

TUNAS-TUNAS BANGSA PENEGAK PANJI-PANJI
Oleh : Fuadi

Tunas-tunas bangsa penegak panji-panji. Di tengah carut-marutnya ekonomi, dengarkanlah lenguhan lirih bangsa menahan kepedihan di ceruk reformasi linglung. Gemuruh demonstran membanjiri jalanan, ketika ketukan palu sang hakim mengundang prahara. Para buruh meminum darah mereka sendiri. Penyamun melahap bulir padi petani, bersulang tawa sambil mencampurkan serpihan kayu pada kopi luwak di anjung peranginan.

Kepakkanlah sayapmu mengitari angkasa untuk menyemai benih-benih cinta di bumi nusantara. Cengkeram dengan kuat kutu-kutu yang menghanguskan daun-daun cabe, bawang putih dan bawang merah yang membuat petani meringkuk lelah, mendendangkan lagu pasrah di sawah-sawah rekah. Ketup-ketuplah dengan paruhmu nan runcing batu-batu yang melindas humus tanah, sehingga daun-daun meninggalkan ranting, hutanmu meranggas karena di tebas dengan ganas.  Gersang, semilir angin malam malas membawa sejuknya embun.

Ambillah kendali dari tubuh-tubuh ringkih di makan usia yang hanya mampu memakan apa yang terhidang, bagai kerbau di cucuk hidung. Sedang perjuangan masih panjang menantang, Ibu Pertiwi merindukan karya anak bangsa sepertimu. Tidak perlu sumpah sebab akan menjadi serapah, jangan berjanji seperti koruptor menjual diri lalu dipungkiri. Berikan bukti pasti.

Berkemaslah menerima khitbah ibu pertiwi dengan cinta suci, bergegas membangun negeri agar bangsa bernapas lega. Hiruplah udaraNya dengan gelora muda, lalu hembuskan napas suci untuk melukis ibu pertiwi dengan kuas cinta. Persembahkan racikan wah untuk negeri bermarwah.

Kelak engkau akan melihat gerombolan burung terbang dengan riang, berdendang menyambut matahari dengan merdeka. Daun-daun menari mengikuti irama bayu, pepohonan rimbun menghijau, awan-awan putih menghiasai langit biru. Mata air perawan nan bening tenang mengalir lincah, memarakan lautan, tempat biota laut mencandai riak dan gelombang. Jauh disana, gugusan gunung menjulang angkasa. Tegak berdiri gagah bersama edelwisnya, menancap kukuh pada ibu pertiwi, penjaga nan setia. Seragam putih-merah, putih-biru, putih abu-abu berlari meraih mimpi tanpa rasa iri. Di situlah nusantara memancar, memendarkan cahaya kemilau, dari hembusan semangat muda bangsa, dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.


Pekanbaru, 210513
Selanjutnya »