Rabu, 06 Juni 2012

Ulang Tahun dan Umur



Mungkin diantara kita sebentar lagi ada yang mau ulang tahun. Apa yang akan dilakukan, dimana? Pertanyaan ini sering kita dengar di tengah-tengah masyarakat sekarang, baik di desa apalagi di kota. Baik itu orang islam maupun non muslim.

Kebiasaan merayakan hari kelahiran seakan sudah lumrah dilakukan. Misalnya dengan mengadakan pesta kecil-kecilan, dengan memotong kue, menyalakan lilin, dan sebagainya yang di adakan pas di hari ketika tanggal dimana kita dilahirkan.

Saya sendiri pernah menghadiri pesta ulang tahun seorang kawan. Acaranya sederhana saja. kita berkumpul dalam suatu rumah kos. Lalu seseorang diantara kita membacakan susunan acara. Satu persatu-satu tampil kedepan sesuai dengan skenario acara. Ada yang berbalas pantun, membacakan puisi dan lain sebagainya. Di penghujung acara tampillah sang bintang (yang ulang tahun) kedepan. Kebetulan pacarnya juga hadir, jadi ia ikut tampil ke depan setelah di teriakan para tamu.

Pada acara puncaknya inilah sesuatu banget. Pertama saling suapian kue, lalu ada yang nyuruh cipiki-cipika. Wah ini kan sudah mulai melenceng. Adegan ini kan seharusnya bukan didepan umum. Walaupun yang hadir rata-rata adalah yang sudah saling kenal semua. Saya sendiri datang karena penasaran seperti apa pesta acara ulang tahun. Maklum wong deso jadi tidak pernah merayakan ulang tahun. Karena penasaranlah saya hadir di tempat kawan yang ulang tadi. Setelah acara, kami makan bersama, lalu para tamu mengucapkan selamat ulang tahun, semoga tercapai cita-citanya, panjang umur.

Pada saat itu tidak ada perasaan apa-apa yang terlontar dalam benak pikiran saya. Saya hanya menikmati acaranya dan berkata dalam hati “Begini to yang namanya acara ulang tahun kelahiran”.

Seiring berjalan waktu, umur saya pun bertambah, dan sedikit banyaknya pengalaman hiduppun bertambah. Dari pengalaman hidup ini sebenarnya kita bisa mengambil suatu pelajaran. Dapat menimbang mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang sesuai dengan agama dan mana yang tidak sesuai dengan agama.

Begitupun dengan umur yang diberikan oleh Sang Maha Pemberi Umur. Bukankah umur kita berkurang dari tahun ke tahun? Misalkan kita diberi umur 60 tahun, kalau kita sudah menjalani hidup sebanyak 30 tahun bukankah sisa umur kita tinggal 30 tahun lagi?. Kita tidak pernah tahu berapa lama kita dibolehkan oleh sang Maha Pencipta untuk mengarungi dunianya ini bersama umur yang ada pada kita.

Setiap kita mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap umur yang kita pergunakan di dunia. Sebab apa yang kita lakukan di dunia akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

Alangkah lebih baiknya kita koreksi diri mengenai umur yang telah kita pergunakan. Misalkan tahun kemarin kita menggunakan umur kita kepada hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Tahun kemarin kita sering berbuat salah, misalnya sering mabuk-mabukan, hura-hura tak menentu, atau kita sering melawan orang tua.

Untuk tahun ini dan tahun akan datang, jadikanlah momentum ulang tahun kita sebagai tonggak agar umur yang kita gunakan lebih bermakna, contoh kalau sering melawan orang tua, minta maaflah pada orang tua kita, agar umur yang kita gunakan jadi lebih baik dari hari ke hari.

Dalam hal ini penulis bukanlah orang alim yang terhindar dari dosa. Penulis bukanlah orang baik-baik, tapi berusaha untuk baik. Penulis sengaja menulis ini sekaligus untuk pembelajaran buat penulis sendiri. Mudah-mudahan dengan adanya tulisan ini mengingatkan selalu penulis akan makna pemakaian umur yang sesungguhnya.

Merenung sejenak di hari ketika kita dilahirkan, di malam ketika pergantian tanggal, malam sunyi yang hening. Mengenang kisah perjalanan waktu yang kita pakai selama setahun, atau  tahun-tahun sebelumnya, baik itu yang baik maupun yang jelek. Telusurilah dosa-dosa yang telah diperbuat, kemudian ambil pelajaran darinya.

Lakukanlah shalat sunat dua rakaat, mengadulah kepada Tuhan Sang Maha Khalik semua keinginanmu, ceritakan kepada-Nya tentang dirimu, apa yang sedang terjadi pada dirimu, resapilah apa yang engkau rasakan saat berbicara dengan Tuhan Allah Sang Maha Pemurah dan Penyayang.

Lakukanlah dengan sungguh-sungguh, dan ingatlah dalam surat ADZ DZAARIYAAT (51) ayat 56, Allah SWT berfirman :

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.


Demikian, semoga bermanfaat 
Selanjutnya »

Senin, 04 Juni 2012

Mengembalikan Barang Temuan



Kisah di bawah ini adalah kisah nyata yang penulis ceritakan kembali berdasarkan penuturan langsung dari orang yang mengalami kejadian ini. Nama dan tempat sengaja penulis samarkan, karena kisah ini penulis tulis tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Penulis tertarik dengan kisah tersebut karena ada pelajaran berharga didalamnya. Pelajaran tentang keikhlasan dan kejujuran, hal berharga yang sudah mulai dilupakan orang di zaman sekarang.
 
Namanya Pak T, demikian  penulis memanggilnya. Pak T adalah seorang arsitek sekaligus pengajar di salah satu perguruan tinggi  teknik dan desain ternama di Kota B.

 Yang ingin penulis ceritakan ini adalah pengalaman pribadinya.

+++++++++++++++++++++++

Pada bulan Mei yang lalu Pak T mengadakan perjalanan dari Kota B ke Kota P, tempat ia sedang melaksanakan tugasnya untuk mengawasi pekerjaan rumah hasil desainnya. Oleh karena tidak ada penerbangan langsung dari Kota B ke Kota P, maka pesawat yang ditumpangi Pak T harus transit di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta.

Sebelum berangkat rupanya Pak T ingin buang air kecil. Kemudian dia pergi kekamar kecil. Setelah selesai ia keluar namun tiba-tiba matanya menangkap sesuatu. Ia menemukan sebuah HP Samsung Galaxy Tab 7,7. Wow tentunya HP yang mahal, siapa yang buang-buang HP seenaknya pikir Pak T. Tapi  karena ini bukan miliknya, Pak T berniat hendak mengembalikan HP tersebut. Tetapi ia tidak tahu harus mengembalikan kemana dan kepada siapa. Terniat olehnya untuk mengembalikan ke Security bandara, tapi niat itu ia urungkan karena ia harus segera naik pesawat.  Akhirnya dibawanya HP itu ke kota P tempat ia sedang bertugas.

Di kota P, Pak T hanya menyimpan barang temuannya mengingat HP tersebut mati karena low baterai dan untuk mengecasnya pun ia tidak memiliki alatnya.

Setelah seminggu, ia kembali ke kota asalnya, kota B. Pak T langsung mengecas HP tersebut. Setelah di cas, Pak T sedikit membuka menu-menu yang ada dalam HP tersebut. 

“Wah ini HP yang hebat”, begitu batinnya berucap. 

Hatinya mulai di tumbuhi rasa ragu-ragu antara mengembalikan atau tidak. Malam hari ia bermimpi.  Pak T didatangi seorang perempuan yang mengatakan bahwa dialah pemilik HP tersebut. Pak T terkejut dan terbangun dari tidur. 

“Aneh, kok datang mimpi kepada saya?”, ucapnya dalam hati.

Keesokan harinya Pak T menghubungi salah satu nomor yang ada di HP tersebut.
“Nggak usah aja HPnya dikembalikan, yang penting data-data yang ada di dalam HP saya anda kembalikan”, begitu suara yang didengar Pak T sebelum ia sempat berbicara.

Pak T  terkejut. Tidak menyangka akan mendengarkan kalimat seperti itu.

“Menjawab salam nggak, selamat siang kek, selamat sore, atau ini siapa ya!. Malah dengan suara yang keras berkata dengan tidak sopan”, gumam Pak T dalam hati. Tetapi Pak T tetap sabar.  

Dengan tenang Pak T menjawab “Ibu, saya orang baik-baik, saya bermaksud mengembalikan HP Ibu”.

Mendengar kata-kata yang penuh kelembutan, barulah suara Ibu tadi melunak.
“O ya, maaf, kalau saya salah omong”. “Nggak apa-apa, biasa saja Bu”, jawab Pak T.

Dalam hati Pak T berpikir, apa benar orang ini yang punya HP, atau malah ia menelpon ke orang yang salah. Berpikir demikian, Pak T mengajukan pertanyaan seputar HP.

“Apa merek HP ibu? “Apa warnanya?”

Di jawab oleh Ibu tadi.

“Merek HP saya Samsung Galaxy Tab 7,7, warna biru, saya beli dengan harga Rp. 7.500.000”. Waktu kejadian suami saya yang memakai HP saya, waktu di bandara Soekarno-Hatta, ia ke kamar kecil, ternyata tertinggal disana”.      

Demikianlah, sebagian dari percakapan antara yang punya HP dan Pak T. Singkat cerita, akhirnya Pak T mengembalikan HP tersebut dengan cara mengirimkannya melalui jasa pengiriman paket, dan Ibu tersebut memberi uang Rp. 500.000 kepada Pak T sebagai balas jasa.

Dari kisah nyata ini, kesimpulan berharga yang dapat penulis dapatkan adalah :

1.               1.

2.    

3.    
4.    
Kalau kita menemukan sesuatu, apapun bentuk barangnya kembalikanlah pada yang punya
Pupuklah selalu rasa ikhlas, rasa ikhlas akan menimbulkan rasa tenang dalam menjalani hidup
Berkatalah selalu jujur. Jujur adalah salah satu sifat dari Nabi Muhammad SAW.
Belajarlah mengendalikan amarah

Bagi anda yang penasaran dengan HP Samsung Galaxy Tab 7,7 klik disini 

Demikian, semoga bermanfaat. 
Selanjutnya »